• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Univariat

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Analisa Univariat

6.1.1 Ditribusi Frekuensi Akne Vulgaris

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan distribusi Akne Vulgaris Di Poliklinik Ilmu Kulit Dan Kelamin RSUP Cipto Mangun Kusumo Jakarta yakni klasifikasi Akne Vulgaris sedang sebanyak 46,8%.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anandita (2017) yang menunjukkan bahwa distribusi tingkat keparahan akne vulgaris yang paling banyak diderita oleh responden adalah akne vulgaris yang ringan sebanyak 46,5%. Hasil penelitian tersebut berdasarkan pemeriksaan mayoritas responden menunjukkan

kriteria tingkat akne vulgaris ringan (komedo < 20, atau lesi inflamasi

< 15, atau total lesi < 30).

Penelitian Agustin (2018) menyebutkan bahwa sebagian besar responden dengan agne vulgaris berat sebanyak 56,7%. Dan didukung oleh Elga (2017) yang menyebutkan bahwa responden dengan agne vulgaris ringan sebanyak 76,9%

Menurut Movita (2013) Akne vulgaris memiliki bebagai gambaran klinis, seperti komedo, papul, pustul, nodus dan jaringan parut, sehingga disebut dermatosis polimorfik. Kemudian, manifestasi klinis akne vulgaris tersebut dapat berlanjut hingga terbentuknya jaringan parut yang parah pada daerah wajah, dada, dan punggung (El-Hamd, 2017).

Akne vulgaris adalah suatu kondisi inflamasi umum pada pada unit polisebaseus yang terjadi pada remaja dan dewasa muda ditandai dengan komedo, papul, pustul, nodul dan dapat disertai rasa gatal daerah-daerah predileksinya terdapat di muka, bahu, bagian atas dari ekstremitas superior, dada, dan punggung. Akne vulgaris disebabkan oleh banyak faktor (multifaktorial) antara lain faktor genetik, faktor bangsa ras, faktor makanan, faktor iklim, faktor jenis kulit , faktor kebersihan, faktor penggunaan kosmetik, faktor stress, faktor infeksi dan faktor pekerjaan . Terjadinya akne vulgaris di pengaruhi oleh empat faktor yaitu peningkatan prodiuksi sebum, hiperkeratinisasi

duktus polisebasea, infeksi dari mikobakterium dan proses inflamasi (Johannes, 2018) .

6.1.2 Citra Diri

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan distribusi frekuensi citra diri pasien akne vulgaris di Poliklinik Ilmu Kulit Dan Kelamin RSUP Cipto Mangun Kusumo Jakarta yakni berdasarkan citra diri negatif sebanyak 63,8%.

Penelitian ini sejelan dengan penelitian yang dilakukan oleh Safitri (2010) juga didapatkan mayoritas (49,2%) memiliki citra diri negatif pada penderita akne vulgaris. Hasil ini sesuai dengan yang menyatakan oleh (Samanthula et al, 2013) bahwa akne vulgaris cukup mempunyai dampak psikologis pada pasien yang menderita akne vulgaris. Pasien akne vulgaris sangat rentan terhadap masalah- masalah psikologis seperti penarikan diri, citra diri negatif, kemarahan, kecemasan dan depresi.

Penelitian lain juga sejalan dengan penelitian ini Anisa (2016) yang menyebutkan bahwa citra diri negatif pada pasien agne vulgaris berat sebanyak 57,9%. Berbeda dengan penelitian Anrian (2016) yang mengatakan bahwa citra tubuh positif sebanyak 45,6%.

Citra tubuh adalah persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering berhubungan dengan tubuh (Riyadi, 2011). Dampak pada citra

diri yang negatif meningkat seiring dengan tingkat keparahan akne vulgaris.

Menurut Annisa (2016) menyebutkan bahwa wajah merupakan salah satu area tersering yang terkena akne vulgaris dan merupakan salah satu bagian tubuh yang penting, terutama dari segi kosmetik seseorang. Akne vulgaris memiliki pengaruh besar pada kehidupan penderitanya, karena pada umumnya mengenai area wajah, sehingga sulit untuk disembunyikan. Selain itu, kondisi hiperpigmentasi akibat skar akne yang dapat bertahan beberapa tahun juga memegang peranan penting dalam mempengaruhi citra diri penderitanya (Safitri, 2010). Hal tersebut dapat mempengaruhi citra diri pada pasien dengan akne vulgaris.

Berdasarkan hasil penelitian ini yakni citra diri negatif pada pasien dengan agne vulgaris sebanyak 63,8%, hal tersebut menujukkan bahwa agne vulgaris mempengaruhi citra diri pada responden, semakin berat agne vulgaris maka semakin negatif citra diri yang dialami responden.

6.1.3 Harga Diri

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan distribusi frekuensi diri pasien akne vulgaris di Poliklinik Ilmu Kulit Dan Kelamin RSUP Cipto Mangun Kusumo Jakarta Jakarta yakni berdasarkan harga diri sedang sebanyak 57,2%.

Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustin, dkk (2018) yang menyebutkan bahwa distribusi frekuensi harga diri tinggi lebih besar dari yang lainnya sebesar 77,1%. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryanti (2013) tentang hubungan harga diri dengan akne vulgaris diketahui bahwa remaja dengan akne vulgaris memiliki harga diri rendah dibandingkan dengan reponden tidak akne vulgaris.

Penelitian lain jug sejalan yang dilakukan oleh Mulyana (2013) yang menyebutkan bahwa harga diri rendah pada responden agne vulgaris sebanyak 67,8%. Didukung oleh Nita (2011) yang menyebutkan bahwa pasien dengan agne vulgaris mengalami harga diri rendah sebanyak 56,4% seperti rasa malu, menghindar, dan lain sebagainya.

Sesuai dengan teori Yosep & Sutini (2010) yang menyatakan bahwa individu yang tidak puas dengan karakteristik dan kemampuan- kemampuannya, sehingga akan menumbuhkan rasa tidak nyaman terhadap keberadaan dirinya di lingkungan sosial yang ditunjukkan dengan perasaan negatif tentang tubuhnya sendiri.

Teori yang dikemukakan oleh Keliat, (2015) yang menyatakan bahwa keadaan fisik dapat berpengaruh pada psikologis remaja terutama pada harga dirinya. Remaja yang memiliki keadaan fisik kurang menarik cenderung memiliki harga diri rendah dibandingkan dengan remaja yang memiliki kondisi fisik menarik.

Beberapa penelitian terdahulu mencatat adanya dampak psikologis yang cukup signifikan pada sebagian besar penderita akne vulgaris terutama pada usia remaja dan dewasa muda. Sebagian besar penderita akne memiliki masalah self-esteem dan kesulitan dalam berinteraksi. Lebih dari 50% penderitanya mengalami kondisi tertekan oleh komentar atau gurauan oleh lingkungannya (Chiu, 2013).

Dampak psikologis lainnya dapat berupa perasaan malu, rasa tidak percaya diri, dan depresi. Kondisi ini yang selanjutnya dapat memberi dampak pada perkembangan persepsi diri yang negatif yang dapat memberikan dampak pada penurunan fungsi dan interaksi sosial dan penurunan produktivitas seseorang (Mosam, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian besar responden mengalami harga diri sedang sebanyak 57,2%, hal tersebut menunjukkan bahwa agne vulgaris dapat mempenaruhi harga diri responden, akan tetapi tidak terlalu kuat, ada faktor lain yang dapat lebih mempenaruhi harga diri seseorang selain agne vulgaris yang dialami.

6.1.4 Ditribusi Frekuensi Kecemasan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan distribusi frekuensi tingkat kecemasan Pasien Akne Vulgaris Di Poliklinik Ilmu Kulit Dan Kelamin RSUP Cipto Mangun Kusumo Jakarta yakni berdasarkan tingkat kecemasan sedang sebanyak 63,8%.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti &

Monica (2018) dengan hasil penelitian yang menyebutkan bahwa tingkat kecemasan dengan ringan sebanyak 54,6%. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tanaka (2018) yang menyebutkan bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan sebesar 52,0%.

Didukung oleh peneltian Anisa (2016) yang menyebutkan bahwa sebagian sebasar responden mengalami kecemasan sedang sebanyak 67,9%. Diperkuat oleh penelitian Nita (2016) yang menyebutkan bahwa kecemasan ringan pada pasien dengan agne vulgaris seanyak 45,6%.

Kecemasan adalah suatu gangguan psikologis yang dapat memiliki karakteristik yaitu berupa rasa takut, keprihatinan, kekhawatiran yang berkepanjangan, dan rasa gugup (Croz, 2011)

Menurut (Swartz, 2015) menyebutkan bahwa gejala kecemasan antara lain gejala fisik (otot, kaku, tegang, terasa pegal. panca indra, otot mata yang mengatur lensa bekerja berlebihan sehingga mata lelah, telinga berdenging. sistem kardiovaskular, jantung berdebar-debar, tekanan darah meningkat. sistem pencernaan, mules, mual, diare.

sistem saluran kemih, sering berkemih. sistem reproduksi, pada wanita berupa gangguan menstruasi, pada pria berupa disfungsi ereksi

& gairah terganggu. kulit, terasa panas, dingin, gatal) dan gejala psikis yakni (sangat mengantisipasi segala sesuatu, iritabel (mudah marah),

tertekan, gelisah, sulit relaks, mudah lelah, terkejut, takut dan gangguan tidur.

Berdasarkan hasil penelitian ini kecemasan sedang sebanyak 63,8%, hal tersebut dapat diasumsikan bahwa sebagaian besar besar responden mengalami kecemasan yang cukup berarti pada pasien akne vulgaris, diperlukan penatalaksaan yang tepat dalam melakukan pengobatan agar kecemasan tidak menggangu pengobatan yang sedang dijalani.

Dokumen terkait