• Tidak ada hasil yang ditemukan

Populasi dan Sampel

BAB IV METODE PENELITIAN

4.2 Populasi dan Sampel

Dalam bagian ini akan diuraikan populasi penelitian dan sampel. Populasi akan dijelaskan secara spesifik tentang siapa atau golongan mana yang akan diteliti yang menjadi sasaran ini, sedangkan sampel, harus menyebutkan teknis pengambilan sampel serta besarnya sample (Notoatmodjo, 2010).

4.2.1 Populasi

Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri- ciri yang telah ditetapkan (Nazir, 2017). Populasi adalah sumber data dalam penelitian tertentu yang memiliki jumlah banyak dan luas (Darmawan, 2013). Populasi adalah jumlah keseluruhan anggota dari

suatu himpunan yang ingin diketahui karakteristiknya berdasarkan inferensi atau generalisasi (Supardi , 2013).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien remaja Acne vulgaris periode Januari sampai Juni 2018 di Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Berdasarkan hasil survei data pasien remaja akne vulgaris yang berkunjung ke poliklinik kulit dan kelamin RSUP Cipto Mangunkusumo sebanyak 238 pasien dengan rentang usia 11 tahun – 20 tahun (Unit Rekam Medis dan Buku Register Poliklinik Kulit Dan Kelamin RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta).

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013). Sampel penelitian yang digunakan dengan teknik purposive sampling : pengambilan sampel dilakukan hanya atas dasar pertimbangan penelitinya saja yang menganggap unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil. (Dharma, 2015).

n

( ) Dimana:

n = perkiraan jumlah sampel

N = perkiraan besar sampel (jumlah pasien remaja yang berkunjung ke poliklinik kulit dan kelamin sebanyak (230 orang)

Za = nilai standar normal untuk a = 0.05 (1.96)

P = proporsi (pasien remaja yang berkunjung ke poliklinik kulit dan kelamin) sebesar 60% ((Rinelly, 2017)

Q = 1-P

d = tingkat kesalahan yang dipilih (0.1)

n

( ) ( ) ( )

n

Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi maupun kriteria eksklusi (Notoatmodjo, 2010).

a. Kriteria Inklusi :

Kriteria inklusi adalah kriteria yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini sebagai berikut :

1) Pasien yang datang berobat ke poliklinik kulit dan kelamin RSCM Jakarta

2) Pasien yang dididagnosa mengalami Acne Vulgaris ringan, atau sedang, atau berat

3) Pasien berusia 11 tahun sampai 20 tahun 4) Pasien yang bisa membaca dan menulis 5) Pasien yang mau bekerja sama/ kooperatif 6) Pasien yang bersedia menjadi responden b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri–ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010).

1) Pasien acne vulgaris yang berusia lebih dari 20 tahun 2) Pasien acne vulgaris yang tidak mau bekerja sama

3) Pasien acne vulgaris tidak bersedia mengisi kuisioner dan menjadi responden

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Unit Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta. Waktu penelitian dilaksanakan selama 4 bulan yaitu April 2019 sampai Juni 2019.

4.4 Etika Penelitian

Etika penelitian adalah prinsip-prinsip moral yang diterapkan dalam penelitian (Supardi, 2013). Etika penelitian yang disusun bertujuan untuk melindungi hak-hak responden Akne Vulgaris pada remaja dan menjaga kerahasiaan responden. Pada penelitian ini, peneliti mendapatkan ijin dari Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas BINAWAN, mendapatkan

ijin dari Direktur RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta dan juga ijin dari Kepala Bagian Unit Pelayanan Poliklinik Kulit Dan Kelamin. Penelitian ini bersifat sukarela dan responden berhak untuk mengundurkan diri dari proses penelitian bila dikehendaki. Adapun prinsip-prinsip etika yang diterapkan dalam penelitian ini adalah :

a) Manfaat (Beneficence)

Penelitian ini harus memberikan keuntungan bagi responden yaitu memberikan informasi yang tepat dan benar tentang topik penelitian.

Peneliti juga harus menjelaskan prosedur penelitian kepada responden dan menjelaskan bahwa responden bebas dari kerugian dan ketidaknyamanan, memberikan informasi kepada responden bahwa partisipasi atau informasi yang mereka berikan hanya akan digunakan pada penelitian ini.

b) Menghormati martabat (Respect for human dignity)

Peneliti menghargai hak – hak responden karena responden berhak untuk menentukan nasib sendiri dan berhak untuk mengungkapkan sepenuhnya. Responden berhak untuk memutuskan mengambil bagian dalam penelitian ini, berhak untuk mengajukan pertanyaan, berhak untuk menolak memberikan informasi.

c) Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan mencakup hak mendapat perlakuan yang adil dan hak akan privasi. Responden diyakinkan bahwa privasinya dipertahankan secara terus-menerus atau tidak akan dieksploitasi.

Contohnya dalam prosedur penelitan responden mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum, selama atau setelah berpartisipasi, tidak membedakan jenis kelamin, ataupun tingkat pendidikan.

d) Persetujuan (Informed consent)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara responden dan peneliti dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent diberikan pada responden untuk menjelaskan tujuan penelitian, prosedur penelitian, dan waktu penelitian. Selain itu informed consent diberikan pada responden untuk menjelaskan hak – hak responden antara lain hak untuk mendapatkan kebebasan dari kekerasan dan ketidaknyamanan, hak untuk perlindungan dari eksploitasi, hak untuk menentukan nasib sendiri dimana responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri menjadi responden. Responden juga berhak atas pengungkapan sepenuhnya atas informasi (keterbukaan) dari peneliti dan berhak akan privasi.

e) Kerahasiaan (Confidentiality)

Dalam penelitian, peneliti tidak menampilkan identitas responden (anonymity). Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian baik informasi maupun masalah – masalah lainnya dengan cara menggunakan kode responden. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan disimpan peneliti pada file pribadi, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian (Polit & Beck, 2016).

4.5 Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data disebut juga dengan Instrument penelitian.

Instrumen penelitian dapat berupa: kuesioner (daftar pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya (Notoadmodjo, 2012). Instrumen penelitian pada penelitian ini adalah kuesioner yang telah disebarkan oleh peneliti kepada pasien yang terkena akne vulgaris di RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta. Kuesioner yang dibuat sudah mencakup semua komponen data demografi : usia, jenis kelamin, pendidikan , tanggal lahir ; variabel independen: akne vulgaris serta mencakup variabel dependen yaitu citra diri, harga diri dan tingkat kecemasan.

Kuesioner penelitian ini terdiri dari :

a) Instrumen I berisi identitas pasien meliputi tanggal lahir, usia, pendidikan, jenis kelamin.

b) Instrumen II berisi kuesioner citra diri responden pada pasien remaja dengan akne vulgaris. Kuesioner terdiri dari 10 pertanyaan, Menggunakan skala Likert, tidak pernah nilai (-2), sangat jarang (-1), pernah nilai (0), sering nilai (1), selalu nilai (2). Kuesioner terdiri dari 10 pertanyaan. Cara menghitungnya dengan menjumlahkan semua hasil dari 10 pertanyaan.

Bila hasil penjumlahan negatif / minus maka citra diri dikatakan negatif dengan kode 1, bila hasil penjumlahan positif / plus maka citra diri dikatakan positif dengan kode 2 (Ferdinand, 2014).

c) Instrumen III berisi kuesioner harga diri (dikembangkan oleh Rosenberg 2003) responden pada pasien remaja dengan akne vulgaris. Kuesioner

terdiri dari 10 pertanyaan. Skala ukur menggunakan skala Guttman dengan jawaban sangat setuju (SS) nilainya , setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Cara ukur dengan menjumlahkan hasil setiap jawaban kemudian dibagi 10 dan dikalikan 100%. Maka akan didapatkan hasil dalam jumlah persen. Harga diri rendah jika nilai < 55%, harga diri sedang jika nilainya 56 – 74% dan harga diri tinggi jika nilainya

≥ 75% (Budiman, 2013).

d) Instrumen IV berisi kuesioner tingkat kecemasan dengan menggunakan kuesioner HARS yang terdiri dari 14 item kuesioner kecemasan. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau sangat berat dengan menggunakan alat ukur yang dikenal dengan nama HARS (Halminton Anxiety Rating Scale).

Nilai 0 = tidak ada gejala sama sekali tau keluhan Nilai 1 = satu dari gejala yang ada

Nilai 2 = sedang/separuh dari gejala yang ada Nilai 3 = berat/lebih dari setengah gejala yang ada Nilai 4 = sangat berat/semua gejala yang ada

Masing - masing nilai angka score dari 14 kelompok gejala tersebut di jumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu total nilai score :

kurang dari 14 = tidak ada kecemasan 14 – 20 = kecemasan ringan

21 – 27 = kecemasan sedang

28 – 41 = kecemasan berat 42 – 56 = kecemasan berat sekali

4.6 Metode Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dimulai dengan meminta persetujuan berupa surat ijin penelitian dari Prodi Keperawatan STIKES BINAWAN, kemudian menyerahkan surat ijin penelitian di RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Setelah mendapat ijin dari RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta, peneliti mendatangi tempat penelitian untuk melakukan survey sampel dengan teknik purposive sampling. Sampel yang dipilih adalah sampel yang memenuhi kriteria inkusi dan eksklusi. Selanjutnya peneliti menjelaskan tentang manfaat dan tujuan penelitian, penjelasan tentang kuesioner dan kerahasiaan data serta untuk menyamakan persepsi tentang pertanyaan kuesioner. Kemudian responden mengisi lembar informed consent dan mengisi lembar kuesioner. Setelah itu kuesioner dicek kembali untuk memastikan semua jawaban sudah terisi dengan baik. Jika semua kuesioner sudah terisi dengan baik, peneliti akan mengumpulkan dan mengucapkan terimakasih kepada responden.

Bagan 4.1 Skema Alur Pengumpulan Data 4.7 Teknik Analisa Data

1. Pengolahan data

Metode pengolahan data yang digunakan adalah tabulasi dengan langkah-langkah sebagai beirikut

a. Editing adalah setiap lembar kuesioner diperiksa untuk memastikan setiap pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner telah terisi semua a. Coding adalah pemberian kode pada setiap jawaban yang terkumpul

dalam kuesioner untuk memudahkan proses pengolahan data.

Koding pada kuesioner antara lain jenis kelamin (kode 1 = laki-laki, 2 = perempuan), Pendidikan terakhir (kode 1= Pendidikan dasar s/d menengah pertama dan atas, 2 = pendidikan lanjutana s/d perguruan tinggi), pengetahuan (kode 1 = pengetahuan kurang, 2 = pengetahuan cukup, 3 = pengetahuan baik), Lama menjalani hemodialisa (kode 1 = < 1 tahun. 2 = > 1 tahun), dukungan keluarga Penentuan sampel pasien Akne

Vulgaris yang masuk kriteria inklusi

Pengisian lembar kuesioner oleh

responden Menjelaskan kepada responden

tentang tujuan dari penelitian

Pengumpulan lembar kuesioner Responden mengisi

lembar informed consent

Waktu pengambilan sampel mulai pukul 07.00 WIB sampai pukul

15.00 WIB Perijinan

(kode 1 = dukungan keluarga kurang, 2 = dukungan keluarga baik), kepatuhan (kode 0 = tidak patuh, 1 patuh).

b. Processing yaitu proses data yang dilakukan dengan cara mengentri data dari kuesioner kedalam program komputer dengan menggunakan program SPSS Statistik Volume 23

c. Cleaning yaitu membersihkan data yang merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak.

2. Analisa data

a. Analisa Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi dan presentase semua variable yang terdiri dari variable independen yaitu tanggal lahir, umur, jenis kelamin, pendidikan, akne vulgaris pada remaja, citra diri, harga diri dan tingkat kecemasan. Data pada analisa univariat ini dijadikan dalam bentuk data kategorik dengan peringkasan data menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran presentase (%) atau proporsi dengan menggunakan rumus :

1) Rumus frekuensi:

∑f = N………(4.4) f = frekuensi

N = jumlah total

(Susilo, 2013) 2) Rumus presentase:

p(100) = ( )……….(4.5)

Keterangan : p = nilai presentase

f = frekuensi jawaban yang benar N = total nomor

(Susilo, 2013)

b. Analisa Bivariat

Digunakan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel dependen: citra diri, harga diri dan tingkat kecemasan serta variabel independen: akne vulgaris pada remaja. Analisa bivariat dibuat dengan Chi Square karena membandingkan skala ukur ordinal dan nominal.

Karena jenis data yang dipakai adalah kategorik untuk varibel independent dan kategorik untuk variabel dependent.

1) Uji Chi Square

Rumusan uji Chi square : (Susilo, 2013)

( )………(4.6)

Keterangan :

= Statistic Chi Square f0 = Frekuensi Observed fe = Frekuensi Expected

Σ = Penjumlahan

Untuk melihat hasil kemaknaan dengan perhitungan statistik digunakan kemaknaan α= 0,05 hasil uji statistik dikatakan bermakna apabila mempunyai nilai ρ-value >0,05.

No. Kegiatan

Bulan Juli

2018

Agustus 2018

September 2018

Oktober 2018

November 2018

Desember 2018

Januari – Juni 2019

Juli 2019 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Memilih Judul 2. Studi Pendahuluan 3. Menyusun proposal 4. Revisi Proposal 5. Persiapan lapangan 6. Uji Coba Instrumen 7. Pengumpulan Data 8. Pengolahan Data 9. Analisis Data 10. Penyusunan Laporan 11. Seminar Hasil Penelitian 12. Revisi Hasil Penelitian 13. Penyerahan Hasil Penelitian

71

Pada bab ini ditampilkan analisis data dari penelitian yang telah diolah dan diambil kesimpulanya. Data tersebut ditampilkan mulai dari karakteristik demografi responden berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, citra diri, harga diri dan tingkat kecemasan pada pasien Akne Vulgaris di Poliklinik Ilmu Kulit Dan Kelamin RSUP Cipto Mangun Kusumo Jakarta, serta melihat hubungan dari citra diri, harga diri dan tingkat kecemasan pada pasien Remaja dengan Akne Vulgaris Di Poliklinik Ilmu Kulit Dan Kelamin RSUP Cipto Mangun Kusumo Jakarta.

5.1 Analisa Univariat

Analisa Univariat ditampilkan data distribusi frekuensi berupa frekuensi (n) dan Presentase (%) pada setiap tabel.

5.1.1 Citra Diri

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Citra Diri Pasien Akne Vulgaris Di Poliklinik Ilmu Kulit Dan Kelamin RSUP Cipto Mangun Kusumo Jakarta

T a b

Tabel 5.1 menunjukan distribusi frekuensi citra diri pasien akne Variabel Deskripsi Frekuensi Persentase Citra Diri Negatif

Positif

30 17

63,8 36,2 Total 47 100,0

vulgaris di Poliklinik Ilmu Kulit Dan Kelamin RSUP Cipto Mangun Kusumo Jakarta yakni berdasarkan citra diri negatif sebanyak 63,8% dan citra diri positif sebanyak 36,2%.

5.1.2 Harga Diri

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Harga Diri Pasien Akne Vulgaris Di Poliklinik Ilmu Kulit Dan Kelamin RSUP Cipto Mangun Kusumo

Jakarta

T a b

Tabel 5.2 menunjukan distribusi frekuensi diri pasien akne vulgaris di Poliklinik Ilmu Kulit Dan Kelamin RSUP Cipto Mangun Kusumo Jakarta Jakarta yakni berdasarkan harga diri sedang sebanyak 57,2% harga diri rendah sebanyak 36,2% dan harga diri tinggi sebanyak 6,4%.

Variabel Deskripsi Frekuensi Persentase Harga Diri Rendah

Sedang Tinggi

17 27 3

36,2 57,2 6,4 Total 47 100,0

5.1.3 Tingkat Kecemasan

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Pasien Akne Vulgaris Di Poliklinik Ilmu Kulit Dan Kelamin RSUP Cipto Mangun Kusumo

Jakarta

T a b e

Tabel 5.36 menunjukan distribusi frekuensi tingkat kecemasan Pasien Akne Vulgaris Di Poliklinik Ilmu Kulit Dan Kelamin RSUP Cipto Mangun Kusumo Jakarta yakni berdasarkan tingkat kecemasan sedang sebanyak 63,8%, kecemasan ringan sebanyak 31,9%, normal sebanyak 2,1% dan berat sebanyak 2,1%.

5.1.4 Akne Vulgaris

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Akne Vulgaris Di Poliklinik Ilmu Kulit Dan Kelamin RSUP Cipto Mangun Kusumo Jakarta

T a

Variabel Deskripsi Frekuensi Persentase Kecemasan Normal

Kecemasan ringan Kecemasan sedang Kecemasan berat

1 15 30 1

2,1 31,9 63,8 2,1 Total 47 100,0

Variabel Deskripsi Frekuensi Persentase Akne Vulgaris 1. Ringan

2. Sedang 3. Berat

15 22 10

31,9 46,8 21,3 Total 47 100,0

Tabel 5.4 menunjukan distribusi Akne Vulgaris Di Poliklinik Ilmu Kulit Dan Kelamin RSUP Cipto Mangun Kusumo Jakarta yakni klasifikasi Akne Vulgaris sedang sebanyak 46,8% ringan sebanyak 31,9% dan berat sebanyak 21,3%.

5.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen yaitu citra diri, harga diri dan tingkat kecemasan terhadap Akne Vulgaris Di Poliklinik Ilmu Kulit dan Kelamin RSUP Cipto Mangun Kusumo Jakarta. Uji hubungan penelitian ini menggunakan uji Chi Square dengan derajad kemaknaan 5% (0,05). Hubungan antara variabel independen dan dependen dikatakan bermakna bila p value < 0,05 dan hubungan dikatakan tidak bermakna bila p value > 0.05.

5.2.1 Hubungan Akne Vulgaris Terhadap Citra Diri Tabel 5.5

Hubungan Akne Vulgaris Terhadap Citra Diri Di Poliklinik Ilmu Kulit Dan Kelamin Rsup Cipto Mangun Kusumo Jakarta

Variabel Independen

Citra Diri p-

Valu e

OR CI Negatif Positif Total 95%

Agne

Vulgaris n % n % n %

0,002

6,49(

8,58- 2,43)

Ringan 11 23,4 4 8,5 15 31,9

Sedang 13 27,7 9 19,1 22 46,8

Berat 6 12,8 4 8,5 10 21,3

Total 30 63 17 36,2 47 100,0

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 47 responden dengan citra diri negatif pada pasien akne vulgaris sedang sebanyak 27,7% dan akne vulgaris sedang dengan citra diri negatif sebanyak 23,4%. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square didapatkan nilai p value: 0,002 berarti p<α dimana nilai α: 0,05 yang berarti hipotesis diterima karena lebih kecil dari 0,05. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan akne vulgaris terhadap citra diri pada pasien akne vulgaris di Poliklinik Ilmu Kulit Dan Kelamin RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta.

5.2.2 Hubungan Akne Vulgaris Terhadap Harga Diri Tabel 5.6

Hubungan Akne Vulgaris Terhadap Harga Diri Di Poliklinik Ilmu Kulit Dan Kelamin Rsup Cipto Mangun Kusumo Jakarta

Variabel Independen

Harga Diri p-

Val ue

OR CI Rendah Sedang Tinggi Total 95%

Agne

Vulgaris n % n % n % n %

0,00 4

9,682 (9,50

4- 7,62)

Ringan 1 2,1 5 10,6 9 19,1 15 31,9

Sedang 3 6,4 14 29,8 5 10,6 22 46,8

Berat 3 6,4 6 12,8 1 2,1 10 21,8

Total 7 14,9 25 53,2 15 31,9 47 100,0

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 47 responden pasien dengan akne vulgaris sedang mengalami harga diri sedang sebanyak 29,8% dan pasien dengan akne vulgaris sedang mengalami

harga diri rendah sebanyak 6,4%. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square didapatkan nilai p value: 0,004 berarti p<α dimana nilai α: 0,05 yang berarti hipotesis diterima karena lebih kecil dari 0,05. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan akne vulgaris terhadap harga diri pada pasien akne vulgaris di Poliklinik Ilmu Kulit Dan Kelamin RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta.

5.2.3 Hubungan Akne Vulgaris Terhadap Kecemasan Tabel 5.7

Hubungan Akne Vulgaris Terhadap Kecemasan Di Poliklinik Ilmu Kulit Dan Kelamin Rsup Cipto Mangun Kusumo Jakarta

Variabel Independ

en

Kecemasan p-

Valu e

OR CI Normal Rendah Sedang Tinggi Total 95%

Agne

Vulgaris n % n % n % n % n %

0,06 3

5,97 7 (6,58

- 3,18) Ringan 1 2,1 8 17,0 6 12,8 0 0,0 15 31,9

Sedang 2 4,3 11 23,4 8 17,0 1 2,1 22 46,8 Berat 0 0,0 3 6,4 5 10,6 2 4,3 10 21,3 Total 3 6,4 22 46,8 19 40,0 3 6,4 47 100,0

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 47 responden dengan akne vulgaris sedang dan kecemasan ringan sebanyak 23,4%

sedangkan akne vulgaris sedang dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 17,0%. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi

Square didapatkan nilai p value: 0,063 berarti p>α dimana nilai α:

0,05 yang berarti hipotesis ditolak karena lebih besar dari 0,05. Hal ini membuktikan bahwa tidak ada hubungan akne vulgaris terhadap tingkat kecemasan pada pasien akne vulgaris di Poliklinik Ilmu Kulit Dan Kelamin RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta.

78

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka pada bagian ini akan dibahas lebih lanjut hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan distribusi citra diri, harga diri dan tingkat kecemasan terhadap terhadap pasien Akne Vulgaris Di Poliklinik Ilmu Kulit Dan Kelamin RSUP Cipto Mangun Kusumo Jakarta. Serta menjelaskan hubungan dari citra diri, harga diri dan tingkat kecemasan terhadap Akne Vulgaris di Poliklinik Ilmu Kulit dan Kelamin RSUP Cipto Mangun Kusumo Jakarta.

6.1 Analisa Univariat

6.1.1 Ditribusi Frekuensi Akne Vulgaris

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan distribusi Akne Vulgaris Di Poliklinik Ilmu Kulit Dan Kelamin RSUP Cipto Mangun Kusumo Jakarta yakni klasifikasi Akne Vulgaris sedang sebanyak 46,8%.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anandita (2017) yang menunjukkan bahwa distribusi tingkat keparahan akne vulgaris yang paling banyak diderita oleh responden adalah akne vulgaris yang ringan sebanyak 46,5%. Hasil penelitian tersebut berdasarkan pemeriksaan mayoritas responden menunjukkan

kriteria tingkat akne vulgaris ringan (komedo < 20, atau lesi inflamasi

< 15, atau total lesi < 30).

Penelitian Agustin (2018) menyebutkan bahwa sebagian besar responden dengan agne vulgaris berat sebanyak 56,7%. Dan didukung oleh Elga (2017) yang menyebutkan bahwa responden dengan agne vulgaris ringan sebanyak 76,9%

Menurut Movita (2013) Akne vulgaris memiliki bebagai gambaran klinis, seperti komedo, papul, pustul, nodus dan jaringan parut, sehingga disebut dermatosis polimorfik. Kemudian, manifestasi klinis akne vulgaris tersebut dapat berlanjut hingga terbentuknya jaringan parut yang parah pada daerah wajah, dada, dan punggung (El-Hamd, 2017).

Akne vulgaris adalah suatu kondisi inflamasi umum pada pada unit polisebaseus yang terjadi pada remaja dan dewasa muda ditandai dengan komedo, papul, pustul, nodul dan dapat disertai rasa gatal daerah-daerah predileksinya terdapat di muka, bahu, bagian atas dari ekstremitas superior, dada, dan punggung. Akne vulgaris disebabkan oleh banyak faktor (multifaktorial) antara lain faktor genetik, faktor bangsa ras, faktor makanan, faktor iklim, faktor jenis kulit , faktor kebersihan, faktor penggunaan kosmetik, faktor stress, faktor infeksi dan faktor pekerjaan . Terjadinya akne vulgaris di pengaruhi oleh empat faktor yaitu peningkatan prodiuksi sebum, hiperkeratinisasi

duktus polisebasea, infeksi dari mikobakterium dan proses inflamasi (Johannes, 2018) .

6.1.2 Citra Diri

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan distribusi frekuensi citra diri pasien akne vulgaris di Poliklinik Ilmu Kulit Dan Kelamin RSUP Cipto Mangun Kusumo Jakarta yakni berdasarkan citra diri negatif sebanyak 63,8%.

Penelitian ini sejelan dengan penelitian yang dilakukan oleh Safitri (2010) juga didapatkan mayoritas (49,2%) memiliki citra diri negatif pada penderita akne vulgaris. Hasil ini sesuai dengan yang menyatakan oleh (Samanthula et al, 2013) bahwa akne vulgaris cukup mempunyai dampak psikologis pada pasien yang menderita akne vulgaris. Pasien akne vulgaris sangat rentan terhadap masalah- masalah psikologis seperti penarikan diri, citra diri negatif, kemarahan, kecemasan dan depresi.

Penelitian lain juga sejalan dengan penelitian ini Anisa (2016) yang menyebutkan bahwa citra diri negatif pada pasien agne vulgaris berat sebanyak 57,9%. Berbeda dengan penelitian Anrian (2016) yang mengatakan bahwa citra tubuh positif sebanyak 45,6%.

Citra tubuh adalah persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering berhubungan dengan tubuh (Riyadi, 2011). Dampak pada citra

diri yang negatif meningkat seiring dengan tingkat keparahan akne vulgaris.

Menurut Annisa (2016) menyebutkan bahwa wajah merupakan salah satu area tersering yang terkena akne vulgaris dan merupakan salah satu bagian tubuh yang penting, terutama dari segi kosmetik seseorang. Akne vulgaris memiliki pengaruh besar pada kehidupan penderitanya, karena pada umumnya mengenai area wajah, sehingga sulit untuk disembunyikan. Selain itu, kondisi hiperpigmentasi akibat skar akne yang dapat bertahan beberapa tahun juga memegang peranan penting dalam mempengaruhi citra diri penderitanya (Safitri, 2010). Hal tersebut dapat mempengaruhi citra diri pada pasien dengan akne vulgaris.

Berdasarkan hasil penelitian ini yakni citra diri negatif pada pasien dengan agne vulgaris sebanyak 63,8%, hal tersebut menujukkan bahwa agne vulgaris mempengaruhi citra diri pada responden, semakin berat agne vulgaris maka semakin negatif citra diri yang dialami responden.

6.1.3 Harga Diri

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan distribusi frekuensi diri pasien akne vulgaris di Poliklinik Ilmu Kulit Dan Kelamin RSUP Cipto Mangun Kusumo Jakarta Jakarta yakni berdasarkan harga diri sedang sebanyak 57,2%.

Dokumen terkait