• Tidak ada hasil yang ditemukan

Argumentasi Otoritatif-Historis (Negara dan Lembaga Internasional)

Hak Atas Lingkungan

3.2 Argumentasi Otoritatif-Historis (Negara dan Lembaga Internasional)

Hak manusia atas lingkungan yang baik dan sehat dikategorikan sebagai salah satu fundamental rights secara otoritatif dan historis pada level lembaga internasional dengan merujuk pada isi Deklarasi Stockholm 1972, seperti termuat pada Prinsip 1 deklarasi tersebut. Menurut Tim Hayward, ruang lingkup hak manusia atas lingkungan yang baik dan sehat, didasarkan pada United Nation Subcommision on Human Rights and the Environment. Elemen prinsipil hak untuk semua orang yang berkaitan dengan hak manusia atas lingkungan yang baik dan sehat menyatakan bahwa semua orang berhak atas:11

a. bebas dari polusi, degradasi lingkungan dan aktivitas yang dapat berakibat buruk terhadap lingkungan atau mengancam kehidupan, kesehatan, keberlangsungan kehidupan makhluk hidup lain atau pembangunan berkelanjutan,

b. perlindungan dan preservasi udara, minyak, air, lautan es, flora dan fauna dan proses, serta wilayah esensial yang dibutuhkan untuk memelihara keanekaragaman biologi dan ekosistem,

c. standar kesehatan yang tertinggi yang bebas dari bahaya lingkungan,

d. keselamatan dan makanan yang sehat, serta air yang cukup untuk semua makhluk,

e. keamanan dan lingkungan bekerja yang sehat, f. perumahan yang memadai,

10 Ibid., h. 13

11 Ibid., h. 30

g. tanah dan kondisi kehidupan, terjamin lingkungannya secara sehat dan ekologis, h. tidak dicemari rumah atau tanahnya dari akibat keputusan atau tindakan

yang merusak lingkungan, kecuali dalam kondisi darurat yang bertujuan untuk memberi keuntungan masyarakat secara keseluruhan yang tidak dapat dilakukan atau dicapai dengan cara lain,

i. memberi bantuan sewaktu-waktu jika terjadi peristiwa alam atau teknologi dan atau yang lain, yang menyebabkan bencana alam yang berefek langsung kepada manusia,

j. mendapatkan keuntungan yang setara dari observasi dan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan untuk tujuan budaya, ekologi, pendidikan, kesehatan, keberlangsungan kehidupan, rekreasi, spiritual dan tujuan lainnya.

Hal ini meliputi juga akses ekologis terhadap alam,

k. memelihara tempat-tempat yang unik, tetapi konsisten dengan hak-hak konstitusional orang-orang dan kelompok yang hidup di area tersebut.

Selain itu, terdapat pula prinsip lain yang relevan dengan konteks ini, yakni hak semua orang:12

a. untuk mendapatkan informasi mengenai lingkungan, informasi tersebut harus jelas dapat dipahami, tersedia tanpa harus ada beban biaya terhadap yang berkepentingan,

b. aktif, bebas, berpartisipasi dalam perencanaan dan kegiatan, serta proses pengambilan keputusan yang dapat berpengaruh terhadap lingkungan dan pembangunan. Termasuk hak untuk memberikan penilaian pendahuluan terhadap lingkungan, pembangunan dan hak asasi manusia,

c. melakukan upaya hukum yang efektif, baik dalam proses administrasi, maupun pengadilan terhadap adanya bahaya dan ancaman lingkungan.

Terkait perlunya pengaturan berbagai prinsip penting dalam kaitannya dengan kewajiban dasar atas hak asasi manusia, yang meliputi pula hak manusia atas lingkungan yang baik dan sehat, adalah: 13

a. Prinsip pengakuan (recognition).

Prinsip ini mendalilkan bahwa negara berkewajiban untuk mengakui secara penuh hak-hak asasi manusia dalam konstitusinya, peraturan hukumnya, dan kebijakannya.

12 Ibid., h. 15.

13 Ibid.

b. Prinsip penghormatan (respect).

Prinsip ini mendalilkan bahwa negara berkewajiban untuk menghindari segala kegiatan dan langkah-langkah yang mengancam atau mengganggu pengejawantahan penuh semua hak asasi manusia.

c. Prinsip non-diskrimininasi dan kesetaraan (non-discrimination and equity).

Prinsip ini mendalilkan bahwa negara berkewajiban menghindari peraturan- peraturan hukum dan langkah-langkah dan untuk secara aktif memperbaiki diskriminasi yang ada dalam peraturan-peraturan hukum, segala kebijakan dan kondisi (de jure and de facto discrimination).

d. Prinsip prioritas (priority).

Prinsip ini mendalilkan bahwa negara berkewajiban memprioritaskan hak asasi manusia dalam program-program, kebijakan, dan anggarannya.

e. Prinsip penjaminan (assure).

Prinsip ini mendalilkan bahwa negara berkewajiban untuk mengambil langkah-langkah dasar yang menjamin penduduk menikmati hak-haknya secara penuh.

f. Prinsip perlindungan (protect).

Prinsip ini mendalilkan bahwa negara berkewajiban mengundangkan dan menegakkan peraturan perundang-undangan yang dipandang perlu untuk menjamin hak asasi manusia tidak dilanggar oleh pelaku privat (pihak lain selain negara).

g. Prinsip partisipasi (participation).

Prinsip ini mendalilkan bahwa negara berkewajiban untuk memajukan kemampuan publik untuk menjaga hak-haknya melalui transparansi, informasi, pendidikan publik tentang hak asasi manusia dan peluang untuk berpartisipasi.

h. Prinsip upaya hukum (remedy)

Prinsip ini mendalilkan bahwa negara berkewajiban untuk menyediakan upaya hukum yang efektif terhadap pelanggaran hak asasi manusia.

i. Prinsip akuntabilitas (accountability).

Prinsip ini mendalilkan bahwa negara berkewajiban menyediakan akuntabilitas yang efektif untuk pengejawantahan hak melalui evaluasi, perencanaan, dan peninjauan yang efektif.

Di Indonesia, hak atas lingkungan yang sehat dan baik, pertama kalinya disebutkan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1982 tentang Lingkungan Hidup (UULH), yang kemudian digantikan dengan Undang-Undang No. 23

Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH), dan pada tahun 2009 disempurnakan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH). Dari ketiga UU tersebut, UUPPLH 2009 memuat lebih banyak hak yang berkaitan dengan lingkungan hidup ketimbang kedua undang-undang sebelumnya.

Patut digarisbawahi bahwa sebelum diatur dalam UUPPLH 2009, UUD 1945 telah memuat pengaturan hak atas lingkungan sebagai bagian dari HAM.

Pada tahun 1998 secara eksplisit hak atas lingkungan yang sehat dan baik sudah mendapat pengakuan secara formal sebagai hak asasi manusia melalui Ketetapan MPR RI Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia (HAM).

Pada Deklarasi Nasional tentang HAM dalam ketetapan MPR itu menyebutkan bahwa setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang sehat dan baik (right to a healthful and decent environment). Dalam perkembangannya, pada tanggal 23 September 1999, Presiden mengesahkan Undang-Undang No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM). Undang-undang tersebut menempatkan hak atas lingkungan hidup yang sehat dan baik dalam bab hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia, di bawah bagian Hak untuk Hidup (right to life).

Menurut Mas Achmad Santosa, korelasi HAM dan lingkungan hidup dapat dijelaskan dalam 4 (empat) jenis, yaitu: 14

Korelasi I: hak atas lingkungan hidup yang sehat dan baik adalah bagian dari HAM

Korelasi II: pelanggaran HAM merupakan penyebab degradasi lingkungan Korelasi III: penurunan kualitas dan daya dukung lingkungan penyebab

pelanggaran HAM

Korelasi IV: pelanggaran HAM (hak sipil dan politik) senantiasa menyertai perjuangan masyarakat untuk mewujudkan hak atas lingkungan yang sehat dan baik (terutama di negara-negara yang menerapkan pola-pola represi dan tidak demokratis).

Menurut UUPPLH 2009, terdapat delapan hak atas lingkungan yang diatur, yaitu:

1. Pasal 65 Ayat 1 menyatakan bahwa setiap orang berhak atas lingkungan yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia,

14 Mas Achmad Santosa, Good Governance & Hukum Lingkungan (ICEL, Jakarta, 2001) h. 152

2. hak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup (Pasal 65 Ayat 2) 3. hak akses informasi (Pasal 65 Ayat 2),

4. hak akses partisipasi (Pasal 65 Ayat 2),

5. hak mengajukan usul atau keberatan terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup (Pasal 65 Ayat 3),

6. hak untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (Pasal 65 Ayat 4),

7. hak untuk melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup (Pasal 65 Ayat 5), dan

8. hak untuk tidak dapat dituntut secara pidana dan digugat secara perdata dalam memperjuangkan hak atas lingkungan yang baik dan sehat (Pasal 66).

Di antara kedelapan hak tersebut, terdapat hak yang bersifat substantif (substantive right to environmental quality) dan ada hak yang bersifat hak prosedural (procedural rights).15 Yang termasuk hak substantif adalah hak atas lingkungan yang baik dan sehat. Sedangkan yang tujuh lainnya termasuk kategori hak-hak yang prosedural. Heinhard Steiger c.s menyatakan, bahwa apa yang dinamakan hak-hak subjektif (subjective rights) adalah bentuk paling luas dari perlindungan seseorang.16 Hak tersebut memberikan kepada yang mempunyai suatu tuntutan yang sah untuk meminta agar kepentingannya terhadap lingkungan hidup yang baik dan sehat dihormati. Tuntutan dimaksud adalah tuntutan yang dapat didukung oleh prosedur hukum, dengan perlindungan hukum oleh pengadilan dan perangkat-perangkatnya.

Tuntutan tersebut mempunyai 2 (dua) fungsi yang berbeda, yaitu sebagai berikut:

(a) The function of defence (Abwehrfunktion). The right of the individual to defend himself against an interference with his environment which is to his disadvantage;

(b) The function of performance (Leistungsfunktion), the right of the individual to demand the performance of can in order to preserve, to restore or to improve his environment.

15 Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan di Indonesia (PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011) h. 65

16 Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan (Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, Edisi VIII, Cetakan ke-20, 2009) h. 76

Fungsi yang pertama, terkait dengan hak membela diri terhadap gangguan dari luar, yang menimbulkan kerugian pada lingkungannya. Fungsi kedua, terkait dengan hak menuntut dilakukannya sesuatu tindakan agar lingkungannya dapat dilestarikan, dipulihkan atau diperbaiki. Secara substansial, apa yang dimaksudkan pada dua fungsi tersebut telah ditampung dalam Pasal 20 Ayat 2 dan 4 UULH 1982 dan Pasal 34 UUPLH 1997 yang mengatur tentang ganti rugi kepada orang dan/atau melakukan tindakan tertentu.

Penjelasan Pasal 87 Ayat 1 UUPPLH dinyatakan bahwa tindakan tertentu meliputi, misalnya:

a. memasang atau memperbaki unit pengolahan limbah sehingga limbah sesuai dengan baku mutu lingkungan yang ditentukan,

b. memulihkan fungsi lingkungan hidup,

c. menghilangkan atau memusnahkan penyebab timbulnya pencemaran dan/

atau perusakan lingkungan hidup.

Hak-hak fundamental yang khusus dikaitkan pada lingkungan, baru berkembang beberapa tahun terakhir. Hak atas lingkungan hidup yang sehat dan baik, sebagaimana tertera dalam berbagai konstitusi, dikaitkan dengan kewajiban untuk melindungi lingkungan hidup. Ini berarti bahwa lingkungan hidup dengan sumber-sumber dayanya adalah kekayaan bersama yang dapat digunakan setiap orang, yang harus dijaga untuk kepentingan masyarakat dan untuk generasi- generasi mendatang. Dengan demikian, perlindungan lingkungan hidup dan sumber daya alamnya, mempunyai tujuan ganda, yaitu melayani kepentngan masyarakat secara keseluruhan dan melayani kepentingan individu-individu.

Secara konstitusional, hak subjektif sebagaimana tertera dalam Pasal 65 UUPPLH tersebut dapat dikaitkan dengan hak umum yang tercantum dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Alinea dimaksud menyatakan bahwa “untuk ...

membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia... .” Hak subjektif juga dikaitkan pula dengan hak penguasaan kepada negara atas bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Berbagai hak subjektif yang berkaitan dengan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta hak-hak lainnya, tercantum pula dalam Piagam Hak Asasi Manusia, yang merupakan bagian tak terpisahkan oleh Sidang Istimewa MPR tahun 1998.

Uraian di bawah ini tentang keberadaan hak-hak atas lingkungan dalam UUPPLH, yaitu: