• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENUTUP

2.1.9 Penatalaksanaan Pemeriksaan Kehamilan

Asuhan kebidanan pada kehamilan adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil selama periode antepartum dengan memperhatikan standar asuhan pada kehamilan. Dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, yang perlu dipahami adalah konsep antenatal care (Manuaba, 2012).

Menurut Saifuddin, 2014 pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Satu kali kunjungan selama trimester I (<14 minggu)

2. Satu kali kunjungan selama trimester II (antara minggu 14-28 minggu).

3. Dua kali kunjungan selama trimester III (28-sampai kelahiran).

Intervensi dalam pelayanan antenatal care adalah perlakuan yang diberikan kepada ibu hamil setelah dibuat diagnosa kehamilan.

Adapun intervensi dalam pelayanan antenatal care adalah (T.M.A Chalik, 2014):

a) Intervensi Dasar

Menurut Kemenkes RI, (2016) dalam memberikan asuhan kehamilan standar minimal yang harus dilaksanakan adalah 10T yaitu:

(1) Timbang berat badan.

Penimbangan berat badan setiap kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kg selama kehamilan atau kurang dari 1 kg setiap bulanya menunjukan adanya gangguan pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk menapis adanya faktor resiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil

145 cm meningkatkan resiko untuk tejadinya CPD (Chephalo Pelvic Disproportion) (Romauli, 2017).

(2) Pengukuran LILA

LILA ibu hamil < 23,5 cm atau dibagian merah pita LILA menandakan kurang gizi. ≥ 23,5 menandakan gizi ibu hamil baik. Cara melakukan pengukuran lila:

a) Menentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan meteran

b) Lingkarkan dan masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita LiLA. Baca menurut tanda panah

c) Menentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan pita LiLA. (Kemenkes, 2016).

(3) Ukur tekanan darah.

Pengukuran tekanan darah poada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg). Pada kehamilan dan preeclampsia (hipertensi disertai edem wajah dan atau tungkai bawah dan atau protein uria) (Romauli, 2017).

(4) Ukur tinggi fundus uteri

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengukur seberapa tinggi fundus uteri ibu untuk menentukan taksiran berat janin serta usia kehamilan ibu, adapun pada pemeriksaan fundus uteri termasuk dalam pemeriksaan leopold. Adapun pemeriksaan leopold bertujuan untuk melihat posisi atas rahim, mengukur pertumbuhan janin, dan mengetahui posisi janin.

(a) Leopold I : untuk mengetahui tinggi fundus uteri dan bagian janin yang teraba di bagian fundus uteri.

Gambar 2.6

Sumber : Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan, 2014.

(b) Leopold II : untuk mengetahui letak janin, dan bagian janin yang teraba disebelah kiri atau kanan perut ibu, leopold II juga digunakan untuk pemeriksaan Denyut Jantung Janin (DJJ) menggunakan Doppler dan stetoskop de le.

Gambar 2.7

Sumber: Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan, 2013.

(c) Leopold III : untuk menentukan bagian janin yang ada dibawah uterus (presentasi).

Gambar 2.8

Sumber: Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan, 2013.

(d) Leopold IV : untuk menentukan apakah bagian terbawah janin sudah masuk panggul atau belum.

Gambar 2.9

Sumber: Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan, 2013.

(e) Pengukuran Taksiran berat janin

Tinggi Fundus Uteri juga dapat digunakan untuk Tafsiran Berat janin dengan menggunakan tehnik Mc Donald dengan rumus (TFU-12) X 155 untuk kepala yang belum masuk pintu atas panggul sedangkan tehnik Mc Donald dengan rumus (TFU-11) X 155 untuk kepala yang sudah masuk pintu atas panggul sehingga diperoleh hasil taksiran berat janin (TBJ). TBJ dikatakan normal apabila memiliki berat antara 2.500-4000 gram (Walyani, 2012).

(5) Tentukan presentasi janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ) Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester satu untuk mendeteksi kegawatan janin bila DJJ kurang dari 120x/menit atau lebih dari 160x/menit. Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal.Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala janin belum masuk kepanggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah

lain. Sedangkan penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ kurang dari 120x/menit atau DJJ cepat lebih dari 160x/menit menunjukkan adanya gawat janin (Pedoman Pelayanan Terpadu, 2013).

(6) Pemberian tablet Fe

Tablet tambah darah dapat mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus medapat tablet tambah darah dan asam folat minimal 90 tablet selama kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama. Tiap tablet mengandung 60 mg zat besi dan 0,25 mg asam folat (Kemenkes RI, 2015).

(7) Pemberian imunisasi TT

Tabel 2.4 Jadwal pemberian TT

Antigen Interval

(selang waktu minimal)

Lama Perlindungan

%

Perlindungan

TT1 Pada Kunjungan

antenatal pertama

- -

TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80%

TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95%

TT4 1 Tahun setelah TT3 10 tahun 99%

TT5 1 Tahun setelah TT4 25 tahun/seumur hidup

100%

Sumber : Asrinah, dkk, 2017.

(8) Tes laboratorium (rutin dan khusus)

Pemeriksaan tersebut meliputi golongan darah, kadar hemoglobin darah/hb, protein dalam urine, kadar gula darah.

Dikatakan anemia ringan pada keadaan hb dibawah 11gr%, anemia sedang 9-10 gr% dan anemia berat yaitu Hb dibawah 7 gr% (Oktaviani, 2016).

(9) Tata laksanana kasus

Setiap ibu hamil yang mengalami kelainan harus ditangani sesuai standar dan kewenangan tenaga kesehatan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal diatas dan hasil pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan (Kemenkes, 2016).

(10) Temu wicara/konseling

Temu wicara atau konseling dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi: kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan sehat, peran suami dan keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan, tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi, asupan gizi seimbang, gejala penyakit menular dan tidak menular, Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif, KB pasca persalinan, dan imunisasi (Kemenkes RI, 2015).

b) Intervensi Khusus

Intervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan kepada ibu hamil sesuai dengan faktor risiko dan kelainan yang ditemukan, meliputi:

(1) Faktor risiko, meliputi:

(a) Umur

Terlalu muda, yaitu dibawah 20 tahun Terlalu tua, yaitu diatas 35 tahun (b) Paritas

Paritas 0 (primi gravidarum, belum pernah melahirkan) Paritas > 3

(c) Interval

Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekurang-kurangnya 2 tahun

(d) Tinggi badan kurang dari 145 cm (e) Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm

(2) Komplikasi yang tidak berhubungan dengan obstetri,

Komplikasi akibat kecelakaan (kendaraan, keracunan, kebakaran) (Manuaba, 2013).