• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Citra Diri

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.3 Konsep Citra Diri

2.3 Konsep Citra Diri

mentalnya. Pubertas, jenis kelamin, dan usia mempengaruhi citra tubuh remaja ( dalam januar, 2007 ). Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan citra tubuh adalah merupakan persepsi diri terhadap diri sendiri dimata orang lain dan anggapan dirinya sendiri untuk terlihat ideal.Seperti yang disebutkan Rini dalam penelitiannya (2007), dalam Malem (2013), dan Norita,dkk (2017), salah satu ciri remaja adalah memperhatikan penampilannya, bagi seorang remaja kebaikan atau kejelekan penampilan merupakan hal penting. Remaja yang berjerawat biasanya selalu membandingkan dirinya dengan teman sebayanya yang tidak memiliki jerawat sehingga cenderung malu dan rendah diri. Remaja yang memliki pandangan positif terhadap munculnya jerawat yang dialami maka akan membentuk citra diri yang positif.

2.3.2 Klasifikasi Citra Tubuh

Menurut Riyadi (2009) , citra tubuh normal adalah persepsi individu yang dapat menerima dan menyukai tubuhnya sehingga bebas dari ansietas dan harga dirinya meningkat.

Gangguan citra tubuh adalah persepsi negative tentang tubuh yang diakibatkan oleh ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering berhubungan dengan tubuh (Riyadi,2009). Stressor pada setiap perubahan yaitu : Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat sakit, Perubahan

bentuk tubuh : tiindakan invasive seperti operasi,suntikan, daerah pemasangan infuse, Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai pemasangan alat didalam tubuh, Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan dan Perubahan fungsi : Berbagai penyakit yang mempengarauhi sistem tubuh serta Makna dan obyek yang sering kontak : Penampilan dan dadanan yang berubah.

2.3.3 Tanda dan Gejala Gangguan Citra Tubuh

Menurut Dalami tahun 2009 tanda dan gejala gangguan citra tubuh antara lain : Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah, Tidak menerima perubahan yang telah / akan terjadi, Menolak penjelasan perubahan tubuh, Persepsi negative pada tubuh, Mengungkapkan keputus asaan dan Mengungkapkan ketakutan

2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Citra Tubuh

Menurut Potter & Perry (2005), terdapat beberapa stressor yang mempengaruhi citra tubuh seseorang. Stressor-sttressor ini dapat berasal dari dalam yakni dari diri seseorang tersebut, yaitu adanya perubahan penampilan tubuh, perubahan struktur tubuh. Selain itu terdapat juga stressor-stressor dari luar yakni reaksi orang lain, perbandingan dengan orang lain dan identifikasi terhadap orang lain.

Citra tubuh dalam diri seseorang dapat muncul dikarenakan terdapat faktor yang mempengaruhinya. Menurut Melliana, citra tubuh

seseorang muncul dengan dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini :

2.3.4.1 Self Esteem

Citra tubuh seseorang lebih mengacu pada pandangan seseorang tersebut tentang tubuhnya yang dibentuk dalam fikirannya. Lebih berpengaruh pikiran orang itu sendiri dibanding pikiran orang lain terhadap dirinya. Selain itu juga dipengaruhi oleh keyakinan dan sikapnya terhadap tubuh sebagaimana gambaran ideal dalam masyarakat.

2.3.4.2 Perbandingan dengan orang lain

Citra tubuh secara global terbentuk dari perbandingan yang dilakukan seseorang terhadap fisiknya sendiri. Hal tersebut sesuai dengan standar yang dikenal oleh lingkungan sosial dan budayanya. Salah satu penyebab adanya perbedaan antara citra tubuh yang nyata sering disebabkan oleh media massa yang seringkali menampilkan gambar dengan tubuh yang dinilai sempurna, sehingga terdapat perbedaan dan menciptakan persepsi akan penghayataan tubuhnya yang tidak atau kurang ideal. Konsekuensi yang didapat adalah individu menjadi sulit menerima bentuk tubuhnya.

2.3.4.3 Bersifat Dinamis

Citra tubuh memiliki sifat yang mampu mengalami perubahan terus menerus, bukan yang bersifat statis. Citra tubuh sangat sensitif terhadap perubahan suasana hati (mood), lingkungan, pengalaman fisik individual dalam merespon suatu peristiwa kehidupan.

2.3.4.4 Proses Pembelajaran

Citra tubuh merupakan hal yang dipelajari, Proses pembelajaran citra tubuh ini seringkali dibentuk oleh orang lain di luar individu sendiri, yaitu keluarga dan masyarakat yang terjadi sejak dini ketika masih kanak-kanak dalam lingkungan keluarga khususnya cara orang tua mendidik anak dan diantara kawan-kawan pergaulannya. Tetapi proses belajar dalam keluarga dan pergaulan ini sesungguhnya hanyalah mencerminkan apa yang dipelajari dan diharapkan secara budaya. Proses sosialisasi yang dimulai sejak dini, bahwa bentuk tubuh yang langsing dan proporsional adalah yang diharapkan lingkungan akan membuat individu sejak dini mengalami ketidak puasan apabila tubuhnya tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh lingkungan terutama orang tua (dalam Samura, 2011 ).

2.3.5 Kriteria Citra Tubuh

Nada (dalam Veronica, 2011) mengemukakan bahwa terdapat dua kriteria citra tubuh, yaitu:

2.3.5.1 Citra tubuh positif

1) Persepsi bentuk tubuh yang benardan individu melihat berbagai bagian tubuh sebagaimana yang sebenarnya.

2) Individu menghargai bentuk tubuh alaminya dan memahami bahwa penampilan fisik pada setiap individu mempunyai nilai dan karakter.

3) Individu bangga dan menerima kondisi bentuk tubuhnya serta merasa nyaman dan yakin dengan tubuhnya.

2.3.5.2 Citra tubuh negatif

1) Sebuah persepsi yang menyimpang dari bentuk tubuh , merasa terdapat bagian-bagian tubuh yang tidak sebenarnya.

2) Individu yakin bahwa hanya orang lain yang menarik dan bahwa ukuran atau bentuk tubuh adalah tanda kegagalan pribadi.

3) Individu merasa malu, sadar diri dan cemas terhadap tubuhnya.

4) Individu tidak nyaman dan canggung terhadap tubuhnya.

2.3.6 Respon Klien Terhadap Perubahan Citra Tubuh

Riyadi (2009), menyebutkan respon pasien terhadap perubahan bentuk atau keterbatasan meliputi perubahan pola dalam kebebasan, pola ketergantungan dalam komunikasi dan sosialisasi.

2.3.6.1 Respon terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan dapat berupa:

1) Respon penyesuaian: menunjukkan rasa sedih dan duka cita (rasa shock, kesangsian, pengingkaran, kemarahan, rasa bersalah atau penerimaan).

2) Respon mal adaptip: Lanjutan terhadap penyangkalan yang berhubungan dengan kelainan bentuk atau keterbatasan yang terjadi pada diri sendiri. Perilaku yang bersifat merusak, berbicara tentang perasaan yang tidak berharga atau perubahan kemampuan dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

2.3.6.2 Respon terhadap pola kebebasan-ketergantungan dapat berupa :

1) Respon penyesuaian: merupakan tanggung jawab terhadap rasa kepedulian dalam mengembangkan perilaku kepedulian terhadap diri sendiri menggunakan sumber daya yang ada, interaksi yang saling mendukung dengan keluarga.

2) Respon mal adaptif: menunjukkan rasa tanggung jawab akan kepeduliannya terhadap yang lain yang terus menerus bergantung atau dengan keras menolak bantuan.

2.4.6.3 Respon terhadap sosialisasi dan komunikasi dapat berupa : 1) Respon penyesuaian: memelihara pola sosial umum,

kebutuhan komunikasi dan menerima tawaran bantuan dan bertindak sebagai pendukung bagi yang lain.

2) Respon mal adaptip: mengisolasikan dirinya sendiri, memperlihatkan sifat kedangkalan kepercayaan diri dan tidak mampu menyatakan rasa ( menjadi diri sendiri, dendam, malu, frustasi, tertekan)

2.3.7 Citra Tubuh Pada Pasien Akne Vulgaris

Menurut Cash (2004) dalam Ithut (2013) dan Norita, Malfasari Eka (2017) bahwa citra diri seseorang itu dapat dilihat dari evaluasi dari penampilan dan keseluruhan tubuh, apakah menarik atau tidak menarik serta memuaskan atau tidak memuaskan. Selain itu dapat dilihat melalui orientasi penampilan yaitu perhatian individu terhadap penampilandirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya. Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa timbulnya jerawat baik ringan maupun berat sangat mempengaruhi citra diri seseorang.

Remaja yang memiliki jerawat berat apabila mampu menerima keadaannya dan memiliki pandangan positiif maka akan membentuk citra diri yang positif pula, sebaliknya remaja yang tidak bisa menerima keadaannya dan memiliki pandangan negative terhadap dirinya maka akan membentuk citra diri yang nengatif sehingga berpengaruh pada psikologinya.

2.4 Konsep Harga Diri

Dokumen terkait