• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian

Dalam dokumen Strategi Pengajaran dan Pembelajaran (Halaman 68-101)

BAB VIII BELAJAR TUNTAS

A. Pengertian

menentukan langkah-langkah tepat untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan cara belajar mengajar guna mencapai pembelajaran.

B. Klasifikasi Pendekatan Pembelajaran

Dalam klasifikasi yang besar dapat digolongkan 2 (dua) pendekatan pembejaran yaitu:

1. Pendekatan ekspositorik yaitu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada peranan guru, sedangkan para siswa beresiko pasif.

2. Pendekatan inquiry yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan siswa aktif dalam mencari dan menentukan sendiri apa yang dipelajari (berorientasi pada siswa).

Di antara kedua pendekatan tersebut, salah satunya adalah pendekatan keterampilan proses (PKP) yang merupakan syarat dalam melaksanakan kurikulum 1984 di Indonesia. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) adalah pendekatan dalam proses belajar mengajar yang menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya. PKP merupakan pendekatan belajar mengajar yang mengarah kepada pengembangan kemampuan mental, fisik, dan

tinggi dalam diri individu siswa.

Kemampuan-kemampuan tersebut antara lain berbentuk:

1. Kemampuan mengidentifikasi 2. Kemampuan mengklasifikasi

3. Kemampuan menghitung, mengukur, mengamati 4. Kemampuan mencari hubungan

5. Kemampuan menafsirkan, menyimpulkan, menerapkan

6. Kemampuan mengkomunikasi dan mengekspresikan diri ke dalam suatu bangsa.

Unsur kemampuan dalam keterampilan:

1. Kemampuan olah pikir (psikis) 2. Kemampuan oleh perbuatan (fisik)

Keterampilan proses maupun keaktifan fisik mencakup:

1. Segi fisik, dalam bentuk gerak, perbuatan.

2. Segi psikis (mental) yang ditunjukan dalam olah psikis dan sikap yang mendukung kegiatan belajar.

Azas Pelaksaan PKP:

1. Motivasi 2. Potensi siswa

3. Suasana kelas pengelolaan kelas 4. Tutwuri handayani

Ciri-ciri PKP:

1. Mengajukan indikator

a. Bertanya apa, Bagaimana

b. Bertanya untuk meminta penjelasan 2. Mengambil Indikator:

a. Mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai b. Menggunakan sebanyak mungkin indera

3. Menafsirkan/pengamatan indikator:

a. Mencatat setiap pengamatan secara terpisah

b. Menghubungkan pengamatan-pengamatan yang terpisah.

1. Pendekatan informasi, pendekatan pembelajaran memberi dorongan internal siswa untuk memahami dunia dengan meng- gali dan mengorganisasikan data, memecahkan masalah dan mampu mengungkapkan. Termasuk pendekatan pembelajaran ini adalah:

a. Pendekatan pembelajaran berpikir induktif

b. Pendekatan pembelajaran inkuiry, memberi tekanan melatih siswa dalam penelitian.

c. Pendekatan pembelajaran konsep

Konsep: abstraksi sekelompok benda atau fenomena/

stimuli yang memiiki persamaan karakteristik, ada konsep konkrit seperti meja, kursi, gunung dan sebagainya. Ada pula konsep abstrak seperti demokrasi termasuk grasi dan sebagainya.

Pembentukan konsep adalah prose kosagarisasi dalam atribut (tanda). Pencapaian konsep adalah proses kosagarisasi di antara satu konsep dengan konsep lainnya. Tujuan pendekatan pencapaian konsep untuk mengembangkan kemampuan berpikir induktif dan analisis konsep, di samping meningkatkan intelektuan dalam mengolah informasi. Langkahnya penyajian data, membandingkan dan mengelompokkan, menentukan label membuat definisi konsep tersebut mencari contoh dan mendiskusikan.

d. Pendekatan pengembangan kognitif atau intelektual : - >

pendekatan ini bertujuan membantu peran menyesuaikan proses pembelajaran terhadap kematangan siswa dan meran- cang cara-cara meningkatkan kecepatan perkembangan kognitif siswa terutama kemampuan berargumentasi.

e. Pendekatan peranan awal -> dengan tujuan mengembangkan efisiensi kemampuan mengolah informasi agar siswa mamu memahami informasi agar bermakna bagi dirinya.

f. Pendekatan memori -> meningkatkan kemampuan mengin- tai dalam diri siswa.

2. Pendekatan personal: tujuannya mengembangkan kepribadian siswa dengan siswa agar mengorganisasikan pengalaman pribadinya.

Termasuk dalam pendekatan ini seperti:

a. Pendekatan pembelajaran tanpa arah, dalam anti guru sebagai konselor dan menitikberatkan persahabatan dengan siswa.

b. Pendekatan latihan kesadaran, yang berisikan rangkaian kegiatan lokakarya, untuk mendorong timbulnya refleksi hubungan antar individu, citra, eksperientasi dan keterampilan diri.

c. Pendekatan sinektiks dimaksudkan pendekatan dalam membantu siswa mampu merancang (tulis menulis) tentang suatu topik dan akhirnya dapat melaksakan prosedur.

d. Pendekatan pertemuan kelas adalah pendekatan yang mem- beri kesempatan pada siswa mengadakan pertemuan (rapat) guna membicarakan/membangun sistem sosial guru mam- pu mengelola suasana pembelajaran dan mampu mengor- ganisasikan siswa agar bertanggungjawab atas situasi kelas.

3. Pendekatan interaksi sosial, dengan tujuan mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi dengan kelompok sosialnya.

Termasuk dalam pendekatan ini seperti pendekatan investigasi kelompok pendekatan, latihan laboratorium, pendekatan penelitian guru prodensi mengembangkan kemampuan berpikir menurut logika hukum dalam memecahkan masalah sosial.

4. Pendekatan sistem perilaku dengan tujuan untuk mengubah perilaku nyata yang nampak dalam hubungannya dengan tugas-tugas yang dijalankan. Termasuk pendekatan ini agar pendekatan belajar lantas, pendekatan belajar kontrol diri, pendekatan latihan ketrampilan dan pengembangan konsep.

Model Pembelajaran

B. Model Pembelajaran Kontekstual 1. Pengertian

Menurut Nurhadi, dkk (2003: 13) pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah- masalah yang disimulasikan yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan pengalaman sesungguhnya.

2. Hal-hal yang perlu diperhatikan

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kasus pembelajaran kontekstual yaitu:

a. Belajar berbasis masalah yaitu suatu pendekatan pembela- jaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah.

b. Pembelajaran autentik

c. Pembelajaran berbasis inquiry d. Belajar berbasis proyek/tugas e. Belajar berbasis kerja

f. Belajar berbasis jasa layanan g. Belajar kooperatif

3. Ada (5) Lima stategi umum pembelajaran kontekstual menurut Nurhadi (200: 23) disingkat dengan REACT, yaitu:

a. Relating: Belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.

b. Experiencing: Belajar ditekankan kepada penggalian (eksplo- rasi), Penemuan (discovery) dan penciptaan (invention) c. Appling: belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan di

dalam konteks pemanfaatannya.

d. Cooperating: Belajar melalui konteks komunikasi interpersonal, pemakaian bersama dan sebagainya.

Pembelajaran berdasar masalah yang dalam bahasa Inggris disebut Problem Based Instruction (disingkat PBI) merupakan model pembelajaran yang efektif untuk proses berpikir tingkat tinggi.

Pembelajaran yang efektif untuk proses berpikir tingkat tinggi.

Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini tidak untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.

Menurut Arends yang dikutip Tenwey Gerson Ratumanan (2000: 119) pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan otentif dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri karakteristik PBI adalah:

1. Pengajuan pertanyaan atau masalah

Selain pengorganisasian pelajaran di sekitar prinsip atau keterampilan-keterampilan akademik tertentu, belajar berdasarkan masalah mengorganisasikan pembelajaran di sekitar pertanyaan dan permasalahan, yang keduanya sangat diper-lukan siswa. Guru menunjukan situasi kehidupan nyata yang jawabannya tidak sederhana dan siswa berlembo menyelesaikannya. Menurut Gallagher dan Stephen (Slavin, 1997), tugas-tugas sekolah seringkali lemah dalam konteks, sehingga tidak bermakna bagi kebanyakan siswa, karena siswa tidak dapat menghubungkan tugas-tugas tersebut dengan apa yang mereka lalui.

2. Keterkaitan dengan disiplin ilmu lain (Interdisciplinary Focus) Walaupun PBI ditujukan pada suatu bidang ilmu tertentu (sains, matematika, penelitian sosial). Namun dalam pemecahan masalah-masalah aktual, siswa dapat diarahkan dalam penyelidikan diberbagai bidang ilmu. Sebagai contoh masalah polusi yang meningkat di perairan sakitar Tanjung Perak Surabaya, atau di telu Ambon, berkaitan dengan beberapa pelajaran dan merupakan aplikasi dari biologi, ekonomi, sosiologi, turis, dan pemerintahan.

3. Penyelidikan Otentik (Authentic Investigation)

PBI mengharuskan siswa melakukan penyelidikan- penyelidikan otentik untuk mencari pemecahan nyata dari suatu permasalahan. Siswa menganalisis dan mengidentifikasikan masalah, mengembangkan hipotesis dan meramalkan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melaksanakan eksperimen jika diperlukan, membuat inferensi dan menyimpulkan. Metode penyelidikan khusus yang digunakan, tentu saja bergantung pada sifat-sifat masalah yang diselidiki.

4. Menghasilkan hasil Karya dan memamerkannya ( production of artifacts and exhibits)

PBI mengajak siswa mengkonstruksikan hasil-hasil dalam bentuk hasil karya dan memamerkannya, yang menjelaskan atau menggambarkan penyelesaian mereka. Setiap kelompok menyajikan hasil karyanya di depan kelas, selanjutnya kelompok lain memberikan tanggapan atau kritikan. Dalam hal ini guru mengarahkan dan memberi petunjuk kepada siswa agar aktivitas siswa lebih terarah.

5. Kolaborasi (Collaboration)

Seperti halnya dengan model pembelajaran kooperatif, PBI juga menghendaki adanya kerja sama antar siswa dalam suatu kelompok kecil. Kerja sama menimbulkan motivasi untuk mendukung peliputan dalam tugas-tugas kompleks dan

meningkatkan inkuiri dan dialog pengembangan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.

PBI sebenarnya didesain bukan untuk membantu guru menyampaikan sejumlah informasi (materi pelajaran) kepada siswa. Untuk menyampaikan informasi dapat digunakan model pembelajaran langsung (direct instruction) dan metode ceramah. Tujuan utama pengembangan PBI adalah untuk membantu siswa mengembangkan proses berpikirnya, belajar secara dewasa melalui pengalaman yang menjadikan siswa mandiri. Menurut Arends (1991) ada 3 (tiga) tujuan utama dari PBI, yakni:

a. Mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam kemampuan memecahkan masalah

b. Mendewasakan siswa melalui peniruan c. Membuat siswa lebih mandiri

Arend (1997) mengemukakan ada 5 (Lima) langkah utama dalam penggunaan PBI. Langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1:

Syntax for Problem Based Instruction

No Langkah Perilaku Guru

1 Orientasi siswa pada

masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan hal- hal penting yang dianggap perlu dan memotivasi siswa dalam melakukan kegiatan pemecahan masalah 2 Mengoprasikan siswa dalam

belajar Membantu siswa mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas-tugas yang berkaitan dengan masalah

3 Memberi bantuan dalam penyelidikan secara mandiri atau bersama kelompok

Mendorong siswa dalam mengumpulkan informasi yang diperlukan, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah.

4 Mengembangkan dan

menyediakan alat-alat Membantu siswa dalam perencanaan dan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan seperti diktat, video, model dan membantu mereka untuk bekerjasama

5 Menganalisis dan Membantu siswa untuk merefleksikan pada

Penggunaan model PBI dalam pembelajaran membutuhkan persiapan yang baik. Menurut Arends (1997) beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tugas perencanaan (planning task) pembelajaran dengan menggunakan PBI adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan tujuan (decide on objectives)

Penetapan khusus pada PBI merupakan salah satu hal yang perlu dipertimbangkan. Sebelumnya dijelaskan bagaimana PBI dirancang untuk membantu pencapaian tujuan dalam meningkatkan keterampilan intelektual dan penyelidikan pemahaman dan menolong siswa menjadi mandiri. Beberapa pelajaran yang disampaikan menggunakan PBI dapat ditujukan pada pencapaian seluruh tujuan secara simultan.

2. Merancang situasi permasalahan secara tepat (design appropriate problem situations)

PBI didasarkan pada pernyataan (premise) berupa teka teki dan permasalahan yang belum jelas yang dapat meningkatkan keingintahuan dan selajutnya digunakan dalam inkuiri.

Perumusan masalah yang tepat dengan menyesuaikan fasilitas yang tersedia merupakan salah satu tugas penting bagi guru.

Beberapa pengembang PBI yakin bahwa siswa akan memiliki keterbukaan dalam mendefinisikan masalah yang akan diselidiki, sebab proses ini akan membantu pengembangan penguasaan masalah (Krajcik, 1994). Hal lain dapat mengarahkan siswa terhadap bantuan memperbaiki penguasaan masalah yang disesuaikan dengan bahan dan peralatan yang ada. Situasi permasalahan yang baik sedikitnya memiliki 5 (lima) kriteria utama, yakni:

a. Harus otentik (authentic), artinya bahwa masalah harus sesuai dengan pengalaman dunia nyata siswa dari pada dengan prinsip-prinsip disiplin akademik tertentu.

b. Masalah seharusnya bersifat misteri (mystery) atau teka teki (puzzlement). Masalah tersebut sebaiknya memberikan tantangan dan tidak hanya mempunyai jawaban sederhana,

serta memerlukan (mempunyai) solusi alternatif yang masing-masing memiliki kelabihan dan kekurangan. Dalam hal ini tentu saja memerlukan dialog dan perdebatan.

c. Masalah harus bermakna (meaningfull) bagi siswa dan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual mereka.

d. Masalah yang disajikan guru harus cukup luas sehingga memungkinkan mencapai tujuan pembelajaran untuk membuat pelajaran sesuai (feasible) dengan waktu, ruang, dan sumber belajar yag tersedia.

e. Masalah yang disajikan harus bermanfaat atau menguntungkan (benefit) bagi usaha kelompok.

3. Mengorganisasikan sumber belajar serta merencanakan alat dan bahan (organize resources and plan logistics) PBI mendorong siswa bekerja dengan menggunakan berbagai bahan dan alat, sebagian dapat dilakukan di ruang kelas, perpustakaan, laboratorium komputer dan juga dapat dilakukan di luar sekolah. Sehubungan dengan hal tersebut, guru bertanggung jawab mengoraganisasikan sumber-sumber belajar (resources), merencanakan dan mempersiapkan (menyediakan) alat dan bahan (logistik). Ini akan memungkinkan siswa untuk bekerja dan belajar secara optimal dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

D. Model Pembelajaran Kooperatif

2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooeperatif

Menurut Mohamad Nur (2000: 6-7) kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model kooperatif dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

c. Bila mana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.

d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

3. Tujuan Pembelajaran dan Hasil Pembelajaran

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan sosial.

4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif seperti tampak dalam tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Fase–1

Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa.

Fase–2

Menyampaikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase–3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelpmpok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu agar melakukan transisi secara efesien

Fase–4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.

Fase–5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing- masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase–6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu atau kelompok

5. Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif

Dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif dikenal adanya beberapa tipe antara lain:

a. Tipe student team achievement division (STAD)

STAD (Robert slovin, dkk) mengatakan bahwa pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.

Guru menyajikan informasi akademik baru ke para siswa yang mengacu kepada teks. Siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (4-5 orang), setiap kelompok harus heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan, berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, diskusi atau kuis. Setiap satu sub pokok bahasan diberi kuis dan dinilai dan tiap individu diberi skor tertinggi, sedang , kurang.

b. Jigsaw

Jigsaw dalam penerapannya hampir mirip dengan STAD.

Siswa dibagi menjadi (5-6 orang), belajar hiterogen. Materi pelajaran diberikan kepada siswa berupa teks. Setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu dari bahan tersebut. Anggota dari kelompok lain juga mendapat tugas topik yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok tersebut disebut dengan kelompok

Apabila telah selesai maka anggota tim tersebut kembali kekelompok asal dan mengajarkan apa yang telah dipelajarinya dan didiskusikan di dalam kelompok ahli setelah selesai siswa-siswa tersebut dikenai kuis secara individual tentang materi tersebut. Cara evaluasi atau pemberian skor sama dengan STAD.

6. Mengavaluasi

Agar supaya kelompok-kelompok menyadari kemajuan mereka dalam belajar bersama. Berikan siswa waktu beberapa menit pada akhir pelajaran untuk menetapkan bahwa mereka mencapai kriteria yang ditetapkan untuk pelajaran tertentu.

Meskipun siswa belajar bersama, siswa secara perseorangan bertanggung jawab terhadap belajarnya. Ada beberapa cara untuk menetukan skor kelompok untuk siswa yang telah bekerja bersama untuk sebuah kuis atau tes, yaitu rata-rata skor seluruh anggota kelompok , hanya nilai tes seorang anggota kelompok , atau meminta seorang siswa dari suatu siswa untuk mengerjakan tes.

Guru memilih siswa akan mengerjakan tes tersebut pada hari tes tersebut pada hari tes tersebut diberikan, diharapkan tidak mengetahui terlebih dahulu siapa yang akan dipilih.

Seluruh anggota kelompok, hanya nilai tes seorang anggota kelompok, atau meminta seorang siswa dari suatu kelompok untuk mengerjakan tes.

Guru memilih siswa akan mengerjakan tes tersebut pada hari tes tersebut diberikan, diharapkan tidak mengetahui terlebih dahulu siapa yang akan dipilih. Seluruh anggota kelompok akan mendapat nilai seperti yang berhasil dicapai oleh siswa yang mengerjakan tes tersebut. Untuk mendasarkan skor kelompok pada peningkatan skor individual. Dengan cara ini anggota kelompok lain tidak dirugikan apabila ada anggota kelompok ada yang skor ujian awalnya rendah. Untuk mendapat nilai maksimum, seluruh anggota kelompok harus mendapatkan

skor ujian akhir lebih tinggi dari pada skor yang diperoleh pada ujian awal.

Untuk kuis lisan dapat diberikan menggunakan cara sebagai berikut: guru mengerjakan sebuah pertanyaan. Seluruh anggota kelompok mendiskusikannya. Guru menunjuk seorang siswa untuk menjawab. Pada tahap ini sisa anggota kelompok yang lain tidak diperbolehkan memberi bantuan.

3. Produksi:

a. Memastikan sifat positif terhadap keterampilan baru b. Memperbaiki sub keterampilan yang salah

Tabel 3

Sintak Model Pembelajaran Langsung

NO FASE PERAN GURU

1 Menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan siswa Menjelaskan TPK , informasi latar belakang dan pentingnya pelajaran serta mempersiapkan siswa untuk belajar.

2 Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan

Mendemonstrasikan

ketrampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap

3 Membimbing pelatihan Merencanakan dan

memberikan bimbingan latihan tahap awal

4 Mencek pemahaman dan

memberikan umpan balik Mencek keberhasilan siswa dan memberikan umpan balik 5 Memberikan kesempatan

latihan lanjutan dan penerapan

Mempersiapkan latihan, dengan perhatian khusus dan penerapan pada situasi yang lebih kompleks (hidup sehari- hari)

Melaksanakan pembelajaran langsung 1. Perencanaan:

a. Merumuskan tujuan b. Memilih isi

c. Melakukan analisis tugas

d. Merencanakan waktu dan ruang 2. Tugas interaktif:

a. Memberitahukan dan menyiapkan siswa b. Presentasi dan demonstrasi

c. Menyediakan latihan terbimbing

Merumuskan tujuan: perilaku siswa, situasi pengetesan, kriteria kinerja.

Bagian tujuan Contoh

1. Perilaku Mengidentifikasi mimik wajah yang mengekspresikan marah 2. Situasi pengetesan Diberi gambar ketika marah,

gembira, sedih

3. Kriteria kinerja Menandai paling sedikit 80%

gambar wajah dengan ekspresi marah

Memilih isi:

1. Ekonomis: konsep sulit tapi dibuat jelas dan mudah bagi siswa 2. Power: pengorganisasian yang logis

Melakukan analisis tugas:

1. Cari penjelasan perorang yang menguasai dan dapat melakukan keterampilan tersebut.

2. Keterampilan dibagi menjadi keterampilan bagian 3. Susun keterampilan bagian secara logis

4. Buat rangka dan strategi untuk setiap keterampilan bagian Merencanakan waktu dan ruang ada dua pertimbangan:

1. Memastikan waktu yang disediakan sepadan dengan bakat dengan kemampuan siswa.

2. Memotivasi siswa agar tetap melakukan tugasnya dengan perhatian optimal.

Mengatur ruangan dengan formasi tertentu sesuai dengan tujuan pembelajaran (mencurahkan perhatian siswa meng- galang kerjasama, mementingkan kontrak/tatap muka di antara siswa).

Melaksanakan tugas interaktif:

1. Menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa

2. Mendemonstrasikan keterampilan atau pemahaman yang merupakan fokus pelajaran

3. Memberikan latihan terbimbing

4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik 5. Memberikan umpan mandiri

1. Menjelaskan tujuan dan penyiapan siswa

a. Menjelaskan tujuan dan gambaran umum pelajaran dilanjutkan

b. Menyiapkan siswa agar menarik perhatian siswa 2. Presentasi dan demonstrasi

a. Presentasi: kejelasan tujuan, selangkah demi selangkah, spesifik dan konkrit, cek pemahaman siswa.

b. Demonstrasi: guru harus menguasai konsep dan terampil.

3. Latihan terbimbing:

a. Tugasi siswa untuk latihan singkat dan bermakna

b. Latihan ulang sehingga menguasai konsep dan keterampilan c. Gunakan latihan secara tepat

d. Tahap awal latihan perlu perhatian

Somatis: belajar dengan bergerak dan berbuat Auditori: belajar dengan berbicara dan mendengar Visual: belajar dengan mengamati dan menggambarkan

Intelektual: belajar dengan memecahkan masalah dan merenung a. Belajar somatis

Somatis berasal dari yunani yang berarti tubuh–soma (seperti dalam psikomatis). Jadi belajar somatis berarti belajar dengan indera peraba, praktis melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar.

Jika tubuhmu tidak bergerak otakmu tidak bergerak.

b. Belajar auditori

Pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang kita sadari.

Telinga kita harus terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa kita sadari. Dan ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa area penting diotak kita menjadi aktif.

c. Belajar visual

Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasannya adalah bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak perangkai untuk memproses informasi visual dari pada indera yang lain.

d. Belajar intelektual

Kita harus benar-benar mendefinisikan yang ini. Yang saya maksudkan dengan “intelektual” bukanlah pendekatan belajar yang tanpa emosi, tidak berhubung, rasionalistis

“alademis” dan terkotak-kotak.

3. Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih jika anda mengajak pembelajaran terlibat dalam aktifitas seperti:

a. Memecahkan masalah b. Menganalisis pengalaman

c. Mengadakan perencanaan strategis d. Melahirkan gagasan kreatif

f. Merumuskan pertanyaan g. Menciptakan model mental

h. Menerapkan gagasan baru pada pekerjaan i. Menciptakan makna pribadi

j. Meramalkan implikasi suatu gagasan 4. Siklus pembelajaran empat tahap

Seluruh kegiatan belajar manusia dapat dikatakan 4 unsur:

a. Persiapan b. Penyampaian c. Pelatihan

d. Penampilan hasil

5. Empat Cara Pembelajaran Menjadi Lemah a. Tahap persiapan lemah

Pembelajaran akan terganggu jika pembelajaran tidak terbuka dan tidak siap untuk belajar, tidak menyadari manfaat belajar untuk diri sendiri, tidak memiliki minat atau terhambat oleh rintangan belajar.

b. Tahap penyampaian lemah

Pembelajaran akan terganggu jika orang tidak memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam cara yang berarti bagi mereka dan yang melibatkan diri mereka sepenuhnya.

c. Tahap pelarihan lemah

Pembelajaran akan terganggu jika orang tidak diberi cukup waktu untuk menyerap pengetahuan dan keterampilan baru ke dalam struktur diri mereka saat itu, ke dalam organisasi internal mereka menyangkut makna, kepercayaan dan keterampilan.

d. Tahap Penampilan Hasil Lemah

Pembelajaran akan terganggu jika orang tidak punya kesempatan untuk segera menerapkan apa yang telah mereka pelajari.

Dalam dokumen Strategi Pengajaran dan Pembelajaran (Halaman 68-101)

Dokumen terkait