• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENUTUP

2) Data Obyektif

pertumbuhan janin tidak optimal dan pemulihan kesehatannya akan lambat (Romauli, 2014).

(9) Riwayat psikososial

Trimester III sering disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan. Ibu hamil tidak sabar menantikan kelahiran sang bayi, berjaga-jaga atau menunggu tanda dan gejala persalinan, merasa cemas dengan kehidupan bayinya dan dirinya sendiri, merasa canggung, jelek, berantakan, dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan konsisten dari pasangannya, mengalami proses duka lain ketika mengantisipasi hilangnya perhatian dan hak istimewa khusus selama hamil (Marmi, 2014).

(3) Suhu

Suhu badan normal adalah 36,5ºC sampai 37,2ºC.

bila suhu lebih tinggi dari 37,2ºC kemungkinan ada infeksi (Romauli, 2017).

(4) Pernafasan

Untuk mengetahui sistem pernafasan, normalnya 16- 24 kali per menit, apabila laju pernafasan dibawah angka 14 atau diatas 20x/menit maka dianggap pernafasan tidak normal. (Romauli, 2014).

c) Pemeriksaan antropometri (1) Tinggi badan

Tubuh yang pendek dapat menjadi indikator gangguan genetik. Tinggi badan harus diukur pada saat kunjungan awal (Marmi, 2014). Tinggi badan kurang dari 145 cm ada kemungkinan terjadi Cepalo Pelvic Disproposian (CPD) (Walyani, 2015).

(2) Berat badan

Berat badan yang bertambah terlalu besar atau kurang, perlu mendapatkan perhatian khusus karena kemungkinan terjadi penyulit kehamilan. Kenaikan berat badan tidak boleh dari 0,5 kg per minggu. IMT diperoleh dengan menghubungkan tinggi badan klien dengan berat badannya saat hamil. Kenaikan berat badan ibu selama hamil yaitu 6-16 kg. (Walyani, 2015).

(3) Lingkar lengan atas (LILA)

Standar minimal ukuran LILA pada wanita dewasa atau usia reproduksi adalah 23,5 cm. Jika LILA kurang dari 23,5 cm, maka interpretasinya adalah kurang energi kronis atau KEK (Jannah, 2014). LILA juga merupakan indikator kuat status gizi ibu yang kurang atau buruk,

sehingga berisiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah atau BBLR (Romauli, 2014).

d) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yaitu mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan yang berlanjut hingga masa nifas yang dilakukan melalui pemeriksaan langsung pada klien dari ujung rambut sampai ujung kaki (Walyani, 2015).

1) Kepala Rambut yang mudah dicabut menandakan kurang gizi (Romauli, 2014).

2) Wajah

Edema pada wajah merupakan salah satu gejala preeklampsia (Manuaba, 2013).

3) Mata

Bentuk simetris, konjungtiva normal berwarna merah muda, bila pucat menandakan anemia. Sklera normal berwarna putih, bila kuning menandakan ibu mungkin terinfeksi hepatitis, bila merah kemungkinan ada konjungtivitis. Kelopak mata yang bengkak kemungkinan adanya preeklampsia (Romauli, 2014).

4) Mulut dan gigi

Periksa adanya karies, tonsillitis atau faringitis. Hal ini tersebut merupakan sumber infeksi (Walyani, 2015).

5) Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe, tidak ditemukan bendungan vena jugularis (Romauli, 2014).

6) Dada

Tidak ada pembesaran kelenjar limfe pada ketiak, bentuk dada simetris, puting susu menonjol dan bersih, kolostrum sudah keluar, pernafasan teratur, tidak ada

retraksi intercostae, tidak ada wheezing dan ronchi (Marmi, 2014). Pada kehamilan setelah 12 minggu, dari puting susu dapat mengeluarkan cairan berwarna putih agak jernih yang disebut kolostrum. Kolostrum ini berasal dari asinus yang mulai bersekresi. Sejak kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, kolostrum yang keluar lebih kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung lemak (Romauli, 2014).

7) Abdomen

Inpeksi pembesaran perut (bila pembesaran perut itu berlebihan kemungkinan asites, tumor, ileus, dan lainlain), pigmentasi di linea alba, nampakkah gerakan anak atau kontraksi rahim, adakah striae gravidarum atau luka bekas operasi (Walyani, 2015).

8) Genetalia

Inspeksi untuk mengetahui adanya odema, varices, keputihan, perdarahan, luka, cairan yang keluar, dan sebagainya (Walyani, 2015). Pemeriksaan genetalia dilakukan dengan mencari adanya lesi, eritema, perubahan warna, pembengkakan, ekskoriasi, dan memar. Adanya lesi kemungkinan menunjukkan sifilis atau herpes (Walyani, 2015).

9) Anus

Tidak ada benjolan atau pengeluaran darah dari anus (Romauli, 2014).

10) Ekstremitas

Pada ibu hamil trimester III sering terjadi edema dependen, yang disebabkan karena kongesti sirkulasi pada ekstremitas bawah, peningkatan kadar permeabilitas kapiler, tekanan dari pembesaran uterus pada vena pelvik ketika duduk atau pada vena kava

inferior ketika berbaring. Jika edema muncul pada muka, tangan, dan disertai proteinuria serta hipertensi perlu diwaspadai adanya preeklampsia (Marmi, 2014).

e) Pemeriksaan khusus

1) Tinggi Fundus Uteri (TFU)

Tinggi fundus di ukur dari simfisis pubis sampai fundus uterus dalam cm. Konsistensi metode adalah yang yang sangat penting. Pada usia kehamilan antara 18 dan 30 minggu, jumlah cm sama dengan tinggi fundus dalam cm (Sinclair, 2013).

2) Tafsiran Berat Janin (TBJ)

Menurut Walyani (2015) dengan menggunakan Mc Donald untuk mengetahui TFU dengan pita ukur kemudian dilakukan perhitungan tafsiran berat janin.

Rumusnya: TBJ = (TFU dalam cm - n) x 155 = ...

gram : posisi kepala masih di atas spina ischiadika atau bawah. Bila di atas (-12) dan bila di bawah (-11).

3) Usia kehamilan 4) Palpasi Leopold

a. Leopold I

Untuk mengetahui tinggi fundus uteri dan bagian yang berada pada bagian fundus dan mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis untuk menentukan usia kehamilan dengan menggunakan (Kalau >12 minggu) atau cara Mc. Donald dengan pita ukuran (kalau >12 minggu) (Walyani, 2015).

b. Leopold II

Untuk mengetahui letak janin memanjang atau melintang, dan bagian yang teraba di sebelah kiri atau kanan (Walyani, 2015).

c. Leopold III

Untuk menentukan bagian janin yang ada di bawah (presentasi) (Walyani, 2015).

d. Leopold IV

Untuk menentukan apakah bagian janin sudah masuk panggul atau belum (Walyani, 2015).

5) Gerakan Janin

Pemantauan gerakan janin dilakukan selama 12 jam.

keseluruhan gerakan janin dalam 12 jam adalah minimal 10 kali gerakan janin yang dirasakan oleh ibu (Walyani, 2015).

6) Auskultasi

Auskultasi dengan menggunakan stetoskop monoaural atau doopler untuk menentukan DJJ setelah umur kehamilan 18 minggu, yang meliputi frekuensi, keteraturan, dan kekuatan DJJ. DJJ normal adalah 120- 160/menit. Bila DJJ <120 atau >160/menit, maka kemungkinan ada kelainan janin atau plasenta (Walyani, 2015).

b. Langkah II : Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar diatas data yang telah dikumpulkan yaitu dengan diagnosa kebidanan (Prawirohardjo, 2016). Masalah ini yaitu berhubungan dengan bagaimana wanitu itu mengalami kenyataan terhadap diagnosanya. Diagnosa kebidanan Ny…. (G) …. (P) …. (Ab)

…. (Ah) Usia kehamilan…tunggal atau ganda, hidup atau mati, letak kepala atau bokong, intra uterin atau ekstrauterin, keadaan jalan lahir normal atau tidak, keadaan umum ibu dan janin baik atau tidak (Diana, 2017).

c. Langkah III : Identifikasi Diagnosa

Masalah Mengidentifikasi masalah dan diagnosa saat ini berkenaan dengan tindakan antisipasi, pencegahan jika memungkinkan, menunggu dengan waspada penuh, dan persiapan terhadap semua keadaan yang mungkin muncul (Walyani, 2015).

d. Langkah IV : Identifikasi Kebutuhan Segera

Data mengidentifikasi situasi kedaruratan, yang mengharuskan bidan mengambil tindakan cepat. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi, dan melakukan rujukan (Walyani, 2015).

e. Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh (Intervensi)

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi (Diana, 2017).

f. Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan (Implementasi) Melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh.

Langkah ini dapat dilakukan sebagian oleh orang tua, bidan, anggota tim kesehatan lain. Bidan bertanggungjawab untuk memastikan bahwa implementasi benar-benar dilakukan (Varney, 2017).

g. Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat di anggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Adapun

kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut lebih efektif sedang sebagian belum efektif (Jannah, 2013).