• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Perjanjian Antara PT. Telekomunikasi Indonesia Cabang Mataram Pelanggan

BAB I PENDAHULUAN

B. Praktik Perjanjian Penggunaan Jaringan Internet Indihome Secara Paralel di Desa Telaga Waru Kabupaten Lombok Barat

2. Pembuatan Perjanjian Antara PT. Telekomunikasi Indonesia Cabang Mataram Pelanggan

BAB III

TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP PRAKTIK PERJANJIAN PENGGUNAAN JARINGAN INTERNET

INDIHOME SECARA PARALEL di DESA TELAGA WARU KABUPATEN LOMBOK BARAT

4) Analisis Terhadap Mekanisme atau Prosedur Terjadinya

pemasangan kepada masyarakat yang mendapatkan jaringan darinya. pelanggan meminta biaya pembayaran untuk pembelian alat-alat berupa kabel dan router.

Sebagimana yang dilakukan oleh pelanggan kepada masyarakat yang mendapatkan jaringan itu sudah sama- sama suka rela atau ikhlas. Maka bagi peneliti itu tidak ada pelanggaran terhadap syarat sahnya perjanjian, tetapi secara etika tidak ada prinsip ta‟awun atau tolong menolong dalam pemasangan.

Berdasarkan gambaran temuan peneliti di atas, terlihat adanya pemenuhan rukan dan syarat sahnya sebuah perjanjian. Yang dimana rukun dan syarat sahnya perjanjian yang sebagaimana dikatakan oleh Syamsul Anwar mengatakan mengatakan bahwa: 1) Para pihak yang membuat akad, 2) pernyataan kehendak para pihak, 3) Objek akad, 4) Tujuan akad. Sedangkan syarat-syarat akad meliputi: 1) Bertemunya ijab qabul terjadinya kata kesepatakan, 2) Bersatunya akad, 3) Berbilang atau berkatanya para pihak, 4) Berakal atau tamyiz, 5) Objek akad dapat diserahkan, 6) Objek akad dapat ditentukan, 7) Objek dapat ditransaksikan atau dapat menerima adanya hukum akad.140

Mazhab Iman Hanafi berpendapat bahwa rukun itu merupakan unsur-unsur pokok yang membentuk akad. yang dimana akad ini adalah pertemuan antara kehendak para pihak dan suatu kehendak itu diungkapkan lain dari masing- masing pihak. Terkait dengan para pihak yang melakukan akad kerja sama antara PT. Telekomunikasi Indonesia Cabang Mataram dengan pelanggan disini pelanggan sudah memenuhi syarat yang dimana syarat tersebut adalah bertemunya ijab qabul terjadinya kesepakatan, yang dimana dari ijab qabul ini harus lebih dari satu pihak, karena pada hakekatnya pertemuan ijab disatu pihak dan qabul dipihak

140Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 64-66.

yang lain, sebab dalam setiap akad harus ada dua pihak yang berakad, berbilang atau berkatanya para pihak, berakal atau tamyiz.141

Rasulullah saw menegaskan bahwa segala bentuk perjanjian muamalah hukumnya adalah mubah (Boleh).

Selama transaksi tersebut tidak menghalalkan yang haram ataupun sebaliknya. dengan kata lain, selama perjanjian tersebut tidak dilarang baik dalam Al-Qur‟an maupun hadits, maka ia dapat dipandang sebagai suatu perjanjian yang sah menurut sudut pandang hukum Islam. Hal ini sesuai dengan kaidah Fiqh muamalah yaitu:

”Hukum asal dalam semua bentuk muamlah adalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkan”

Firman Allah swt yang berbunyi:

ْٓ الَِّا ًِِغاَثٌْاِت ُُْىَْٕ١َت ُُْىٌَا ََِْٛا ا ٍُُْْٓٛوْأَذ َلَّ ا َُِْٰٕٛا َْٓ٠ِزاٌا اَُّٙ٠َا َْْا

اِْا ْۗ ُُْىَسُفَْٔا ا ٍُُْْٓٛرْمَذ َلَّ َٚ ْۗ ُُْىِِّْٕ ٍضا َشَذ َْٓػ ًج َساَجِذ َْ ُْٛىَذ اًّْ١ ِح َس ُُْىِت َْاَو َ هاللّٰ

Artinya:”Wahai orang-orang yang beriman, jangnlah kamu memakan harta kamu dengan cara yang batil, kecuali melalui suatu perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimi, sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu”.142

Berdasarkan penggalan ayat di atas menjelaskan bahwa dilarang melakukan kegiatan muamlah dengan cara yang bathil kecuali dengan suka sama suka diantara para pihak.

dan di dalam kaidah fiqh juga menjalsakan bahwa hukum asal dalam transaksi adalah keridhaan kedua belah pihak yang berakal hasilnya adalah berlaku sah yang dilakukan.

141Fdawaiza, Terbentuknya Akad dalam Hukum Perjanjian Islam

142 Al-Nisa (4): 29

Hak dan kewajiban PT. Telekomunikasi Indonesia Cabang Mataram dengan pelaggan yang dimana, PT.

Telekomunikasi Indonesia Cabang Mataram akan memberikan alat untuk pemasangan jaringan internet kepada pelanggan yang dimana alat tersebut adalah kabel dan router.

Alat tersebut akan dipasangkan langsung oleh PT.

Telekomunikasi Indonesia Cabang Mataram. PT.

Telekomunikasi Indonesia Cabang Mataram bertanggung jawab atas alat, pemasangan jaringan. jika terjadi kerusakan maka PT. Telekomunikasi Indonesia Cabang Mataram yang bertanggung jawab atas perbaikan dan akan tetapi ketika suatu saat pelanggan akan berhenti pemakaian maka alat tersebut akan diambil atau dicabut.

Hasil temuan peneliti, kewajiban yang diberikan oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Cabang Mataram sudah cukup baik, karena PT. Telekomunikasi Indonesia Cabang Mataram sudah memenuhi rukun dan syarat yang dimana pelanggan sudah a) baligh, b) berakal, c) cakap melakukan tasharruf, dan saling meridhai.

Dalam pandangan Islam manusia diharuskan melakukan ta‟awun atau tolong menolong. Seperti yang dijelasakan dalam firman Allah swt yang berbunyi:

ُِْثِ ْلَّا ٍََٝػ ا ُْٛٔ َٚاَؼَذ َلَّ َٚ ٜۖ ْٰٛمارٌا َٚ ِّشِثٌْا ٍََٝػ ا ُْٛٔ َٚاَؼَذ َٚ

ِباَمِؼٌْا ُذْ٠ِذَش َ هاللّٰ اِْاْۗ َ هاللّٰ اُٛماذا َٚۖ ِْا َْٚذُؼٌْا َٚ

143

Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong Dallam berbuat dosa dan pelanggaran dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-nya.

Ta‟awun disini memiliki arti sikap tolong menolong dan bantu membantu. Manusia diperintahkan untuk hidup saling tolong menolong, dalam dasar menegakan takwa yaitu mempererat hubungan dengan Allah. Tetapi jangan saling

143Q.S. Al-Ma‟idah (5) : 2

tolong menolong atas berbuat dosa dan menimbulkan permusuhan yang mengakibatkan saling menyakiti sesama manusia, tegasnya merugikan orang lain.144

Quraish Shihab menjelaskan bahwa tolong-menolong dalam kebajikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam dosa dan pelanggaran, merupakan prinsip dasar dalam menjalankan kerjasama dengan siapa pun, selama tujuannya adalah kebajikan dan ketakwaan. Tolong menolong dalam kebajikan dan taqwa merupakan salah satu kewajiban umat muslim. yang dimana, kita menolong orang lain maka harus dipastikan bahwa pertolongan itu menyangkut kebaikan dan ketakwaan. Tolong-menolong juga menyangkut berbagai macam hal, asalkan berupa kebaikan, sebab tolong-menolong akan memudahkan pekerjaan, mempercepat terealisasinya kebaikan.145

Konsep Islam Ta‟awun/tolong-menolong ini sangat penting dalam kehidupan seorang muslim, bahwa Allah mengecamkan orang yang enggan menolong, sebagai orang- orang yang celaka. dijelaskan pada firman Allah swt yang berbunyi:

ِْْۗٓ٠ِّذٌاِت ُبِّزَىُ٠ ِْٞزاٌا َدْ٠َء َسَا –

١

ََُْۙ١ِرَ١ٌْا ُّعُذَ٠ ِْٞزاٌا َهٌِٰزَف -

٢

ِْْۗٓ١ِىْسٌِّْا َِاَؼَغ ٍَٰٝػ ُّطُحَ٠ َلَّ َٚ

- ٣

ََْۙٓ١ٍَِّصٌٍُِّّْ ًٌْ٠ ََٛف -

٤

ََْۙ ُْٛ٘اَس ُِِْٙذ َلََص َْٓػ ُُْ٘ َْٓ٠ِزاٌا -

٥

ََْۙ ُْٚءۤا َشُ٠ ُُْ٘ َْٓ٠ِزاٌا -

٦

144Hamka, Tafsir Ai-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984), hlm. 114.

145Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir, penerjemah. M. Abdi Goffar, jilid 3, (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi‟I, 2017). Hal, 10.

َّْ٠ َٚ

َْ ُْٛػاٌَّْا َْ ُْٛؼَٕ

146

- ٧

Artinya: “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?

itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makanan orang miskin. Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya‟. dan enggan (menolong dengan) barang berguna”.

Surat Al-Ma‟un di atas menjelaskan tentang hal yang penting dalam kehidupan seorang muslim. yang dapat disimpulkan bahwa konsep ta‟awun yang terdapat dalam Al- qur‟an mencakup segala hal pertolongan, baik berupa materi maupun non-materi, selama masih ada tujuan untuk kemaslahatan dan bukan untuk tujuan kerusakan dan hal-hal yang merugikan orang lain. Tolong-menolong sangat dianjurkan karena dalam Islam, seorang muslim itu diberatkan seperti suatu tubuh, ketika suatu bagian tubuh sakit, maka bagian tubuh yang lain juga merasakan sakit.

2. Tahap Pemasangan dan Penyaluran Internet Indihome dari Pelanggan kepada Masyarakat

a) Tahap Pembayaran

Salah satu akad yang berkembang di tengah masyarakat saat ini adalah akad jual beli. Jual beli merupakan akad yang umum digunakan oleh masyarakat, karena setiap pemenuhannya masyarakat tidak bisa melakukan sendiri, tapi membutuhkan dan berhubungan dengan orang lain. Jual beli adalah salah satu transaksi yang dibenarkan selama memenuhi syarat dan rukun secara lengkap, dan prinsip hukum Islam dalam jual beli adalah halal. Perdagangan atau jual beli menurut bahasa berarti penukaran sesuatu dengan suatu yang lain. Menurut istilah yang dimaksud jual beli adalah menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling

146Q.S.Al-Ma‟un (30) : 1-7

merelakan.147 Transaksi jual beli merupakan tindakan yang telah diisyaratkan dalam arti telah ada hukumnya yang jelas dalam Islam. Hukumnya adalah boleh.

Tahap pembayaran yang dilakukan antara pelanggan indihome dengan masyarakat menggunakan sistem iuran perbulan, dengan tidak melihat berapa Mbps yang digunakan. dalam konsep ini masyarakat tidak mengetahui berapa Mbps yang ia pergunakan setiap bulannya karena pelanggan sudah mematok harga terlebih dahulu. Jika ditinjau dari hukum konsep jual beli, dimana jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela diantara kedua belah pihak, yang satu menerima benda/barang dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara‟ dan disepakati.148 Jadi jual beli yang dilakukan oleh pelanggan dengan masyarakat belum memenuhi syarat dari jual beli, dimana pelanggan disini tidak mengetahui berapa jumlah Mbps yang digunakan setiap bulannya. dalam firman Allah swt yang berbunyi:

ُمَ٠ اََّو الَِّا َْ ُِْٛ ُْٛمَ٠ َلَّ اٰٛت ِّشٌا َْ ٍُُْٛوْأَ٠ َْٓ٠ِزاٌَا ِْٞزاٌا َُ ْٛ

اَّأِا ا ٌُْْٓٛاَل ُُْٙأَاِت َهٌِٰر ِّْۗسٌَّْا َِِٓ ُٰٓطْ١اشٌا ُُٗطاثَخَرَ٠ ََّْٓف ْۗاٰٛت ِّشٌا ََ اشَح َٚ َغْ١َثٌْا ُ هاللّٰ اًَحَا َٚ ۘاٰٛت ِّشٌا ًُْثِِ ُغْ١َثٌْا ْٖٓٗ ُشَِْا َٚ َْۗفٍََس اَِ ٍََٗٗف ٝ َٰٙرْٔاَف ِّٗت اس ِِّْٓ ٌحَظِػ َِْٛ َٖٗءۤاَج اَْٙ١ِف ُُْ٘ ِساإٌا ُة ٰحْصَا َهِٕى ٌُٰۤٚاَف َداَػ ََِْٓٚ ْۗ ِ هاللّٰ ٌَٝ ِا

َْ ُْٚذٍِ ٰخ

149

Artinya: “Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa

147Atik Abidah, Fiqh Mu‟amalah (Ponorogo: STAIN PO Press, 2006), hlm. 55

148Tim laskar pelangi, Metodologi Fiqih Muamalah (Kediri: Lirboyo Press, 2013), hlm. 3.

149Qs. Al-Baq‟arah (2): 275.

jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”.

1) Analisis Terhadap Bentuk Perjanjian dan Hak Kewajiban