• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Hukum Lingkungan

Evolusi Kebijakan dan Prinsip-Prinsip

2.1 Perkembangan Hukum Lingkungan

Perkembangan prinsip-prinsip hukum lingkungan global di awali dengan tragedi lingkungan yang melintasi batas-batas negara, sehingga para pemimpin negara yang terlibat dalam kasus-kasus tersebut menyadari akan pentingnya hukum yang secara khusus mengatur pencemaran lingkungan yang bersifat international atau cross-border. Tragedi lingkungan pertama yang bersifat lintas batas dapat dilihat pada Trail Smelter Arbitration (Amerika Serikat v. Kanada)1 yang mempermasalahkan pencemaran udara yang berasal dari peleburan biji besi di Kanada, yang mencemari Negara Bagian Washington di AS. Pemerintah AS meminta kepada Kanada untuk membayar ganti rugi dan menghentikan kegiatan (injunction) peleburan besi tersebut karena mencemari wilayah AS di kemudian hari. Kanada menolak tuntutan tersebut karena menurut mereka itu adalah hak Kanada untuk membangun industri di dalam wilayah mereka. Namun demikian, arbiter yang memutuskan kasus ini berpendapat bahwa “negara memiliki hak untuk melakukan kegiatan dalam negaranya, tapi pada saat yang sama, negara juga berkewajiban untuk memastikan bahwa kegiatan dalam negaranya tidak menimbulkan gangguan/kerugian pada wilayah negara lain”. Intinya, ‘negara memiliki kewajiban untuk melindungi negara lain dari kegiatan individu/entitas dalam yurisdiksinya agar tidak menimbulkan kerugian pada negara lain’(the duty to protect other states against harmful acts by individuals from within its jurisdiction at all times is the responsibility of a state).2

1 Baca putn lengkapnya di Arbitral Trib., 3 U.N. Rep. Int’l Arb. Awards 1905 (1941).

2 Baca ringkasan lengkap kasusnya di D.J. Harris, Cases and Materials on International Law, ( 7th edition) (2010) Sweet and Maxwell. Publ, London.

Di samping kasus di atas, kasus berikut yang juga mendorong Masyarakat international berpikir soal pentingnya rezim hukum lingkungan internasional adalah “Lac Lanoux Arbitration (Prancis vs Spanyol)”3. Kasus ini adalah menyangkut pemanfaatan air dari Danau Lanoux yang terletak dalam yurisdiksi Prancis, tapi pekerjaan (proyek) ini ditakutkan akan mempengaruhi aliran sungai yang melintasi wilayah Spanyol karena sumber sungai tersebut berasal dari Danau Lanoux. Sebelum kejadian ini, Prancis dan Spanyol telah menandatangani “ Treaty of Bayonne” pada 26 Mei 1866, yang intinya mengatakan bahwa pembangunan di Danau Lanoux harus disetujui kedua belah pihak sebelum dimulai pembangunannya. Oleh karena itu, ketika Prancis memulai suatu proyek tanpa persetujuan awal, Spanyol meminta Prancis untuk membatalkan proyek tersebut karena dianggap melanggar perjanjian dan akan mempengaruhi aliran sungai di Spanyol dan akan berdampak bagi kehidupan warga Spanyol.

Kasus ini kemudian diputuskan oleh mahkamah artibitrase (arbitration tribunal) yang mengatakan bahwa Prancis ‘tidak melanggar’ Treaty of Bayonne, karena sebelum melakukan pembangunan, Prancis telah “mempertimbangkan”

hak-hak Spanyol atas air Danau Lanoux yang mengalir sampai ke wilayah Spanyol.4 Kasus ini menunjukkan bahwa suatu negara tidak memiliki ‘kebebasan mutlak’ untuk memanfaatkan sumber daya alam mereka dan harus memperhitungkan negara lain yang mungkin terganggu kepentingannya akibat pembangunan yang dilakukan di dalam yurisdiksinya. Kasus ini sekaligus menunjukkan bahwa dampak lingkungan tidak mengenal batas-batas administrasi suatu negara.

Di samping dua kasus di atas, salah satu kasus yang memberikan kontribusi terhadap berkembangnya hukum lingkungan internasional adalah kasus kapal tanker Torrey Canyon yang menabrak batu karang di barat laut Inggris pada tahun 1967. Kecelakaan ini mengakibatkan pencemaran minyak di laut Inggris dan Prancis dan melibatkan permasalahan hukum yang kompleks karena pemiliknya adalah orang Amerika Serikat, terdaftar di Liberia, dengan anak buah kapal dari berbagai negara, serta mencemari laut Inggris dan Prancis. Kenyataan ini memerlukan penyelesaian hukum yang rumit dan membuka mata para praktisi hukum, industri kapal dan pejuang lingkungan karena dampak pencemaran yang ditimbulkannya belum pernah terjadi sebelumnya. Oleh karena itu, setelah

3 Putn lengkapnya dapat dibaca di: R.I.A.A. 281; 24 International Legal Resources (ILR). 101. Ringkasannya dapat dibaca di website ECOLEX di: http://www.ecolex.org/ecolex/ledge/view/RecordDetails?id=COU-143747&index=courtdecisions. (Diakses Juni 2014).

4 Baca juga ringkasannya di ECOLEX: http://www.ecolex.org/ecolex/ledge/view/RecordDetails?id=COU- 143747&index=courtdecisions (Diakses Juni 2014)

kejadian ini, sejumlah rezim hukum yang bertujuan untuk melindungi laut dari tumpahan minyak banyak bermunculan.5

Tragedi-tragedi lingkungan tersebut menimbulkan kesadaran manusia akan pentingnya perlindungan lingkungan hidup dan hukum yang mengaturnya karena permasalahan lingkungan melewati batas-batas administrasi pemerintahan dan negara. Ketiga kasus di atas sengaja dipilih karena menggambarkan tiga elemen lingkungan/alam yang sangat penting bagi manusia, yakni: udara, air, dan laut.

Jika ketiga sumber hidup tersebut terganggu kualitasnya maka akan mengancam kehidupan manusia itu sendiri dan seluruh makhluk hidup lainnya.

Perlu pula dicatat bahwa hukum lingkungan internasional yang berkembang pada saat setelah kejadian-kejadian tersebut masih bersifat spesifik atau sektoral karena diarahkan hanya untuk mengatur satu permasalahan khusus. Peristiwa Torrey Canyon, misalnya, mempercepat pembahasan aturan-aturan internasional di bidang tumpahan minyak dari tanker serta sejumlah aturan yang membahas standar-standar keselamatan dari tanker besar.

Perkembangan hukum internasional selanjutnya lebih banyak dipengaruhi oleh beberapa penelitian ilmiah seperti yang saya kemukakan pada Bab 1 buku ini seperti terbitnya buku Rachel Carson, The Silent Spring (1962) dan bukunya Meadows and Meadows, The Limits to Growth (1972). Buku-buku tersebut berhasil menggugah kesadaran baru akan pentingnya perlindungan lingkungan hidup sehingga para kepala negara dan pemerintahan berhasil diyakinkan untuk mendeklarasikan instrumen hukum yang komprehensif untuk melindungi planet bumi dan berusaha menyeimbangkan antara pentingnya ‘pembangunan’

(development) di satu sisi dan ‘perlindungan lingkungan’ (environmental protection) pada sisi yang lain.

Perkembangan ini kemudian melahirkan rezim hukum lingkungan internasional baru yang dapat digolongkan dalam dua kategori besar yakni:

(i) Instrumen hukum lingkungan international lunak (soft law international instruments), dan

(ii) Instrumen hukum lingkungan yang keras/mengikat (hard law international instrument)

5 Untuk perkembangan hukum soal pencemaran laut oleh minyak, baca: Alan Khee-Jin Tan, (2012) Vessel-Source Marine Pollution:

The Law and Politics of International Regulation, Cambridge University Press.

Ringkasan informasi tentang tragedi ini dapat dibaca di Environmental Encyclopedia di http://www.encyclopedia.com/topic/

Torrey_Canyon.aspx (Diakses Juni 2014). Baca juga Patrick Barkham, Oil Spills: Legacy of Torrey Canyon, The Guardian, Thursday 24 June 2010.

Pengelompokan itu penting dilakukan karena setiap instrumen memiliki karakter-karakter khusus dan berbeda antara satu dengan yang lain walaupun ada juga kemiripan antara keduanya.

Soft law instrument menurut Alan Boyle, sekurang-kurangnya memiliki tiga karakteristik berikut:6

(1) soft law is not binding (hukum lunak tidak mengikat),

(2) soft law consists of general norms or principles, not rules (hukum lunak memuat norma-norma umum atau prinsip/asas, bukan aturan),

(3) soft law is law that is not readily enforceable through binding dispute resolution (hukum lunak adalah hukum yang tidak siap untuk ditegakkan melalui penyelesaian sengketa yang mengikat).

Ciri-ciri lain dari soft law instrument dapat dilihat dari namanya yang selalu menggunakan declaration, resolution, accord, charter, dan tidak pernah menamakan diri dengan convention, treaty, agreement, dan protocol yang telah menjadi ciri-ciri khas international hard law instrument.

Untuk jelasnya berikut ini akan menjelaskan beberapa perkembangan hukum lingkungan internasional yang di awali dengan soft law instrument dan bagaimana pengaruhnya dalam perkembangan hukum lingkungan internasional yang bersifat hard law.