• Tidak ada hasil yang ditemukan

APPENDIX

4. PEMBATASAN DAN PEMINDAHAN HALANGAN (OBSTACLE RESTRICTION AND REMOVAL)

4.4. Benda-Benda yang Dapat Menjadi Obstacle

4-23

4.3. Benda-Benda Berada di Luar Permukaan Obstacle Limitation

4-24

4.4.3.2 Jika diinstruksikan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara untuk memasang lampu dan/atau tanda pada obstacle tersebut, termasuk terrain, maka harus dilaksanakan sesuai dengan standar yang dijelaskan dalam Bab 6.

4.4.4 Obstacle sementara atau berpindah (transient). Obstacle sementara dan obstacle berpindah (transient), seperti, kendaraan, kereta atau kapal yang berdekatan dengan bandar udara dan masuk ke OLS untuk durasi yang singkat, harus disampaikan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara untuk menentukan apakah obstacle tersebut akan membahayakan operasi pesawat udara.

4.4.5 Pagar atau bendungan. Pagar atau bendungan yang masuk dalam OLS harus dianggap sebagai obstacle.

4.4.6 Objek berbahaya di bawah OLS. Jika Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah mengidentifikasi objek yang tidak masuk dalam OLS membahayakan operasi pesawat udara, maka Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dapat meminta untuk melakukan hal berikut terhadap objek tersebut:

a. memindahkannya, jika memungkinkan; atau b. memasang tanda atau lampu.

Catatan. - Sebagai contoh adalah kabel diatas tanah yang tidak mencolok atau objek yang terisolasi bandar udara.

4.5. Shielding

4.5.1 Tujuan shielding

4.5.1.1 Prinsip shielding diterapkan untuk memungkinkan pendekatan yang lebih logis dalam membatasi konstruksi baru dan merumuskan pemasangan tanda dan lampu pada obstacle. Prinsip ini juga mengurangi kasus konstruksi baru yang membutuhkan kajian dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

4-25

4.5.1.2 Prinsip-prinsip shielding diterapkan saat beberapa objek, bangunan atau permukaan alami (natural terrain), yang sudah melebihi di atas salah satu OLS yang dijelaskan pada PKPS 139.

4.5.1.3 Jika karakteristik objek seperti ini dianggap sebagai permanen, maka objek tambahan dalam area tertentu disekitarnya diperbolehkan masuk dalam permukaan tanpa dianggap sebagai obstacle.

4.5.1.4 Obstacle (original obstacle) dianggap mendominasi atau “shielding

area sekitarnya.

4.5.2 Penilaian obstacle shielding

4.5.2.1 Obstacle baru yang berada di sekitar Obstacle yang telah ada dan sudah dinilai dan dianggap dilindungi (shielding) dapat dinilai tidak membahayakan pesawat udara.

4.5.2.2 Jika tidak secara khusus diatur oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Obstacle yang terlindung tidak perlu dipindahkan, direndahkan, dipasang tanda atau lampu serta tidak membutuhkan pembatasan tambahan untuk operasi pesawat.

4.5.2.3 Direktorat Jenderal Perhubungan Udara harus menilai dan menentukan apakah suatu Obstacle terlindung. Penyelenggara bandar udara perlu menginformasikan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara mengenai keberadaan semua obstacle.

4.5.2.4 Hanya obstacle permanen yang telah ada yang diperhitungkan dalam penilaian shielding obstacle baru.

4.5.3 Prinsip-prinsip Shielding

4.5.3.1 Dalam menilai apakah obstacle yang telah ada melindungi sebuah obstacle, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara akan merujuk pada prinsip-prinsip shielding dengan rincian seperti di bawah ini.

4-26

4.5.3.2 Obstacle yang melebihi batas permukaan approach and take-off climb.

a. Keberadaan sebuah obstacle yang berada di area approach and take-off climb disebut dengan critical obstacle. Jika beberapa obstacle posisinya berdekatan satu sama lain, maka salah satu critical obstacle yang memiliki sudut vertical terbesar yang diukur dari inner edge obstacle tersebut.

b. Sebagaimana digambarkan di bawah ini, obstacle baru yang tidak signifikan yang dapat dinilai pembatasan tambahan jika:

i. Saat berada di antara ujung tepi dalam (inner edge end) dan critical obstacle, obstacle baru berada di bawah bidang miring menurun pada 10% dari puncak critical obstacle terhadap tepi dalam (inner edge).

ii. Saat berada di luar critical obstacle dari ujung tepi dalam (inner edge end), obstacle baru tidak lebih tinggi dari ketinggian obstacle permanen.

iii. Saat ada lebih dari satu critical obstacle dalam approach area dan take-off climb, dan obstacle baru berada di antara dua critical obstacle, maka ketinggian obstacle baru tidak berada di atas bidang miring menurun pada 10% dari puncak obstacle kritis berikutnya.

4.5.3.3 Obstacle yang melebihi permukaan horizontal dalam, horizontal luar dan kerucut.

Obstacle baru dapat diterima jika berada di sekitar obstacle yang telah ada, dan tidak masuk dalam permukaan berbentuk kerucut dengan 10% kemiringan menurun dari puncak obstacle yang telah ada, yaitu obstacle baru terlidungi secara radial oleh obstacle yang telah ada.

4.5.3.4 Obstacle yang melebihi batas permukaan transisi.

Obstacle baru dapat dinilai tidak memerlukan pembatasan tambahan jika tidak melebihi ketinggian obstacle yang telah ada dan lebih dekat dengan landas pacu strip dan obstacle baru tersebut berada tegak lurus di belakang obstacle yang telah ada.

4-27

Gambar 4.5- 1 Shielding Obstacle yang Melampui Permukaan Approach and Take-off Climb (Shielding of Obstacles Penetrating the Approach and

Take-off Climb Surfaces)

4.6. Aerodrome Obstacle Charts 4.6.1 Type A

4.6.1.1 Aerodrome Obstacle Charts – ICAO Type A yang mengidentifikasi informasi semua obstacle yang signifikan di take-off area Bandar udara sampai dengan 10 km dari ujung landas pacu.

4-28

4.6.1.2 Aerodrome Obstacle Charts – ICAO Type A harus disiapkan untuk setiap landas pacu yang digunakan dalam operasional penerbangan internasional.

4.6.1.3 Obstacle Charts – ICAO Type A harus sesuai dengan standar dan prosedur yang tercantum dalam ICAO Annex 4.

Catatan. - Bandar udara Obstacle Charts – ICAO Type A yang memenuhi keakurasian persyaratan dalam ICAO Annex 4.

4.6.1.4 Jika tidak ada obstacle yang signifikan di take-off flight path area, sebagaimana dijelaskan dalam ICAO Annex 4, apabila Bandar udara Obstacle Charts – ICAO Type A tidak dibutuhkan maka harus dicantumkan pernyataan di Bandar udara Manual.

4.6.1.5 Pada Bandar udara yang tidak digunakan untuk penerbangan internasional tetapi digunakan untuk operasi angkutan udara dengan berat pesawat udara diatas 5.700 kg, diharuskan untuk menyiapkan Aerodrome Obstacle Charts – ICAO Type A, atau membuat informasi tersendiri terkait obstacle yang dicantumkan dalam Aerodrome Obstacle Charts – ICAO Type A merupakan tugas yang harus dilaksanakan oleh Penyelenggara Bandar Udara bersama dengan operator penerbangan terkait.

4.6.1.6 Jika Aerodrome Obstacle Charts - ICAO Type A sudah disiapkan, atau diperbaharui, maka salinan dari Charts tersebut harus diberikan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

4.6.1.7 Jika Aerodrome Obstacle Charts - ICAO Type A sudah disiapkan dan diterbitkan, maka area take-off flight harus dipantau dan perubahan apapun pada informasi Aerodrome Obstacle Charts -ICAO Type A harus segera dikomunikasikan kepada semua pengguna Charts tersebut.

4-29

Catatan. - Perubahan pada informasi Bandar udara Obstacle Charts - ICAO Type A tetapi tidak pada permukaan takeoff climb OLS tidak membutuhkan tindakan NOTAM.

Jika perubahan informasi Bandar udara Obstacle Charts -ICAO Type A juga menjadi subjek tindakan NOTAM, maka informasi tambahan secara terpisah kepada pemegang Charts tersebut tidak diperlukan.

Daftar distribusi pemegang Bandar udara Obstacle Charts – ICAO Type A harus terjaga dalam Bandar udara Manual.

Aerodrome Obstacle Charts – ICAO Type A harus diperbaharui pada saat ada perubahan, dan diberitahukan melalui NOTAM atau informasi terpisah, hingga mencapai tingkat dimana Direktorat Jenderal Perhubungan Udara menganggapnya sudah berlebih.

4.6.2 Type B

4.6.2.1 Obstacle Charts -ICAO Type B adalah Aerodrome Obstacle Charts - ICAO yang memberikan data obstacle di sekitar bandar udara.

4.6.2.2 Aerodrome Obstacle Charts – ICAO Type B yang disiapkan sesuai dengan standar dan prosedur yang dijelaskan dalam ICAO Annex 4, dapat disediakan.

Catatan. - Chart ini mungkin dibutuhkan oleh operator pesawat udara dengan berat di atas 5.700 kg untuk mengidentifikasi obstacle di sekitar bandar udara.

Keputusan untuk menyiapkan Chart Type B harus dibuat setelah berkonsultasi dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

5-1