• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ciri–ciri Belajar Tuntas

Dalam dokumen Strategi Pengajaran dan Pembelajaran (Halaman 103-106)

BAB VIII BELAJAR TUNTAS

C. Ciri–ciri Belajar Tuntas

Pada pokoknya ada 6 macam ciri pokok pada belajar/mengajar dengan prinsip belajar tuntas.

1. Berdasarkan atas tujuan instruksional yang hendak dicapai yang sudah ditentukan lebih dulu.

Seperti kita ketahui tuuan instruksional memberi arah, baik kepada guru maupun kepada siswa dalam melaksanakan prose belajar/mengajar. Jadi, baik sarana, metode, materi pelajaran maupun alat evakuasi haruslah berorientasi kepada tujuan instruksinonal yang dicapai itu.

2. Memperhatikan perbedaan individu siswa (azas perbedaan) Suatu relatif bahwa setiap individu siswa berbeda yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu disebabkan karena faktor–

faktor intern maupun eksteren. Dalam hal ini diutamakan adalah faktor ekstern melalui indera dan kecepatan belajar siswa. Untuk itu pelaksaan belajar/mengajar siswa hendaknya disesuaikan dengan kepekaan (sensitivitas) indera siswa. Yang paling baik adalah pelaksanaan proses belajar/mengajar yang menggunakan multi media dan multi metode.

3. Menggunakan prinsip belajar siswa aktif

Cara belajar siswa aktif (CBSA) memungkinkan para siswa memperoleh pengetahuan dan megembangkan keterampilan kognitif dan manual, kreatifitas serta logika berfikir berdasarkan aktivitas mereka sendiri. Lebih dari An mereka akan terbiasa memecahkan masalah-masalah mereka sendiri yang nantinya sangat berguna bagi kehidupan mereka di hari depan.

4. Menggunakan satuan belajar yang kecil

Saruan-satuan pelajaran yang kecil itu disusun secara sistematis, berurutan dari yang mudah ke yang sukar. Pembagian satuan-satuan itu sangat penting, karena umpan balik (feed- back) akan dapat diperoleh secepat mungkin, sehingga perbai- kan dapat dilaksanakan sedini mungkin.

5. Menggunakan sistem evolusi yang kontinyu dan berdasarkan atas kriteria

a. Evaluasi secara kontinyu (continuous-evaluation) berarti evaluasi dilaksanakan terus-menerus, yaitu pada awal, selama dan pada akhir proses belajar/mengajar.

Dengan evaluasi yang kontinyu ini dimaksudkan agar suaya guru dapat menerima umpan balik secepat dan sesering mungkin serta secara sistematis.

b. Evaluasi berdasarkan atas kriteria (Criterion Referenced Evaluation), berarti evaluasi berdasarkan kriteria keberhasilan belajar siswa, tidak berdasarkan atas norma dibandingkan dengan siswa lain dalam satu kelas (Norm referenced evaluation). Dalam pelaksanaannya dapat berwujud tes formatif/tes sumatif.

6. Menggunakan program pengayaan dan program perbaikan Program pengayaan dan program perbaikan ini merupakan akibat dari:

a. Sistem evaluasi yang kontinyu b. Kriteria keberhasilan

c. Kecepatan belajar siswa

d. Sistem administrasi sekolah yang digunakan

Program pengayaan bagi mereka yang sudah tuntas menguasai suatu metode pelajaran tertentu sambil menanti teman-teman mereka yang belum tuntas. Tetapi kalau sistem administrasi sekolah menggunakan maju berkelanjutan (Continous-progress) tak terbatas, tak perlu adanya program pengayaan. Program perbaikan diberikan mereka kepada yang belum tuntas terhadap sesuatu materi pelajaran sampai tercapai tingkat ketuntasan yang ditentukan.

BAB IX

PEMBELAJARAN REMEDIAL DAN PENGAYAAN

A. Pembelajaran Remedial 1. Pengertian

Dilihat dari arti katanya, remedial mempunyai arti menyembuhkan atau membetulkan atau membuat menjadi baik. Dengan demikian pembelajaran pengertian suatu bentuk khusus pembelajaran untuk menyembuhkan atau memperbaiki sebagian atau seluruh kesulitan belajar yang dihadapi siswa.

Perbaikan diarahkan kepada pencapaian belajar yang optimal sesuai dengan masing-masing melalui perbaikan keselruhan proses belajar mengajar dan keseluruhan kepribadian siswa.

Perbaikan keseluruhan proses belajar mengajar meliputi cara belajar, metode mengajar, materi pelajaran, alat belajar dan lingkungan turut serta mempengaruhi proses belajar mengajar.

Perlu ditambahkan di sini bahwa pembelajaran remedial diadakan, berhubung siswa pada suatu saat mengalami kesulitan belajar. Pengetian kesulitan belajar sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan- hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan- hambatan tersebut mungkin disadari, mungkin disadari oleh orang mengalaminya, serta dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis dalam keseluruhan proses belajarnya. Siswa yang mengalami kesulitan belajar akan mengalami hambatan dalam proses mencapai hasil belajarnya, sehingga prestasi yang dicapai berada di bawah semestinya.

2. Ciri dan Patokan Gejala Kesulitan Belajar

Ciri seorang siswayang mengalami kesulitan belajar antara lain:

a. Menunjukkan hasil belajar di bawah rata-rata nilai kelas b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah

c. Lambat dalam melakukan tugas kegiatan belajar

d. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menetang, dusta, berpura-pura dan sebagainya

Patokan gejala kesulitan belajar ditetapkan berdasarkan empat hal:

a. Tujuan pendidikan/pembelajaran baik TIU maupun TIK bisa dicapai atau tidak oleh siswa yang bersangkutan

b. Kedudukan dalam kelompok

c. Perbandingan antara potensi dengan prestasi d. Kepribadian

Berdasarkan ciri dan patokan gejala kesulitan belajar, dikenal beberapa istilah yang menggambarkan siswa mengalami kesulitan belajar sebagai berikut:

a. Learning disorder, atau kekacauan belajar adalah keadaan di mana proses belajar siswa terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan.

b. Learning disabilities, ketidakmampuan belajar adalah mengacu kepada gejala di mana anak tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar yang dicapai berada di bawah potensi intelektualnya.

c. Learning disfungtion mengacu kepada gejala di mana proses belajar tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya anak tidak menunjukkan subnormalitas mental, gangguan alat dari atau gangguan psikologis lainnya.

d. Underachiever adalah mengacu kepada anak yang memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.

e. Slow learner atau lambat belajar adalah anak yang lambat dalam proses belajarnya, sehingga ia membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan anak yang lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

3. Perbandingan Pembelajaran Remedial dengan Pembe- lajaran Reguler

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai cara pembelajaran remedial, berikut digambarkan perbandingan antara pembelajaran remedial dengan pembelajaran biasa (reguler).

a. Pembelajaran reguler, sebagai program pemebelajaran biasa di kelas diikuti semua siswa. Sedangkan pembelajaran remedial dilakukan khusus untuk siswa yang mengalami kesulitan belajar.

b. Pembelajaran reguler mempunyai tujuan intruksional yang telah ditetapkan sesuai dengan kurikulum, dan sama untuk semua siswa. Sedang pembelajaran remedial mempunyai tujuan intruksional disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.

c. Metode yang digunakan pada pembelajaran reguler bersifat sama untuk semua siswa. Sedang metode yang digunakan pada pembelajaran remedial bersifat diferensial dalam arti disesuaikan dengan sifat dan jenis serta latar belakang kesulitan belajar.

d. Pembelajaran reguler dilaksanakan oleh guru bidang studi yang bersangkutan. Sedang dalam pembelajaran remedial dilaksanakan dengan kerjasama pihak ain seperti guru bimbingan penyuluhan, ahli jiwa dan sebagainya.

e. Alat yang digunakan dalam pembelajaran remedial lebih bervariasi dibandingkan dengan pembelajaran reguler.

f. Pendekatan dalam pembelajaran remedial lebih diferensial dibandingkan dengan pembelajaran reguler.

g. Dalam evaluasi pada pembelajaran reguler menggunakan alat evaluasi yang bersifat seragam dan kelompok. Sedang alat evaluasi yang digunakan pada pembelajaran remedial disesuaikan dengna kesulitan belajar yang dialami siswa.

4. Tujuan Pembelajaran remedial

Secara rinci tujuan pembelajran remedial adalah agara siswa:

a. Memahami dirinya, khusus yang menyangkut prestasi bela- jarnya, yang meliputi segi kekuatannya dan kelemahannya, serta jenis dan sifat kesulitannya.

b. Dapat mengubah/memperbaiki cara belajar ke arah yang lebih baik.

c. Dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat.

d. Dapat mengatasi hambatan belajar

e. Dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan baru, yang dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang lebih baik.

f. Dapat melaksanakan tugas belajar yang diberikan.

5. Fungsi Pembelajaran Remedial

Beberapa fungsi pembelajaran remedial adalah:

a. Fungsi korektif artinya fungsi pembetulan/perbaikan

b. Fungsi pemahaman maksudnya guru, siswa dan pihak lain dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap pribadi siswa.

c. Fungsi penyesuaian, maksudnya siswa untuk lebih dapat menyesuaikan dirinya terhadap lingkungannya.

d. Fungsi pengayaan maksudnya fungsinya yang dapat memperkaya proses belajar mengajar.

e. Fungsi akselerasi maksudnya pembelajaran remedial dapat mempercepat proses belajar baik dari segi waktu maupun materi.

f. Fungsi terapeutik maksudnya dengan pembelajaran remedial dapat menyembuhkan atau meperbaiki kondisi kepribadian siswa yang menunjukkan adanya penyimpangan.

6. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Remedial Prosedur pelaksanaan pembeljaran remedial adalah:

a. Penelaan kembali kasus dengan permasalahannya. Sasaran pokok langkah ini adalah diperolehnya gambaran mengenai karakteristik kasus beserta permasalahannya.

b. Menetukan alternatif pilihan tindakan

c. Layanan bimbingan dan penyuluhan/psikoterapi d. Melaksanakan pembelajaran remedial

e. Mengadakan pengukuran prestasi belajar kembali f. Mengadakan re-evaluasi dan re-diagnostik.

7. Strategi dan Pendekatan Pembelajaran Remedial Strategi dan pendekatan pembelajaran remedial terdiri:

a. Strategi dan pendekatan ang bersifat kuratif meliputi:

1) Pengulangan

2) Pengayaan dan pengukuhan 3) Percepatan

b. Strategi dan pendekatan yang bersifat preventif meliputi:

1) Layanan kepada kelompok belajar homogen 2) Layanan pembelajaran individual

3) Layanan pembelajaran secara kelompok dengan dileng- kapi kelas khusus remedial dan pengayaan.

8. Beberapa Metode Pembelajaran Remedial

Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain:

a. Metoda pemberian tugas b. Metoda diskusi

c. Metoda tanya jawab d. Kerja kelompok e. Tutor sebaya

f. Pembelajaran individual

B. Pembelajaran Pengayaan 1. Pengertian

Pembelajaran pengayaan adalah proses belajar mengajar yang terjadi diperuntukan bagi siwa yang sudah mencapai tingkat penguasaan tertentu lebih dari buku dari kawan- kawannya sekelas, dengan mengisi waktu kelebihannya itu melakukan kegiatan lain untuk memperluas pengetahuan dan keterampilannya, sehinga waktunya tidak terbuang sia-sia, karena harus menunggu kawan-kawannya sekelas yang lebih lambat.

2. Tujuan Pembelajaran Pengayaan

Tujuan pembelajaran pengayaan adalah meperluas pengeta- huan dan keterampilan bagi siswa yang sudah memegangi tingkat tertentu terlebih dahulu dari kawan-kawannya sekelas 3. Fungsi Pembelajaran Pengayaan

Terdapat beberapa fungsi dari pem belajaran pengayaan yaitu:

a. Memperbaiki aplikasi tambahan sesuai dengan yang terdapat dalam ke hidupan sebenaranya, dari konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang diajarkan dalam satuan pelajaran atau pokok bahasan.

b. Memungkin parasiswa menciptakan instrumen-instrumen, alat-alat, atau pameran-pameran yang berhubungan dengan mata pelajaran atau pokok bahasan.

c. Meneliti aspek-aspek yang lebih komples dari konsep yang diajarkan dalam satuan palajaran atau pokok bahasan itu.

d. Memperkenalkan para siswa pada riwayat-riwayat hidup dan kepribadian orang-orang penting dalam perkembangan bidang studi yang diajarkan dari pokok bahasan yang bersangkutan.

e. Mengilustrasikan hubungan pokok bahasan atau pokok topik dengan bidang-bidang akademis lainnya.

f. Memberikan para siswa kesempatan untuk menyatakan keyakinan-keyakinannya sendiri, atau tafsiran-tafsiran mereka, mengenai soal-soal yang berhubungan dengan membuat air mancur pokok bahasa atau satuan pelajaran.

g. Mengajarkan teka-teki, memainkan permainan-permainan atau menikmati humor yang berhubungan dengan satuan pelajaran atau pokok bahasa.

h. Memberikan siswa kesempatan untuk mempertimbangkan berbagai aspek dari masalah-masalah yang dipecahkan atau misteri-mesteri yang belum dipecahkan berkenanan dengan pokok bahasan atau satuan pelajaran.

4. Bentuk Pembelajaran Pengayaan

Kegiatan pengayaan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam:

a. Kegiatan pengayaan yang berhubungan dengan satuan pelajaran/pokok bahasan. Yang dimaksudkan dalam hal ini adalah kegiatan berupa apa saja misalnya membaca buku-buku, mengarang, diskusi, kliping, menggambar dan sebagainya akan tetapi maslahnya masih berada atau sama dengan satuan pelajaran atau pokok bahasan yang bersangkutan.

Contoh:

Pokok bahasan yang sedang dipelajari itu mengenal bejana berhubungan, maka kegiatan pengayaanya berjudul air mancur. Dengan topik itu maka kegiatan yang diberikan dapat bermacam-macam, misalanya antara lain:

1) Membaca buku keterampilan tentang cara membuat air mancur

2) Membuat karangan tentang air mancur yang dapat memancarkan air mancur dengan baik dan yang tidak dapat memancarkan air mancur dengan baik yang tidak dapat memancarkan air dengan baik

3) Mengadakan diskusi (tiga/empat/siswa) tentang bagai- mana membuat air mancur dengan menggambarkan letak air mancur, saluran dan tingginya, selanjutnya melakukan percobaan, dan sebagainya.

b. Kegiatan pengayaan yang tidak berhubungan dengan satuan pelajaran atau pokok bahasan yang sedang dipelajari.

Mungkin sekali suatu satuan pelajaran atau pokok bahasan bersifat sangat sempit, sehingga guru mengalami kesulitan untuk menciptakan kegiatan pengayaan yang sesuai dengan satuan pelajaran atau pokok bahasan yang bersangkutan. Sehubungan dengan keadaan yang demikian itu maka guru dapat mengambil langkah-langkah sebagai berikut:

1) Dapat memberikan kegiatan pengayaan yang tidak berhubungan dengan satuan pokok bahasan yang bersangkutan, akan tetapi masih berada dalam ruang lingkup bidang studi/mata pelajaran yang sama.

Contoh:

2) Mengenai pelajaran sejarah tentang pokok bahasan Perang Diponegoro, maka dapat diberikan kegiatan pengayaan antara lain misalnya:

a) Membuat buku tentang kehidupan tokoh-tokoh dalam sejarah.

b) Membuat karangan tentang tokoh-tokoh dalam sejarah.

c) Membuat kliping mengenai artikel atau gambar- gambar yang berhubungan dengan sejarah.

d) Mengadakan diskusi atau kegiatan lain yang bersangkutan dengan sejarah.

3) Dapat memberikan kegiatan pengayaan yang lain yang sama sekali tidak berhubungan dengan satuan pelajaran/

pokok bahasan yang bersangkutan dan juga tidak dalam bidang studi atau mata pelajaran yang sama.

Contoh:

4) Siswa yang sudah dapat mengerjakan dengan baik mengenai satuan pelajaran neraca lajur (dalam tata buku), maka dapat diberikan kegiatan pengayaan antara lain misalnya:

a) Membuat karangan tentang transmigrasi, atau keluarga berencana, dan sebagainya.

b) Membaca buku-buku ilmu pengetahuan.

c) Menggambarkan reklame tentang hasil produksi.

d) Mengadakan diskusi masalah gelandangan atau kenakalan remaja atau kegiatan-kegiatan lainnya.

5. Unsur-unsur yang Perlu Diperhatikan

Beberapa unsur yang perlu diperhatikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan program pengayaan yaitu:

a. Unsur waktu

b. Unsur anak menyangkut minat siswa dan kematangan siswa c. Unsur psikologis

d. Unsur edukasi

e. Unsur kondisi dan lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto, 2010, Belajar dan Mengajar, Bandung, Yrama Widya

Hamiyah Nur, 2014, Strategi Belajar Mengajar di Kelas, Jakarta, Prestasi pustaka

Sudjana, 2014, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru Algensindo

………., 2010, Media Pengajaran, Bandung, Sinar Baru Algensindo

………., dkk, 1988, Cara Belajar Siswa Aktif, Bandung, Sinar Baru Algensindo

Soetomo, 1993, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar, Surabaya, Usaha Nasional

Zaini Hisyam, dkk, 2004, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta, Djamarah, Zain, 2010, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rhineka Cipta Sardiman, 2010, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, Raja

grafindo Persada

Andayani, dkk, 2014, Pemantapan Kemampuan Mengajar, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Universitas Terbuka

Hamzah, 2014, Belajar dengan Pendekatan PAIKEM, Jakarta, Bumi Aksara

INDEKS

A

abstraksi 57 AMBAK 81 antusias 19 Appling 64 asosiasi 36

Audio Visual Aid 44 auditori 77

authentic 68

Authentic Investigation 66

“a way of doing someting 29

B

Behavior modification 10

Belajar 7, 9, 10, 11, 14, 16, 19, 64, 65, 76, 77, 79, 81, 82, 85, 87, 88, 90, 93, 103 Belajar tuntas 87

berimprovisasi 13 berpresepsi 13 biologi 66 BUZZ Group 35

C

CBSA 16, 17, 18, 29, 38, 43, 44, 90 Chart 45

Collaboration 66 Continous-progress 91 continuous-evaluation 91 controlling 21

Cooperating 64

Criterion Referenced Evaluation 91

D

decide on objectives 68 deduktif 4

demokrasi 19, 57 design appropriate 68 Diagram 45

dimensi kuratif 50

direct instruction 67 discovery 64

Drill 36

E

efektif 3, 10, 29, 30, 38, 49, 50, 65, 81, 83 ekonomi 66, 87, 89

Ekonomis 75 eksperientasi 58 eksperimen 37, 66, 67 ekspositorik 4, 12, 55 Evaluator 16

Experiencing 64

Eye Contact and Movement 21

F

fasilitator 18 feasible 69 feedback 51 Film strip 46 Focusing 21

Fungsi akselerasi 96 Fungsi korektif 96

G

Gaya auditorial 81 Gaya interaksi 20 Gaya kinetik 82 Gaya visual 81 Gerak Guru 20 Gestural focusing 21 Grafik 45

H

heuristic 16 hierarki 3 hipotesis 66 hipotetik 4

I

IBM 9, 15 Indikator 56, 57 Indisiator 15 induktif 4, 57

informasi 15, 22, 25, 26, 30, 34, 45, 57, 58, 63, 65, 66, 67, 70, 71, 74, 77, 81 Informasi verbal 5

Informatory 15 inovator 18

instruksional 3, 44, 87, 90 instrumen 98

Intake 88 Intelektual 77 interaction 21 Interaction Style 20

Interaksi 7, 9, 10, 11, 12, 13, 103 Interaksi Belajar Mengajar 10, 11, 103 interaksi model 13

Interaksi timbal balik 13 invention 64

J

Jigsaw 71

K

Kartun 45 Katalisator 15 Kebisuan guru 20 kecakapan motoris 36 Kekohesifan 17

Keterampilan intelektual 4 Keterampilan motorik 5 klasikal 4

kognitif 4, 9, 10, 26, 38, 58, 90 konduktor 18

konsekuensi 29, 50 konselor 58 konstruktivis 4, 63 kulminasi 14

L

Learning disabilities 94 Learning disfungtion 94 Learning disorder 94

M

mastery learning 87 meaningfull 69

Media pembelajaran 43, 44 Media slide 46

Medus 17 melafal 36

Mengajar 7, 10, 11, 19, 103 Mengkonsolidasikan 22 Mengorganisasikan 22, 69, 70 Menyelingi 30

Merangkum 22

Metoda Brain Strorming 34

metode 4, 5, 11, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 67, 80, 90, 91, 93, 95, 97 Metode Case Study 35

Metode ceramah 30 Metode Debat 34 Metode Discovery 38 Metode Diskusi Formal 32 Metode Diskusi Kelompok 32 Metode Inquiry 37

Metode Karya Wisata 39

Metode Kelompok Studi Kecil 35 Metode Latiahn Siap 36

Metode Panel 32, 33 Metode Panel Forum 33 Metode Problem Solving 38 Metode Role Play 36 Metode Simposium 33 Metode Simulasi 37 Metode Studi Proyek 39 Metode Tanya Jawab 30 model interaksi 11, 12, 13, 14 Modelling/identification 10 model multi arah 14

Model pembelajaran konstruktivis 63 Monitoring 51

monoton 20, 43

motivasi 10, 19, 30, 38, 66, 70, 81 Motivator 15

N

narasi 46

Norm referenced evaluation 91

O

operatornya 46 Organisatorm 15

organize resources 69 otentik 66, 68

P

panelis 32, 33 peer teaching 37 Pemancingan respon 10

pembelajaran 3, 4, 5, 10, 12, 14, 16, 17, 18, 29, 30, 32, 38, 39, 43, 44, 45, 55, 57, 58, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 73, 74, 75, 77, 78, 79, 80, 87, 93, 94, 95, 96, 97, pembelajaran kontekstual 3, 6498

Pembelajaran kooperatif 69 Pembelajaran pengayaan 98

pendekatan 3, 32, 55, 57, 58, 59, 64, 65, 71, 77, 97 Pendekatan ekspositorik 55

Pendekatan inquiry 55 Pengalaman buatan 11 Pengalaman riel 11 Pengalaman verbal 11 Pengelolaan kelas 49, 50 persepsi 10

Pertanyaan analisis 25 Pertanyaan evaluasi 26 Pertanyaan luas 26

Pertanyaan luas menilai 26 Pertanyaan luas terbuka 26 Pertanyaan menggalih 25 Pertanyaan pemahaman 25 Pertanyaan penerapan 25 Pertanyaan pengarah 25 Pertanyaan pengetahuan 25 Pertanyaan retrorika 25 Pertanyaan sempit 26

Pertanyaan sempit informasi 26 Pertanyaan sempit memusat 26 Pertanyaan serbaneka 26 Pertanyaan sintese 26 Perubahan afektif 9 Perubahan kognitif 9 perubahan psikomotor 9 Peta pikiran 83

PKP 55, 56 plan logistics 69

pola pembelajaran 12, 14, 16, 18, 43

Presentasi 74, 76, 79

Problem Based Instruction 65, 67 problem situations 68

production of artifacts and exhibits 66 prosedur 50, 51, 52, 58

prose kosagarisasi 57 psiko drama 37 psikomotor 9, 10 puzzlement 68

Q

Questioning Skills 22

R

Rancangan 51 REACT 64 Reguler 82, 95 Relating 64

remedial 5, 93, 95, 96, 97 resources 69

respon 10, 30, 37, 94 Restructuring kognitif 10 Retensi 73

Review 22 reward 10 role play 36

S

sasmita guru 20 Scanning 82 sensitivitas 90 Serendipity 22 Set Closeure 22 Set Induction 21 simulasi game 37 simultan 68

sistematis 32, 51, 73, 90, 91 SKBM 89

Sketsa 45 Skimming 82 Slow learner 94 socio drama 37 Somatis 77 sosiologi 66

strategi 3, 4, 5, 18, 63, 69, 75

Strategi kognitif 4

Student Centered Instruction 63 student instruction centered 16 Suara guru 20

sugesti positif 79

Switching Sensory Channels 21

T

Taksonomi Bloom 25 Teacher Gesture 20

Teacher instruction centered 12 Teacher Movement 20

Teacher Voice 20 Tehnik menuntun 24 Tehnik reinforcement 24 Teknik menunggu 24 terminologi 9

the art of special someting 29

Tipe student team achievement division 71 Transfer 22

Transferring 65 TVST 46

U

Underachiever 94 universal 49

V

variasi stimulus 19, 20 Verbal focusing 21 verbalisme 31, 36 Visual 44, 77

W

Wap speed 82

BIODATA PENULIS

Dr. Suharti, S.Pd., M.Si., M.Pd, lahir di Jember, 12 Juni 1974. Pendidikan S1 di Universitas Negeri Surabaya tahun 2002 pada Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan

& Rekreasi. S2 di UNITOMO Surabaya tahun 2010 Jurusan Administrasi Publik, S2 Pendidikan Olahraga di Universitas Negeri Surabaya tahun 2012, S3 Ilmu Keolahragaan di Universitas Negeri Surabaya tahun 2016.

Bidang Keahlian yang ditekuni adalah Pendidikan Jasmani. Sampai saat ini aktif mengajar di prodi S1 dan S2 Pendidikan Jasmani di Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, dan sebagai Juri/Wasit Olahraga Kebugaran dan Olahraga Tradisional.

Moh. Hanafi lahir 17 April 1987 di Sampang – Madura, awal karir menjadi atlet sepak takraw pada tahun 2001 kejurda pelajar, dimulai dari level junior/pelajar hingga ke level senior seperti PON 2004 Palembang & PON 2008 di Kaltim. Lulus S1 Pendidikan Olahraga fakultas ilmu keolahragaan tahun 2009 di Universitas Negeri Surabaya setahun kemudian melanjutkan studi ke jenjang S2 di prodi Pendidikan olahraga pasca sarjana Universitas Negeri Surabaya. Karir di kepelatihan dimulai tahun 2008 sebagai pelatih Sepak takraw PUSLATCAB Kota Surabaya sampai 2016, Pelatih PPLM (Mahasiswa) Jawa Timur hingga menangani Sepak takraw Kalimantan Selatan di PON Jawa Barat 2016. 2018 menjadi pelatih kepala di Bangka Tengah (BABEL) dalam acara PORPROV 2018. Pada tahun 2019 sebagai tenaga ahli di KONI Jatim sebagai pendamping cabor untk persiapan PON 2020 di PAPUA. Status pekerjaan sebagai

Kepelatihan Olahraga, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan. Selain itu dosen UNIPA Surabaya ini adalah pelatih fisik lulusan Australian Strength Conditioning Association level 1 (satu)

Dalam dokumen Strategi Pengajaran dan Pembelajaran (Halaman 103-106)

Dokumen terkait