• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk Perjanjian Hak dan Kewajiban Antara PT

BAB I PENDAHULUAN

B. Praktik Perjanjian Penggunaan Jaringan Internet Indihome Secara Paralel di Desa Telaga Waru Kabupaten Lombok Barat

2. Bentuk Perjanjian Hak dan Kewajiban Antara PT

jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”.

1) Analisis Terhadap Bentuk Perjanjian dan Hak Kewajiban

jawab. Siapapun dimasa depan kelak dibebani pertanggung jawaban sesuasi dengan perbuatan yang telah dilakukan.150

Adapun isi dari perjanjian tertulis tersebut antara PT. Telekomunikasi Indonesia dengan pelanggan antara lain: a) Pelanggan dilarang melakukan pemindahan atau perubahan apapun terhadap jaringan layanan indihome.

b) Pelanggan dilarang melakukan penjualan kembali baik sebagian maupun keseluruhan layanan indihome dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari Telkom. c) Pelanggan dilarang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum. Menyalah gunakan layanan indihome dalam melakukan ases pada computer dan/atau sistem elektronik dengan cara apapun dan dengan tujuan apapun.

Isi perjanjian di atas bahwa dilarang untuk melakukan penjualan kembali baik sebagian maupun keseluruhan layanan indihome dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari Telekom. Dari isi perjanjian tersebut peneliti menemukan bahwa pelanggan melakukan pelanggaran atas perjanjian tersebut yang dimana pelanggan disini melakukan penyaluran kembali jaringan yang ia miliki kepada masyarakat atau tetangga- tetangga.

Islam membenarkan bahwa manusia tidak diperbolehkan melakukan pengambilan hak orang lain seperti yang dijelasakan dalam firman Allah swt yang berbunyi:

ْٓاَِٙت ا ٌُْْٛذُذ َٚ ًِِغاَثٌْاِت ُُْىَْٕ١َت ُُْىٌَا ََِْٛا ا ٍُُْْٓٛوْأَذ َلَّ َٚ

ٌَِٝا ُِْثِ ْلَّاِت ِساإٌا ِيا ََِْٛا ِِّْٓ اًمْ٠ ِشَف ا ٍُُْٛوْأَرٌِ َِااىُحٌْا

ْ ٍَُّْْٛؼَذ ُُْرَْٔا َٚ

ََ

151

150Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 1996), hlm. 103.

151Al-Baqarah (2): 188

Artinya: “Dan janganlah kamu makan harta diantara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.

Islam tidak mewajibakan adanya bentuk perjanjian tertulis, namun agar lebih baik supaya tidak terjadi persolan antara kedua belah pihak antara PT.

Telekomunikasi Indonesia dengan pelanggan perjanjian tertulis itu penting, melainkan supaya kedua belah pihak tidak merasa saling dirugikan atau agar perjanjian tersebut tetap memiliki bukti yang nyata tidak dengan kepercayaan yang bisa saja dari salah seorang akan berkhianat. Sebagiaman firman Allah swt yang berbunyi:

ًٍَجَا ٌِْٰٝٓا ٍْٓ٠َذِت ُُْرَْٕ٠اَذَذ اَرِا ا َُِْْٰٕٓٛا َْٓ٠ِزاٌا اَُّٙ٠َآْٰ٠ َبْأَ٠ َلَّ َٚ ِۖيْذَؼٌْاِت ٌٌۢةِذاَو ُُْىَْٕ١ات ْةُرْىَ١ٌْ َٚ ُْٖۗ ُْٛثُرْواَف ًَّّٝسُِّ

اََّو َةُرْىا٠ َْْا ٌةِذاَو ِْٞزاٌا ًٍُِِّْ١ٌْ َٚ ْةُرْىَ١ٍَْف ُ هاللّٰ َُّٗاٍَػ

ِْْاَف ْۗأًـْ١َش ُِِْٕٗ ْسَخْثَ٠ َلَّ َٚ ٗٗات َس َ هاللّٰ ِكارَ١ٌْ َٚ ُّكَحٌْا ِْٗ١ٍََػ َلَّ َْٚا اًفْ١ِؼَظ َْٚا اًْٙ١ِفَس ُّكَحٌْا ِْٗ١ٍََػ ِْٞزاٌا َْاَو ُّ١ٌِ َٚ ًٍُِّْْ١ٍَْف َُٛ٘ اًُِّّ٠ َْْا ُغْ١ِطَرْسَ٠ ا ُْٚذِْٙشَرْسا َٚ ِْۗيْذَؼٌْاِت ٗٗ

ًٌُج َشَف ِْٓ١ٍَُج َس أَ ُْٛىَ٠ ُْاٌ ِْْاَف ُُْىٌِاَج ِّس ِِْٓ ِْٓ٠َذْ١َِٙش اً ِعَذ َْْا ِءاَۤذَُّٙشٌا َِِٓ َْ َْٛظ ْشَذ ْٓاِِّ ِٰٓذَا َشِْا اٚ

ُءاَۤذَُّٙشٌا َبْأَ٠ َلَّ َٚ ْٜۗ ٰشْخُ ْلَّا اَُّٙىٰذْحِا َشِّوَزُرَف اَُّٙىٰذْحِا َرِا َْٚا ا ًشْ١ِغَص ُٖ ُْٛثُرْىَذ َْْا ا َُّْْٓٛٔـْسَذ َلَّ َٚ ْۗ ا ُْٛػُد اَِ ا ِجَداَٙاشٌٍِ َُ َْٛلَا َٚ ِ هاللّٰ َذِْٕػ ُػَسْلَا ُُْىٌِٰر ْۗ ٍَِٗجَا ٌِْٰٝٓا ا ًشْ١ِثَو

ًج َش ِظاَح ًج َساَجِذ َْ ُْٛىَذ َْْا ْٓ الَِّا ا ُْْٓٛتاَذ ْشَذ الََّا ْْٰٓٝٔدَا َٚ

ُُْىَْٕ١َت اََٙٔ ْٚ ُشْ٠ِذُذ ْۗاَ٘ ُْٛثُرْىَذ الََّا ٌحإَُج ُُْىْ١ٍََػ َسْ١ٍََف

ْۗە ٌذْ١َِٙش َلَّ اٚ ٌةِذاَو اسۤاَعُ٠ َلَّ َٚ ۖ ُُْرْؼَ٠اَثَذ اَرِا ا ُْْٓٚذِْٙشَا َٚ

ُُُىٍَُِّّؼُ٠ َٚ ْۗ َ هاللّٰ اُٛماذا َٚ ْۗ ُُْىِت ٌٌۢق ُْٛسُف ٗٗأِاَف ا ٍَُْٛؼْفَذ ِْْا َٚ

ْ١ٍَِػ ٍءَْٟش ًُِّىِت ُ هاللّٰ َٚ ْۗ ُ هاللّٰ

ٌُ

152

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis menolak untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya, maka hendaklah dia menuliskan. Dan hendaklah orang yang berutang itu mendiktekan, dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikit pun daripadanya. Jika yang berutang itu orang yang kurang akalnya atau lemah (keadaannya), atau tidak mampu mendiktekan sendiri, maka hendaklah walinya mendiktekannya dengan benar. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi laki- laki di antara kamu. Jika tidak ada (saksi) dua orang laki-laki, maka (boleh) seorang laki- laki dan dua orang perempuan di antara orang-orang yang kamu sukai dari para saksi (yang ada), agar jika yang seorang lupa, maka yang seorang lagi mengingatkannya.

Dan janganlah saksi-saksi itu menolak apabila dipanggil. Dan janganlah kamu bosan menuliskannya, untuk batas waktunya baik (utang itu) kecil maupun besar. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah, lebih dapat menguatkan kesaksian, dan lebih mendekatkan kamu kepada ketidakraguan, kecuali jika hal itu merupakan perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak menuliskannya. Dan ambillah saksi

152Al-Baqarah (2): 282

apabila kamu berjual beli, dan janganlah penulis dipersulit dan begitu juga saksi. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sungguh, hal itu suatu kefasikan pada kamu.

Dan bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Sebuah perjanjian menurut hukum ekonomi syariah harus memenuhi empat rukun dan memenuhi syarat dari perjanjian. Adapun syarat dan rukun perjanjian yang dinyatakan oleh Syamsul Anwar meliputi: 1) Para pihak yang berakad 2) Pernyataan kehendak para pihak 3) Objek akad 4) Tujuan akad.

Adapun syarat akad itu meliputi: 1) Penyesuaian ijab dan kabul 2) Tercapainya kata sapakat 3) Dapat ditentukan 4) Objek itu dapat ditransaksikat 5) Tidak bertentangan dengan syarat.

Rukun adalah salah satu unsur-unsur yang membentuk sesuatu sehingga sesuatu itu terwujud karena adanya unsur-unsur yang membentuknya. dalam pandangan Mazhab Imam Hanafi berpendapat bahwa rukun merupakan unsur-unsur pokok yang membentuk akad. Akad sendiri adalah pertemuan kehendak para pihak dan kehendak itu diungkapkan melalui pernyataan kehendak yang berupa ucapan atau bentuk ungkapan lain dari masing-masing pihak.153

Bentuk perjanjian yang dilakukan oleh PT.

Telekomunikasi Indonesia Cabang Mataram dengan pelanggan indihome secara paralel di Desa Telaga Waru Kabupaten Lombok Barat dilakukan dengan penggunakan perjanjian tertulis. Pada paparan di atas perjanjian atau akad yang mereka lakukan secara tulisan berdasarkan perjanjian yang telah mengikatnya.

153 Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm 130.

2. Perjanjian yang dilakukan Oleh Pelanggan dengan Masyarakat yang Mendapatkan Jaringan dari Pelanggan yang dilakukan dengan Perjanjian Tidak Tertulis atau Lisan.

Bentuk akad yang atau perjanjian penggunaan jaringan internet indihome pelanggan dengan masyarakat yang mendapatkan jaringan ia menggunakan perjanjian tidak tertulis atau lisan tanpa dihadirkan seorang sanksi. Pelanggan dengan masyarakat yang mendapatkan jaringan internet indihome mereka hanya bersepakat untuk memberikan alat berupa kabel dan router selama masyarakat menggunakan jaringan dari pelanggan, akan tetapi jika masyarakat sudah berhenti berlangganan maka alat tersebut akan dicabut atau diambil oleh pihak pelanggan dengan dasar saling percaya.

Adanya perjanjian secara lisan yang dimana terjadinya persoalan kedua belah pihak atas hak dan kewajiban antara keduanya bisa saling mengingkari dan terjadinya suatu permasalahakan yang mengakibatkan perjanjian yang dialakukan hanya perjanjian secara lisan.

Adapun isi perjanjian antara pelanggan dengan masyarakat yang mendapatkan jaringan tersebut antara lain:

1) Proses Pemasangan, yang dimana pemasangan ini dilakukan oleh pelanggan indihome itu sendiri tanpa turun tangan langsung dari masyarakat yang mendapatkan jaringan. Karena masyarakat tinggal menerima jadi.

2) Penggunaan alat-alat, yakni alat-alat tersebut dari pelanggan indihome. Pelanggan yang memberikan alat tersebut akan tetapi jika suatu saat masyarakat akan berhenti dalam pemakaian, maka alat tersebut akan diambil atau dicabut oleh pelanggan itu sendiri.

3) Perbaikan alat-alat, yang dimana alat-alat ini akan diperbaiki langsung oleh pelanggan ketika terjadi kerusakan seperti kabel putus, rusaknya router. Jika terjadi kerusakan alat, disini masyarakat tidak

mengeluarkan uang perbaikan atau pembelian alat dan itu semua sudah ditanggung oleh pelanggan itu sendiri.

Isi perjanjian di atas bahwa pelanggan sendiri yang bertanggung jawab dalam pemasangan alat, penggunaan, dan perbaikan alat-alat tersebut. dan disini pelanggan menjualankan jaringan yang ia miliki kepada masyarakat tanpa pihak PT. Telekomunikasi Indonesia mengetahuinya.

Akan tetapi hal seperti ini tidak diperbolehkan karena sudah ada perjanjian yang telah mengikatnya.

Berdasarkan pandangan Islam akad berasal dari bahasa arab yakni al-aqd yang secara harfiah berarti ikatan atau peraturan dan dipakai dalam arti janji. al-aqd adalah pertalian ijab-qabul dalam suatu perjanjian yang sesuai dengan prinsip syariat. Para pihak yang melakukan transaksi memiliki implikasi dalam pemenuhan hak dan kewajiban. Oleh karena itu dalam Islam dikenal dengan kaidah akad yang menyatakan bahwa pada asasnya akad (perjanjian) adalah kesepakatan kedua belah pihak dan akibat hukumnya adalah apa yang mereka tetapkan melalui janji.154 Oleh sebab itu, akad yang dilakukan dengan ijab-qabul dengan Pandangan hukum ekonomi Islam memperbolehkan melakukan penjualan, akan tetapi di dalam isi perjanjian tidak diperbolehkan (wanprestasi). Abdul Kadir Muhammah menyatakan bahwa wanprestasi adalah tidak memenuhi kewajiban yang harus ditetapkan dalam perikatan, baik perikatan yang timbul dari perjanjian maupun perikatan yang timbul karena undang-undang. dalam pandangan Islam wanprestasi adalah bilamana akad yang sudah tercipta secara sah menurut ketentuan hukum itu tidak dilaksanakan isinya oleh debitur atau dilaksanakan tetapi tidak sebagimana mestinya, maka terjadinya kesalahan dipihak debitur.

Kesalahan dalam fiqh disebut juga at-ta‟adi yaitu suatu sikap (berbuat atau tidak berbuat) yang tidak diizinkan oleh syariat.

154Ibid.,

Artinya suatu sikap yang bertentangan dengan hak dan kewajiban.155

Hukum Islam memiliki ketentuan dalam perikatan dan perjanjian yang dimana memberi keabsahan kepada pihak- pihak yang terlibat untuk mengambil bentuk dari macam- macam akad yang dipilih. Menunjukkan adanya ijab qabul sudah dianggap akad, dan akad ini memiliki pengaruh selama diselnggarakan oleh mereka dan memenuhi persyaratan penyelanggaraan. Ketentuan inilah yang merupakan pokok- pokok syariat Islam yaitu suatu kaidah bahwa akad-akad dapat dengan cara apa saja baik berupa perkataan maupun perbuatan yang menunjukan maksud akad-akad tersebut.156

Hukum Islam menganjurkan agar perjanjian itu dilakukan dengan tertulis dan saksi dengan tujuan agar hak masing-masing dapat terjamin. dalam firman Allah swt yang berbunyi:

ٌٓ ٰ٘ ِشَف اًثِذاَو ا ُْٚذ ِجَذ ٌَُْ اٚ ٍشَفَس ٍَٰٝػ ُُْرُْٕو ِْْا َٚ