• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beberapa Kasus Terkait Tahapan Uji Pratransfusi

Dalam dokumen LABORATORIUM PRATRANSFUSI UP DATE (Halaman 36-42)

BAB II. UJI PRATRANSFUSI

2.6 Beberapa Kasus Terkait Tahapan Uji Pratransfusi

Pasien laki-laki , 54 tahun, datang ke Unit Gawat Darurat (UGD) pada malam hari dan merupakan kiriman dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten dengan diagnosis peritonitis, suspek gastic ulcer.

Rencana akan dilakukan tindakan laparotomi. Dari hasil pemeriksaan darah lengkap didapatkan kadar hemoglobin 6,41 g/dl, sehingga pasien direncanakan untuk transfusi 4 kantong Packed Red Cell (PRC) selama operasi. Sampel darah dan formulir permintaan darah dikirim ke bank darah.

Setelah dilakukan pencocokan identitas sampel dan formulir permintaan, langkah selanjutnya dilakukan pemeriksaan golongan darah awal dengan metode slide test dan didapatkan hasil B Rhesus positif.

Tidak ada catatan riwayat transfusi sebelumnya. Disiapkan komponen darah donor PRC golongan B Rhesus positif. Pemeriksaan golongan darah baik pasien maupun donor dilanjutkan dengan metode tube test dan didapatkan golongan darah sama yaitu B Rhesus positif. Hasil pemeriksaan crossmatch dengan 2 donor adalah kompatibel.

Gambar 2.6 Hasil pemeriksaan crossmatch dengan metode gel menunjukan hasil kompatibel.

Mayor, donor 1 minor,

donor 1 Mayor, donor 2 minor,

donor 2 Auto

control Auto pool

INR, cm 1500121, 4/9/2016

PRC dikeluarkan dari bank darah dan selanjutnya transfusi diberikan sebanyak 2 kantong selama operasi. Tanda-tanda reaksi transfusi agak sulit dilacak karena pasien sedang dalam pengaruh obat anestesi. Secara klinis dijumpai adanya perdarahan dan hematuria. Pasien direncanakan untuk diberikan transfusi berikutnya dengan komponen PRC dan Fresh Frozen Plasma (FFP). Dikirim permintaan darah yang kedua dengan sampel baru.

Hasil pemeriksaan golongan darah pada sampel kedua didapatkan golongan O Rhesus positif dan crossmatch dengan donor golongan O menunjukkan hasil kompatibel, tetapi pada permukaan gel terlihat kemerahan. Berbeda dengan hasil crossmatch pada gambar 2.6 Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh adanya proses hemolitik setelah proses transfusi sebelumnya.

Gambar 2.7 Hasil pemeriksaan crossmatch dengan metode gel menunjukan hasil kompatibel dengan warna kemerahan pada permukaan gel.

Karena dijumpai adanya perbedaan golongan darah antara sampel pertama dan kedua, maka petugas bank darah meminta sampel ulang.

Hasil pemeriksaan pada sampel ketiga didapatkan golongan O Rhesus positif. Transfusi ditunda dan pasien ditangani sebagai kasus reaksi transfusi berat, tetapi penanganan tersebut tidak berhasil menyelamatkan pasien dan pasien meninggal.

Setelah ditelusuri kembali waktu pengiriman sampel yang pertama ke bank darah, dijumpai ada 2 permintaan darah dari UGD yang dikirim



Mayor, donor 1

Mayor, donor 2

minor, donor 1

minor, donor 2

Auto kontrol

Auto pool

secara bersamaan. Satu pasien didapatkan golongan O Rhesus positif, satu pasien dengan golongan B Rhesus positif. Pasien dengan golongan O Rhesus positif dilakukan pengambilan sampel ulang dan didapatkan hasil pemeriksaan golongan darah B Rhesus positif. Berdasarkan informasi dari petugas yang mengambil sampel darah pertama, memang dalam waktu yang bersamaan ada 2 pasien yang membutuhkan darah dan sampel diambil pada jam yang hampir sama. Pasien yang akan dioperasi dengan permintaan cito dan pasien yang lagi satu rencana transfusi besok pagi.

Dari kasus tersebut telah terjadi reaksi transfusi yang fatal yang kemungkinan besar disebabkan oleh kesalahan identifikasi dan pelabelan sampel darah pasien.

Kasus 2.

Pasien wanita, 48 tahun dirawat dengan diagnosis anemia (hemoglobin 5 g/dL). Pasien ini direncanakan akan mendapat transfusi PRC sebanyak 3 kantong. Permintaan darah dikirim dari UGD. Hasil pemeriksaan golongan darah didapatkan bahwa golongan darah pasien A Rhesus positif. Crossmatching dilakukan terhadap 3 darah donor dan menunjukkan hasil kompatibel. PRC kemudian ditransfusikan sebanyak 3 kantong dan tidak ada laporan reaksi transfusi.

Satu minggu kemudian pasien di rawat di ruang rawat biasa dan oleh petugas ruangan dikirimkan lagi permintaan darah kedua, yaitu PRC sebanyak 2 kantong. Hasil pemeriksaan golongan darah pada sampel kedua adalah AB Rhesus positif. Crossmatch dengan donor golongan darah AB kompatibel, tetapi darah belum dikeluarkan. Dalam waktu yang berdekatan, keluarga pasien datang membawa donor dan menunjukkan catatan bahwa pasien membutuhkan darah golongan A.

Hal ini menunjukkan bahwa golongan darah pasien tersebut sebelumnya adalah A Rhesus positif. Oleh petugas bank darah, kemudian dilakukan pengambilan sampel ulang dan didapatkan golongan darah A Rhesus positif.

Penelusuran selanjutnya ditemukan bahwa dalam waktu yang bersamaan ada 2 permintaan darah dari ruang rawat tersebut. Permintaan

tersebut adalah satu pasien dengan golongan AB dan satu pasien lagi dengan permintaan golongan darah A. Pasien yang sebelumnya didapatkan A juga dilakukan pengambilan sampel ulang dan golongan darah pada sampel kedua adalah AB.

Dari kasus tersebut hampir terjadi reaksi transfusi berat yang juga disebabkan oleh kesalahan identifikasi dan pelabelan sampel darah pasien. Ketepatan identifikasi dan pelabelan sampel darah merupakan poin yang sangat kritis dalam menentukan keamanan transfusi.

Selain hal tersebut, catatan tentang riwayat transfusi dan hasil-hasil pemeriksaan lab. sebelumnya juga menjadi penentu keselamatan pasien (McCullough, 2012).

DAFTAR PUSTAKA

Blaney, K.D., Howard, P.R. 2013. Compatibility Testing. Basic&Applied Concepts of Blood Banking and Transfusion Practices. Third Edition. United States: Elsevier Mosby. p. 188-201.

Makroo, R.N. 2009. Compatibility Testing (Pre Transfusion Testing).

Practice of Safe Blood Transfusion Compendium of Transfusion Medicine. New Delhi: Kongposh. p. 123-133.

Judd, W.J. 2009. Red Cell Immunology and Compatibility Testing.

Rossi’s Principles of Transfusion Medicine Fourth Edition. UK:

Wiley-Blackwell. p. 69-87.

McCullough, J. 2012.Techniques of Blood Transfusion. Transfusion Medicine Third Edition. UK: Wiley-Blackwell. p. 362- 375.

Mehdi, S.R. 2013. ABO Blood Group System. Essentials of Blood Banking A Handbook for Students of Blood Banking and Clinical Residents. Second Edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers. p. 7-17.

Mehdi, S.R. 2013. Cross-matching (compatibility testing). Essentials of Blood Banking A Handbook for Students of Blood Banking and Clinical Residents. Second Edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers. p. 46-49.

Saluju, G.P., Singal, G. L. 2014. Collection of Blood Sample for Grouping/Cross-matching. Standard Operating Procedures and Regulatory Guidelines Blood Banking. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers. p. 46-54.

Stoe, M. 2011. Pretransfusion Testing. Immunohematology Principles and Practice Third Edition. Philadelphia: Lippincott Williams &

Wilkins. p. 107- 117.

Zundel, W.B. 2012. Pretransfusion Testing. Blood Groups and Serologic Testing. In: Harmening, D.M. Modern Blood Banking

& Transfusion Practices 6th Edition. Philadelphia: F.A Davis company. p. 241-259.

WHO, 2002. Clinical Transfusion Procedures. The Clinical Use of Blood Handbook. Genewa: WHO. p. 37- 58.

WHO, 2009. Compatibility Testing and Issuing Blood. Safe Blood and Blood Product. Genewa: WHO. p. 41-73.

WHO, 2013. Standar Operating Prosedure for Blood Transfusion.

Genewa:WHO. p. 18-20.

Dalam dokumen LABORATORIUM PRATRANSFUSI UP DATE (Halaman 36-42)