• Tidak ada hasil yang ditemukan

hubungan akne vulgaris terhadap citra diri, harga

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "hubungan akne vulgaris terhadap citra diri, harga"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Masa remaja merupakan fase usia dimana terjadi perubahan biologis/psikologis dan psikologis, salah satunya munculnya pertumbuhan AV, yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan masalah psikologis seperti depresi, stres, kecemasan, yang dapat mempengaruhi citra diri, harga diri. dan kecemasan karena penurunan kepercayaan diri.pasien. Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan AV dengan citra diri, harga diri dan kecemasan.

TujuanPenelitian

  • TujuanUmum
  • TujuanKhusus

Identifikasi hubungan acne vulgaris dengan harga diri, harga diri dan tingkat kecemasan pada remaja penderita acne vulgaris yang berobat di Klinik Kulit dan Kelamin RSCM.

Manfaat Penelitian

Distribusi frekuensi harga diri penderita akne vulgaris di Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Cipto Mangun Kusumo. Hubungan acne vulgaris dengan harga diri di Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta.

Gambar 2.1. Perbedaan komedo terbuka dan tertutup  Penyebab  terjadinya  hyperkeratosis,  yaitu  :  Androgen  selain  menstimulasi  kelenjar  sebasea  juga  berpengaruuh  pada  hyperkeratosis  saluran  kelenjar,  Pada  penderita  akne  komposisi  sebum  me
Gambar 2.1. Perbedaan komedo terbuka dan tertutup Penyebab terjadinya hyperkeratosis, yaitu : Androgen selain menstimulasi kelenjar sebasea juga berpengaruuh pada hyperkeratosis saluran kelenjar, Pada penderita akne komposisi sebum me

TINJAUAN TEORITIS

Konsep Remaja

Pada masa remaja terdapat 3 sub fase yaitu remaja awal (11 sampai 14 tahun), remaja tengah (15 sampai 17 tahun) dan remaja akhir (18 sampai 20 tahun) (Potter & Perry, 2009). Stimulasi gonad memiliki fungsi ganda, yaitu: produksi dan pelepasan sel gamet-produksi sperma pada jantan dan pematangan dan pelepasan ovum pada betina; dan sekresi hormon seks yang sesuai, yaitu estrogen dan progesteron dari ovarium (wanita) dan testosteron dan testis (pria) Perubahan hormon akan menyebabkan pertumbuhan rambut kemaluan dan menarche pada anak perempuan, pertumbuhan penis, perubahan suara, pertumbuhan rambut di lengan dan wajah pada anak-anak di pria, serta munculnya produksi minyak tubuh, peningkatan aktivitas kelenjar keringat dan jerawat (Batubara, JRL, 2010).

Konsep Citra Diri

Menurut Riyadi (2009), body image yang normal adalah persepsi individu yang dapat menerima dan menyukai tubuhnya sehingga terbebas dari kecemasan dan meningkatkan harga dirinya. Citra tubuh yang terganggu adalah persepsi negatif terhadap tubuh yang disebabkan oleh ukuran, bentuk, struktur, fungsi, batasan, makna dan objek yang sering dikaitkan dengan tubuh (Riyadi, 2009). Menurut Dalami (2009), tanda dan gejala gangguan body image antara lain: penolakan untuk melihat dan menyentuh bagian tubuh yang telah berubah, tidak menerima perubahan yang telah/akan terjadi, penolakan untuk menjelaskan perubahan tubuh, persepsi negatif terhadap tubuh, ekspresi putus asa. dan mengungkapkan rasa takut.

Body image seseorang lebih mengacu pada pandangan orang tersebut terhadap tubuhnya yang terbentuk dalam pikirannya. Salah satu penyebab perbedaan body image yang sebenarnya sering disebabkan oleh media massa yang sering menampilkan gambar tubuh yang dinilai sempurna, sehingga terjadi perbedaan dan menimbulkan persepsi penghayatan tubuh yang tidak atau kurang ideal. . Body image sangat sensitif terhadap perubahan mood (suasana hati), lingkungan, pengalaman fisik individu sebagai respon terhadap suatu peristiwa kehidupan.

Konsep Harga diri

Coopersmiith (dalam Ninik Wahyuni, 2007) menemukan beberapa ciri individu dengan harga diri yang tinggi, yaitu: Aktif dan ekspresif. Guindon (2010) menyampaikan intervensi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan harga diri yang dapat diklasifikasikan menjadi lima kategori yaitu. Kinnunen, dkk; Baumeiser (dalam Guidin, 2010) menyatakan bahwa harga diri dipengaruhi oleh dukungan sosial sehingga dukungan sosial dapat diberikan untuk meningkatkan harga diri.

Baumeister dan rekan mengatakan bahwa individu dengan harga diri yang tinggi menganggap diri mereka menerima dukungan sosial dari lingkungan mereka. Masalah harga diri yang rendah adalah akibat dari fungsi keluarga yang buruk dan pola asuh yang tidak efektif untuk terapi keluarga (Guindon, 2010). Untuk meningkatkan harga diri individu, perubahan perilaku kognitif dapat menggunakan berbagai teknik yang disesuaikan dengan kebutuhan individu.

Konsep Kecemasan

Kecemasan dapat diukur dengan mengukur tingkat kecemasan menurut instrumen pengukuran kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS adalah ukuran kecemasan berdasarkan prevalensi gejala pada individu yang mengalami kecemasan. Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, diperkenalkan oleh Max Hamilton dan kini telah menjadi standar dalam pengukuran kecemasan, khususnya dalam penelitian uji klinis.

Skala HARS telah terbukti memiliki validitas dan reliabilitas yang cukup untuk mengukur kecemasan dalam uji klinis yaitu 0,93 dan 0,97. Individu hanya fokus pada pikiran yang mengkhawatirkannya, ada penyempitan bidang persepsi, mereka masih bisa melakukan sesuatu atas arahan orang lain, pasangan yang menghadapi kelahiran bayi pertama berisiko tinggi, dan individu yang mengalami konflik dalam pekerjaan. Individu yang terbiasa menghadapi kecemasan berlebihan di awal kehidupannya lebih cenderung menunjukkan kecemasan di kehidupan selanjutnya (Suratno, 2).

KerangkaTeori

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Kerangka Konsep

Hipotesis

Distribusi Frekuensi Harga Diri Pasien Acne Vulgaris di Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Cipto Mangun Kusumo Jakarta. Distribusi frekuensi tingkat kecemasan pada penderita akne vulgaris di Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Cipto Mangun Kusumo. Distribusi Frekuensi Akne Vulgaris di Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Cipto Mangun Kusumo Jakarta.

Hubungan acne vulgaris dengan citra diri di Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta. Hubungan acne vulgaris dengan kecemasan di Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta. Serta menjelaskan hubungan antara citra diri, harga diri dan tingkat kecemasan pada Acne Vulgaris di Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta.

Tabel 3.2 Definisi Operasional  Variabel Independen
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Independen

Definisi Operasional

METODE PENELITIAN

Desain penelitian

Rancangan penelitian adalah keseluruhan perencanaan yang menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi permasalahan yang mungkin timbul dalam penelitian (Notoadmodjo, 2010) Rancangan penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan penelitian deskriptif korelatif.

Populasi dan Sampel

Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan antara acne vulgaris dengan harga diri pada pasien acne vulgaris dari Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo Jakarta. Hal ini membuktikan adanya keterkaitan antara acne vulgaris dengan harga diri pada penderita acne vulgaris di Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo Jakarta. Hal ini membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara akne vulgaris dengan tingkat kecemasan pada pasien akne vulgaris di Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi acne vulgaris di Poliklinik Dermatologi dan Venereologi Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta yaitu acne vulgaris klasifikasi sedang adalah 46,8%. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi citra diri pasien akne vulgaris di Poliklinik Dermatologi dan Kelamin RS Cipto Mangun Kusumo Jakarta berdasarkan citra diri negatif sebesar 63,8%. . Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi diri pasien akne vulgaris di Poliklinik Dermatologi dan Kelamin Rumah Sakit Umum Cipto Mangun Kusumo Jakarta berdasarkan penilaian diri sedang hingga 57,2%.

HASIL PENELITIAN

Analisa Univariat

Analisa Bivariat

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Safitri (2010) yang juga menemukan bahwa sebagian besar (49,2%) memiliki citra diri yang negatif pada penderita akne vulgaris. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi tingkat kecemasan pada pasien akne vulgaris di Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Cipto Mangun Kusumo Jakarta berdasarkan tingkat kecemasan sedang sebesar 63,8%. Penelitian ini sejalan dengan Agustin (2018) yang mengatakan bahwa ada hubungan antara acne vulgaris dengan harga diri dengan nilai p = 0,003.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 47 responden penderita akne vulgaris, 29,8% mengalami harga diri sedang. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 29,8% pasien akne vulgaris mengalami harga diri sedang. Penelitian tentang hubungan harga diri, harga diri dan tingkat kecemasan pada acne vulgaris di Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Cipto Mangun Kusumo Jakarta dilakukan selama kurang lebih 8 minggu.

PEMBAHASAN

Analisa Univariat

Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anandita (2017) yang menunjukkan bahwa distribusi tingkat keparahan akne vulgaris yang paling banyak diderita responden adalah akne vulgaris ringan sebesar 46,5%. Temuan ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh (Samanthula et al, 2013) bahwa acne vulgaris memiliki dampak psikologis yang cukup besar pada pasien yang menderita acne vulgaris. Penderita acne vulgaris sangat rentan terhadap masalah psikologis seperti menarik diri, citra diri negatif, marah, cemas dan depresi.

Akne vulgaris berdampak besar pada kehidupan penderitanya karena umumnya mengenai area wajah sehingga sulit untuk disembunyikan. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryanti (2013) tentang hubungan harga diri dengan akne vulgaris diketahui bahwa remaja dengan akne vulgaris memiliki harga diri yang rendah dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki akne vulgaris. Beberapa penelitian sebelumnya mencatat bahwa hal itu memiliki dampak psikologis yang signifikan pada sebagian besar penderita acne vulgaris, terutama remaja dan dewasa muda.

Analisa Bivariat

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ompi, dkk (2018) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara acne vulgaris dengan harga diri responden dengan nilai p = 0,000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 47 responden dengan acne vulgaris sedang dan kecemasan ringan, sedangkan 23,4%. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Manarisip (2015) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat kecemasan terhadap acne vulgaris dengan p-value 0,037.

Didukung dengan penelitian Anandita (2017) yang menyatakan bahwa ada hubungan kecemasan dengan acne vulgaris dengan nilai p 0,002. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Friska (2017) bahwa tidak ada hubungan kecemasan dengan acne vulgaris dengan p-value 0,706. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara akne vulgaris dengan citra diri dan harga diri pada pasien yang menderita akne vulgaris.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan harga diri, harga diri dan tingkat kecemasan dalam kaitannya dengan acne vulgaris serta untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat kecemasan pada remaja penderita jerawat Vukgaris. sehingga masih diperlukan pengembangan untuk mempelajari faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi harga diri, harga diri dan tingkat kecemasan pada penderita akne vulgaris. Baumann dan Keri, 2014, Patofisiologi Konsep Klinik dan Proses Penyakit, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Efendi Siswadi, Mary Wilfrid, 2008, Klien dengan Gangguan Kulit dan Kelamin: Nursing Series, Jakarta, EGC Medical Book.

Kligman Vargo and Susan Martin Tucker, 2014, Standards of Patient Care for Acne Vulgaris, Jakarta, EGC Medical Book Publishers. Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Sumitri (Nim sebagai mahasiswa program S1 Keperawatan Universitas Binawan, Jakarta, mohon bantuan Bapak/Ibu, kakak/I untuk menjadi responden dalam penelitian saya yang berjudul “Hubungan Jerawat vulgaris dan citra diri, harga diri dan tingkat kecemasan pada remaja di unit poliklinik kulit dan kelamin “RS Cipto Mangunkusumo Jakarta” Setelah mendapat penjelasan tentang tujuan, manfaat, jaminan kerahasiaan dan tidak adanya resiko pada penelitian yang dilakukan oleh seorang mahasiswa Universitas Binawan Jakarta bernama Sumitri tentang “hubungan acne vulgaris dengan harga diri, harga diri dan tingkat kecemasan pada remaja di Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta”, demikian informasi yang saya ketahui. yang diberikan sangat bermanfaat bagi pengetahuan dan perkembangan ilmu keperawatan di Indonesia khususnya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Gambar

Gambar 2.1. Perbedaan komedo terbuka dan tertutup  Penyebab  terjadinya  hyperkeratosis,  yaitu  :  Androgen  selain  menstimulasi  kelenjar  sebasea  juga  berpengaruuh  pada  hyperkeratosis  saluran  kelenjar,  Pada  penderita  akne  komposisi  sebum  me
Tabel 3.2 Definisi Operasional  Variabel Independen
Tabel  5.1  menunjukan  distribusi  frekuensi  citra  diri  pasien  akne Variabel  Deskripsi Frekuensi  Persentase Citra Diri Negatif
Tabel  5.4  menunjukan  distribusi  Akne  Vulgaris  Di  Poliklinik  Ilmu  Kulit  Dan  Kelamin  RSUP  Cipto  Mangun  Kusumo  Jakarta  yakni  klasifikasi  Akne  Vulgaris  sedang  sebanyak  46,8%  ringan  sebanyak  31,9% dan berat sebanyak 21,3%

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian, resiko, keuntungan dan hak-hak saya sebagai subjek penelitian yang berjudul : “Efektivitas Penyuluhan Tentang Penatalaksanaan

Setelah mendapat penjelasan serta menyadari manfaat dan resiko penelitian yang berjudul Penilaian Kadar Fibrinogen pada Subjek Sindroma Metabolik dan Obesitas , dan memahami

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang “ Hubungan Anemia Defisiensi Besi terhadap Gangguan Konsentrasi pada siswa-siswi SMAIT AL-FITYAN”, maka dengan ini saya

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang manfaat dan resiko prosedur penelitian ini, menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tentang ” Hubungan Antara

Setelah membaca semua keterangan dan mendapat penjelasan tentang keuntungan dan hak-hak saya sebagai subjek penelitian yang berjudul Gambaran Resiko Trombosis

Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian, resiko, keuntungan dan hak-hak saya sebagai subjek penelitian yang berjudul : “Efektivitas Penyuluhan Tentang Penatalaksanaan

b Formulir Persetujuan FORMULIR PERSETUJUAN SUBJEK Setelah membaca penjelasan dari peneliti, saya memahami tujuan, risiko dan manfaat penelitian yang akan dilakukan sehingga saya

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN INFORM CONSENT Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa : Setelah mendapat penjelasn serta mengetahui manfaat dan tujuan penelitian