• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aset Tetap

Dalam dokumen 1637294610.pdf (Halaman 68-80)

Bab V Penutup

3.6. Akuntansi Beban

3.7.2. Aset Non Lancar

3.7.2.2. Aset Tetap

Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Termasuk dalam aset tetap pemerintah adalah:

1) Aset tetap yang dimiliki oleh entitas pelaporan namun dimanfaatkan oleh entitas lainnya, misalnya instansi pemerintah lainnya, universitas, dan kontraktor;

2) Hak atas tanah. Tidak termasuk dalam definisi aset tetap adalah aset yang dikuasai untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah, seperti bahan (materials) dan perlengkapan (supplies).

Aset Tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas, yaitu:

1) Tanah, ialah tanah yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai;

2) Peralatan dan Mesin, mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektonik, dan seluruh inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai;

3) Gedung dan Bangunan, mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai;

4) Jalan, Irigasi, dan Jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai;

5) Aset Tetap Lainnya, mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai;

6) Konstruksi dalam Pengerjaan, mencakup aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan tetapi belum selesai seluruhnya sampai tanggal laporan keuangan.

PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2018 dan 2017

Hal | 56 Pengakuan

- Aset Tetap Berwujud harus memenuhi kriteria: (a) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan; (b) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal; (c) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas, dan dialihkan kepada pihak ketiga; (d) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan; serta (e) Nilai rupiah pembelian barang material atau pengeluaran untuk pembelian barang tersebut melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap yang telah ditetapkan.

- Perolehan aset diakui ketika suatu entitas mendapatkan manfaat ekonomi dan menerima risiko terkait sehingga perolehan aset dapat diakui. Pengukuran dapat dipertimbangkan andal biasanya dipenuhi bila terdapat transaksi pertukaran dengan bukti pembelian aset tetap yang mengidentifikasikan biayanya. Aset yang dikonstruksi/dibangun sendiri, suatu pengukuran yang dapat diandalkan atas biaya dapat diperoleh dari transaksi pihak eksternal dengan entitas tersebut untuk perolehan bahan baku, tenaga kerja dan biaya lain yang digunakan dalam proses konstruksi.

- Pengakuan aset tetap akan sangat andal bila aset tetap telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah. Dengan dilengkapai dengan bukti kepemilikan secara hukum. Apabila perolehan aset tetap belum didukung dengan bukti secara hukum dikarenakan masih adanya suatu proses administrasi yang diharuskan, maka aset tetap tersebut harus diakui pada saat terdapat bukti bahwa penguasaan atas aset tetap tersebut telah berpindah.

- Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.

Kapitalisasi nilai minimal biaya perolehan yang dapat diakui sebagai aset tetap adalah sebagai berikut:

1) Untuk perolehan awal Aset Tetap harus memenuhi kriteria:

a) Biaya perolehan dengan nilai lebih dari Rp50.000.000,00 per unitnya untuk gedung dan bangunan;

PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2018 dan 2017

Hal | 57 b) Biaya perolehan dengan nilai lebih dari Rp1.000.000,00 per unitnya untuk

peralatan dan mesin;

c) Biaya perolehan dengan nilai lebih dari Rp1.000.000,00 per unitnya untuk tanaman yang berjenis tanaman keras, ditanam di area gedung kantor dan/atau untuk percontohan/pengembangbiakan;

d) Biaya perolehan dengan nilai lebih dari Rp1.000.000,00 per unitnya untuk hewan yang dipelihara di area gedung kantor, dan/atau untuk percontohan/pengembangbiakan;

e) Biaya perolehan dengan nilai lebih dari Rp40.000,00 per unitnya untuk buku;

f) Untuk Tanah, Jalan, Irigasi, dan Jaringan, dan Aset Tetap Lainnya (selain buku, tanaman, dan hewan), tidak ada batasan nilai satuan minimum kapitalisasi, sehingga berapa pun nilai perolehannya harus dikapitalisasi.

Biaya perolehan aset tetap yang nilainya tidak mencapai batasan nilai kapitalisasi tersebut diatas, dikeluarkan dari sajian aset tetap pada Neraca dan diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan.

2) Pengeluaran setelah perolehan Aset Tetap harus memenuhi kriteria:

a) Biaya pemeliharaan dengan nilai lebih dari Rp25.000.000,00 per unitnya untuk gedung dan bangunan;

b) Biaya pemeliharaan dengan nilai lebih dari Rp500.000,00 per unitnya untuk peralatan dan mesin.

Penilaian Awal Aset Tetap

Barang berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aset dan dikelompokkan sebagai aset tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. Bila aset tetap diperoleh tanpa nilai perolehan, maka nilai aset tetap tersebut adalah sebesar nilai wajar pada saat aset diperoleh.

Untuk keperluan penyusunan neraca awal, biaya perolehan aset tetap yang digunakan adalah nilai wajar pada saat neraca awal tersebut disusun. Untuk periode selanjutnya setelah tanggal neraca awal, atas perolehan aset tetap baru digunakan biaya perolehan atau harga wajar bila biaya perolehan tidak ada.

Komponen Biaya

Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau konstruksinya dan biaya pendukung lainnya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat diatribusikan

PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2018 dan 2017

Hal | 58 secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan. Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah: (a) biaya persiapan tempat, (b) biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar muat (handling cost), (c) biaya pemasangan (installation cost), (d) biaya profesional seperti arsitek dan insinyur, dan (e) biaya konstruksi. Tanah diakui pertama kali sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan mencakup harga pembelian atau biaya pembebasan tanah, biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak, biaya pematangan, pengukuran, penimbunan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan sampai tanah tersebut siap pakai. Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua yang terletak pada tanah yang dibeli tersebut jika bangunan tua tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan.

Biaya administrasi dan biaya umum lainnya bukan merupakan suatu komponen biaya aset tetap sepanjang biaya tersebut tidak dapat diatribusikan secara langsung pada biaya perolehan aset atau membawa aset ke kondisi kerjanya.

Biaya perolehan suatu aset yang dibangun dengan cara swakelola ditentukan menggunakan prinsip yang sama seperti aset yang dibeli. Setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari harga pembelian.

Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP)

Konstruksi dalam pengerjaan (KDP) adalah aset-aset yang sedang dalam proses pembangunan. KDP mencakup tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya yang proses perolehannya dan/atau pembangunannya membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan belum selesai.

Perolehan aset dapat dilakukan dengan membangun sendiri (swakelola) atau melalui pihak ketiga dengan kontrak konstruksi. Konstruksi dalam pengerjaan ini apabila telah selesai dibangun dan sudah diserahterimakan akan direklasifikasi menjadi aset tetap sesuai dengan kelompok asetnya, dengan kriteria:

1) Konstruksi secara substansi telah selesai dikerjakan;

2) Dapat memberikan manfaat/jasa sesuai dengan tujuan perolehan.

Pengakuan Konstruksi Dalam Pengerjaan

- Besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan datang berkaitan dengan aset tersebut akan diperoleh;

- Biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal;

PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2018 dan 2017

Hal | 59 - Aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.

Pengukuran

Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat dengan biaya perolehan. Nilai konstruksi yang dikerjakan secara swakelola, antara lain:

- Biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi;

- Biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada umumnya dan dapat dialokasikan ke konstruksi tersebut;

- Biaya lain yang secara khusus dibayarkan sehubungan konstruksi yang bersangkutan.

Biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan suatu kegiatan konstruksi antara lain meliputi:

- Biaya pekerja lapangan termasuk penyelia;

- Biaya bahan yang digunakan dalam konstruksi;

- Biaya pemindahan sarana, peralatan, dan bahan-bahan dari dan ke lokasi pelaksanaan konstruksi;

- Biaya penyewaan sarana dan peralatan;

- Biaya rancangan dan bantuan teknis yang secara langsung berhubungan dengan konstruksi.

Biaya-biaya yang dapat diatribusikan ke kegiatan konstruksi pada umumnya dan dapat dialokasikan ke konstruksi tertentu meliputi: (1) Asuransi, (2) Biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi tertentu, (3) Biaya-biaya lain yang dapat diidentifikasikan untuk kegiatan konstruksi yang bersangkutan seperti biaya inspeksi. Metode alokasi biaya yang dianjurkan adalah metode rata-rata tertimbang atas dasar proporsi biaya langsung.

Dokumen sumber untuk pengakuan penyelesaian suatu KDP adalah Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan (BAPP). Selanjutnya, aset tetap definitif sudah dapat diakui dengan cara memindahkan KDP tersebut ke akun aset tetap yang bersangkutan. Dalam kasus-kasus spesifik dapat terjadi variasi dalam pencatatan. Terkait dengan variasi penyelesaian KDP, jika terdapat variasi pencatatan maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

- Apabila aset tetap telah selesai dibangun, Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan sudah diperoleh, dan aset tetap tersebut sudah dimanfaatkan oleh Satker/SKPD, maka aset tersebut dicatat sebagai Aset Tetap definitifnya;

PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2018 dan 2017

Hal | 60 - Apabila aset tetap telah selesai dibangun, Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan sudah

diperoleh, namun aset tetap tersebut belum dimanfaatkan oleh Satker/SKPD, maka aset tersebut dicatat sebagai Aset Tetap definitifnya;

- Apabila aset telah selesai dibangun, namun Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan belum ada, walaupun aset tetap tersebut sudah dimanfaatkan oleh Satker/SKPD, maka aset tersebut masih dicatat sebagai KDP dan diungkapkan di dalam CaLK;

- Apabila sebagian dari aset tetap yang dibangun telah selesai, dan telah digunakan/dimanfaatkan, maka bagian yang digunakan/dimanfaatkan masih diakui sebagai KDP;

- Apabila suatu aset konstruksi dalam pengerjaan hilang karena sebab tertentu (misalnya terkena bencana alam/force majeure), maka penanggung jawab aset tersebut membuat pernyataan hilang karena bencana alam/force majeure dan atas dasar pernyataan tersebut KDP dapat dihapusbukukan;

- Apabila Berita Acara Serah Terima (BAST) sudah ada, namun fisik pekerjaan belum selesai, akan diakui sebagai KDP.

Pengungkapan

Pengungkapan informasi mengenai KDP pada akhir periode akuntansi adalah sebagai berikut:

- Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat penyelesaian dan jangka waktu penyelesaiannya;

- Nilai kontrak konstruksi dan sumber pembiayaannya;

- Jumlah biaya yang telah dikeluarkan;

- Uang muka kerja yang diberikan;

- Nilai retensi yang dimuat dalam kontrak kerja konstruksi.

Dalam hal biaya rancangan dan bantuan teknis yang secara langsung berhubungan dengan konstruksi (DED) yang telah menjadi KDP tetapi pembangunannya tidak dilaksanakan, maka atas KDP tersebut dilakukan penghapusan secara langsung.

Dalam Catatan atas Laporan Keuangan, diungkapkan untuk masing-masing KDP yang tercantum di neraca antara lain dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carrying amount), kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi, dan jumlah pengeluaran pada setiap pos aset tetap dalam konstruksi.

PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2018 dan 2017

Hal | 61 Perolehan Secara Gabungan

Biaya perolehan dari masing-masing aset tetap yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan biaya pendukung secara merata jika harga beli per unit masing-masing aset tetap sama nilainya. Biaya perolehan dari masing-masing aset tetap yang diperoleh secara gabungan tidak akan dipisahkan biaya pendukungnya ke masing-masing aset tetap jika harga beli per unit masing-masing aset tetap tersebut berbeda. Biaya pendukung tersebut akan diatribusikan kepada aset tetap dengan harga beli per unit paling tinggi.

Pertukaran Aset (Exchanges of Asets)

Suatu aset tetap dapat diperoleh melalui pertukaran atau pertukaran sebagian aset tetap yang tidak serupa atau aset lainnya. Biaya dari pos semacam itu diukur berdasarkan nilai wajar aset yang diperoleh yaitu nilai ekuivalen atas nilai tercatat aset yang dilepas setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer/diserahkan.

Aset Donasi

Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan (donasi) harus dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan. Sumbangan aset tetap didefinisikan sebagai transfer tanpa persyaratan suatu aset tetap ke satu entitas, misalnya perusahaan non pemerintah memberikan bangunan yang dimilikinya untuk digunakan oleh satu unit pemerintah tanpa persyaratan apapun. Penyerahan aset tetap tersebut harus didukung dengan bukti perpindahan kepemilikannya secara hukum, seperti adanya akta hibah.

Tidak termasuk perolehan aset donasi, apabila penyerahan aset tetap tersebut dihubungkan dengan kewajiban entitas lain kepada pemerintah.

Apabila perolehan aset tetap memenuhi kriteria perolehan aset donasi, maka perolehan tersebut diakui sebagai pendapatan-LO dan menambah aset tetap pada Neraca.

Pengeluaran Setelah Perolehan (Subsequent Expenditures)

Pengeluaran setelah perolehan suatu aset tetap yang memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomi di masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan pada nilai tercatat aset yang bersangkutan. Batasan nilai minimal suatu pengeluaran yang dapat dikapitalisasi menambah nilai aset tetap, sebagai berikut:

PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2018 dan 2017

Hal | 62 - Pengeluaran setelah perolehan untuk gedung dan bangunan dengan nilai lebih dari

Rp25.000.000,- per unitnya;

- Pengeluaran setelah perolehan untuk peralatan dan mesin dengan nilai lebih dari Rp500.000,- per unitnya.

Penambahan masa manfaat atas pengeluaran setelah perolehan diatur sebagai berikut:

Jenis Aset Tetap % Pengeluaran Setelah Perolehan Terhadap Nilai Buku

Penambahan Masa Manfaat Gedung dan Bangunan

- Non Permanen

- Non Permanen

> 0% s.d. 30%

> 30% s.d. 50%

> 50% s.d. 70%

> 70% s.d. 90%

> 90%

> 0% s.d. 30%

> 30% s.d. 50%

> 50% s.d. 70%

> 70% s.d. 90%

> 90%

1 tahun 5 tahun 10 tahun 15 tahun 20 tahun 1 tahun 5 tahun 10 tahun 15 tahun 20 tahun Jalan, Irigasi dan Jaringan

- Jalan Kabupaten

- Jembatan, Irigasi dan Jaringan

> 0% s/d 30%

> 30% s/d 50%

> 50% s/d 70%

> 70% s/d 90%

> 90%

> 0% s/d 30%

> 30% s/d 50%

> 50% s/d 70%

> 70% s/d 90%

> 90%

1 tahun 3 tahun 5 tahun 7 tahun 10 tahun 1 tahun 5 tahun 10 tahun 15 tahun 20 tahun

Untuk pengeluaran setelah perolehan selain gedung dan bangunan, hanya menambah nilai perolehan aset tetap tersebut tetapi tidak menambah masa manfaat.

Apabila suatu belanja yang dilakukan setelah perolehan aset tetap yang dilakukan (subsequent expenditure) oleh pemerintah memenuhi kriteria untuk dilakukan kapitalisasi maka sejak proses penganggaran, pengeluaran yang dilakukan tersebut harus masuk ke dalam Belanja Modal. Akan tetapi jika kriteria untuk dilakukannya kapitalisasi atas pengeluaran tersebut belum/tidak terpenuhi, maka penganggaran atas pengeluaran tersebut masuk ke dalam Belanja Barang dan Jasa.

Pengukuran Berikutnya (Subsequent Measurement) Terhadap Pengakuan Awal Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. Apabila terjadi kondisi yang memungkinkan penilaian kembali,

PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2018 dan 2017

Hal | 63 maka aset tetap akan disajikan dengan penyesuaian pada masing-masing akun aset tetap dan akun ekuitas.

Penyusutan

Penyesuaian nilai aset tetap dilakukan dengan berbagai metode yang sistematis sesuai dengan masa manfaat. Metode penyusutan yang digunakan harus dapat menggambarkan manfaat ekonomik atau kemungkinan jasa (service potential) yang akan mengalir ke pemerintah. Nilai penyusutan untuk masing-masing periode diakui sebagai pengurang nilai tercatat aset tetap dan beban penyusutan dalam Laporan Operasional.

Metode penyusutan yang digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang adalah metode garis lurus (straight-line method) dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Pelaksanaan penyusutan dilakukan bersamaan dengan penerapan basis akrual terhitung sejak tahun perolehannya;

2) Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut;

3) Aset Tetap Lainnya yang tidak dilakukan penyusutan berupa:

- buku dan perpustakaan;

- barang bercorak kebudayaan berupa pahatan, lukisan, tanda penghargaan, benda- benda bersejarah;

- hewan dan ternak serta tanaman.

4) Terhadap Aset Tetap Lainnya tersebut diterapkan penghapusan secara periodik yang diatur dalam ketentuan mengenai tata cara penghapusan barang milik daerah;

5) Masa manfaat aset tetap dihitung sejak perolehan aset tetap dimaksud;

6) Penyusutan dihitung secara proporsional berdasarkan masa manfaat (bulan) yang telah dilalui sejak saat perolehan;

7) Dasar penghitungan penyusutan aset tetap yang perolehannya sampai dengan tahun 2014, menggunakan nilai buku sampai dengan 31 Desember 2014 yang dihitung sejak tanggal perolehan awal;

8) Penambahan masa manfaat atas Aset Tetap akibat adanya perbaikan, dilakukan untuk perbaikan Aset Tetap yang diperoleh setelah Tahun Anggaran 2014.

PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2018 dan 2017

Hal | 64 Penghitungan dan pencatatan penyusutan Aset Tetap dilakukan tanpa memperhitungkan adanya nilai residu, dalam satuan mata uang rupiah dengan pembulatan hingga satuan rupiah terkecil.

Penghitungan Penyusutan Aset Tetap dilakukan sejak diperolehnya Aset Tetap sampai dengan berakhirnya masa manfaat Aset Tetap, sedangkan pencatatan atas Penyusutan Aset Tetap dalam Neraca dilakukan sejak diperolehnya Aset Tetap sampai dengan Aset Tetap tersebut dihapuskan.

Penilaian Kembali Aset Tetap (Revaluation)

Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena kebijakan akuntansi menganut penilaian aset berdasarkan biaya perolehan atau harga pertukaran. Laporan keuangan harus menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep biaya perolehan di dalam penyajian aset tetap serta pengaruh penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan suatu entitas. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat aset tetap dibukukan dalam akun ekuitas.

Akuntansi Tanah

Tanah yang dimiliki dan/atau dikuasai pemerintah tidak diperlakukan secara khusus, dan pada prinsipnya mengikuti ketentuan seperti yang diatur pada kebijakan akuntansi aset tetap.

Tidak seperti institusi nonpemerintah, pemerintah tidak dibatasi satu periode tertentu untuk kepemilikan dan/atau penguasaan tanah yang dapat berbentuk hak pakai, hak pengelolaan, dan hak atas tanah lainnya yang dimungkinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tanah memenuhi definisi aset tetap dan harus diperlakukan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada pada kebijakan.

Aset Bersejarah (Heritage Asets)

Kebijakan akuntansi aset tetap ini tidak mengharuskan pemerintah untuk menyajikan aset bersejarah (heritage asets) di neraca namun aset tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Beberapa aset tetap dijelaskan sebagai aset bersejarah dikarenakan kepentingan budaya, lingkungan, dan sejarah.

Karakteristik-karakteristik di bawah ini sering dianggap sebagai ciri khas dari suatu aset bersejarah:

- Nilai kultural, lingkungan, pendidikan, dan sejarahnya tidak mungkin secara penuh dilambangkan dengan nilai keuangan berdasarkan harga pasar;

PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2018 dan 2017

Hal | 65 - Peraturan dan hukum yang berlaku melarang atau membatasi secara ketat

pelepasannya untuk dijual;

- Tidak mudah untuk diganti dan nilainya akan terus meningkat selama waktu berjalan walaupun kondisi fisiknya semakin menurun;

- Sulit untuk mengestimasikan masa manfaatnya.

Aset bersejarah harus disajikan dalam bentuk unit, misalnya jumlah unit koleksi yang dimiliki atau jumlah unit monumen, dalam Catatan atas Laporan Keuangan dengan tanpa nilai.

Biaya untuk perolehan, konstruksi, peningkatan, rekonstruksi harus dibebankan sebagai belanja tahun terjadinya pengeluaran tersebut. Biaya tersebut termasuk seluruh biaya yang berlangsung untuk menjadikan aset bersejarah tersebut dalam kondisi dan lokasi yang ada pada periode berjalan.

Beberapa aset bersejarah juga memberikan potensi manfaat lainnya kepada pemerintah selain nilai sejarahnya, sebagai contoh bangunan bersejarah digunakan untuk ruang perkantoran. Untuk kasus tersebut, aset ini akan diterapkan prinsip-prinsip yang sama seperti aset tetap lainnya.

Aset Infrastruktur (Infrastructure Asets)

Beberapa aset biasanya dianggap sebagai aset infrastruktur. Walaupun tidak ada definisi yang universal digunakan, aset ini biasanya mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1) Merupakan bagian dari satu sistem atau jaringan;

2) Sifatnya khusus dan tidak ada alternatif lain penggunaannya;

3) Tidak dapat dipindah-pindahkan;

4) Terdapat batasan-batasan untuk pelepasannya.

Walaupun kepemilikan dari aset infrastruktur tidak hanya oleh pemerintah, aset infrastruktur secara signifikan sering dijumpai sebagai aset pemerintah. Aset infrastruktur memenuhi definisi aset tetap dan harus diperlakukan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada pada kebijakan akuntansi Pemerintah Kabupaten Tangerang.

Contoh dari aset infrastruktur adalah jaringan, jalan dan jembatan, sistem pembuangan, dan jaringan komunikasi.

Dalam dokumen 1637294610.pdf (Halaman 68-80)