• Tidak ada hasil yang ditemukan

Definisi Term Banî Isâ’îl

Dalam dokumen ZUHRUPATUL JANNAH, M. Ag. (Halaman 47-54)

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TERM

B. Definisi Term Banî Isâ’îl

Uraian mengenai term Banî Isrâ’il di samping Asbâth dan Yahudi, diperlukan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang pandangan Alquran terhadap kelompok-kelompok tersebut, karena banyak kalangan yang belum bisa membedakan antara ketiga istilah

57 Abu Muhammad Husain ibn Mas’ud al-Farrâ’ al-Baghawî, Ma’alim al-Tanzil (Beirut: Dâr al-Kutub al- ‘Ilmiyah, 1993), Juz I, h.

163

58 Abdurrahman ibn Muhammad ibn Idris al-Razi ibn Abu Hatim, Tafsir Al-Qur’an al- ‘Azhim, Juz I, h. 241

tersebut atau memilik perspektif yang menyamakan Bani Isra’il dan Yahudi.

Kata Banû (Banî) berasal dari akar kata ba’, nûn dan wâw, yang secara literal mengandung pengertian sesuatu yang lahir dari yang lain59. Dalam Alquran, kata yang berasal dari akar kata tersebut ditemukan sebanyak 161 kali60. Kata Banî itu sendiri disebutkan sebanyak 49 kali, 41 kali diantaranya dikaitkan dengan Isrâ’îl61. Selebihnya 6 kali dikaitkan dengan keturunan Adam62. Sedang dua kali diantaranya dalam Q.S. al-Nur (24): 31 berbicara tentang putra saudara laki-laki dan perempuan.

Dari ayat-ayat tersebut, ternyata bahwa term Banî, semuanya mengisyaratkan adanya hubungan darah.

Sedang kata Isrâ’îl , ditemukan sebanyak 43 kali dalam Alquran 63. Dua kali menunjuk kepada Nabi Ya’qub64, selebihnya dikaitkan dengan keturunannya.

Kata Isrâ’îl itu berasal dari bahasa Ibrani yang terdiri dua

59 Ahmad ibn Fâris ibn Zakarîyâ, Mu’jam al-Maqâyîs fî al-Lughât (Baeirut: Dâr al-Fikr, 1994), h. 156

60 Muhammad Fuad Abdal-Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras, h. 136-139

61 Muhammad Fuad Abdal-Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras, h. 136-139

62 Lihat QS. al-A’raf (7): 26, 27, 31, 35; QS. al-Isrâ’ (17): 30; QS.

Yâsîn (36): 60

63 Muhammad Fuad Abdal-Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras, h 33

64 Lihat QS. Âli ‘Imran (3): 39 dan QS. Maryam (19): 58

kata isrâ’ yang berarti hamba atau kekasih65, dan El yang berarti Tuhan66, Sehingga Isrâ’îl berarti hamba Allah atau kekasih Allah.

Para ulama sepakat bahwa term Isrâ’il dalam Alquran menunjuk kepada Nabi Ya’qub a.s67. Menurut Muhammad Rasyid Ridla, di samping term Isrâ’îl menunjuk kepada Nabi Ya’qub a.s., ia juga dapat menunjuk kepada bangsa Isrâ’îl68. Penyebutan Nabi Ya’qub a.s. dengan Isrâ’îl dalam arti hamba atau kekasih Allah, menunjukan betapa dekatnya hubungan beliau dengan Allah sekaligus menunjukan bahwa Nabi Ya’qub adalah seorang nabi yang ikhlas berjuang di jalan Allah.

65 Shâbir Thu’miyah, al-Turats al-Isrâ’îlî fi al-‘Ahd al-Qadim wa Mawqif al-Qur’an al-Karim minhu (Beirut: Dâr al-Jay, 1979), h. 28. Lihat juga Isma’îl Haqqî, Tafsir Ruh al-Bayan (Beirut:

Dâr el-Fikr, t.th.), h. 540. Lihat juga Abû al-Su’ûd, Tafsir Abî al-Su’ûd (Riyadh: Maktabah al-Riyâdh al-Hadîtsah, t.th.) , h.

163

66 Shâbir Thu’miyah, al-Turats al-Isrâ’îlî fi al-‘Ahd al-Qadim, h. 28

67 Lihat misalnya Muhammad Husein at-Thaba Thaba’I, al-Mizan fi Tafsir Al-Qur’an,(Teheran : Dar al-Kutub al-Islamiyah), Jilid III, h. 114 ; al-Qurthubî al-Jami’ li ahkami al-Qur’an, Jilid II, h. 327, al-Baydlawî, Anwar al-Tanzîl wa Asrâru al-Ta’wil, (Kairo : Musthafa al-Bâbî al-Halabi wa aulâduh, 1358 H /1979 M) Juz I, h. 171 ; Isma’îl Haqqî, Tafsir Ruh al-Bayan, Jilid I, h.

540 ; ‘Abdul Mun’im al-Jamal, Tafsir al-Farî li Al-Qur’an al- Majîd (Kairo : Dâr al-Kitab al-Jadîd, t.th.), h. 840 ; Abû al- Su’ûd, Tafsir Abî al-Su’ûd, Juz I, h. 163

68. Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir Al-Qur’an al-Hakim, (Beirut: Dâr al-Ma’rifah, t.th.), Juz IV, h. 481

Di samping itu, kata hamba menunjukan panggilan terhormat dari kecintaan Allah kepada hamba-Nya69.

Menurut al-Thabâthaba’î, Nabi Ya’qub disebut Isrâ’îl karena beliau seorang pejuang yang sangat teguh dan kokoh di jalan Allah untuk mencapai keridhaan- Nya70. Gelar itu secara sendiri diberikan Allah kepadanya setelah beliau kembali dari Faddan-Aram71. Dari keterangan tersebut, dapat dinyatakan bahwa Banî Isrâ’îl lebih banyak mengacu kepada etnis dalam arti keturunan Nabi Ya’qub a.s72.

Kata Banî Isrâ’îl diungkap dalam Alquran sebanyak 43 kali73, yang secara umum menunjukkan bahwa Banî Isrâ’îl merupakan bangsa yang dikasihi Tuhan. Tetapi di sisi lain menunjukkan, bangsa Isrâ’îl

69 Nabi Muhammad saw. juga dalam beberapa ayat Al-Qur’an disebut Allah sebagai hamba, misalnya QS. al-Isra’ (17): 1, Qs. al- Kahfi (18): 1 , dan QS. al-Furqan (25): 1

70 Muhammad Husayn al-Thabâthaba’î, al-Mizan fi tafsir Al-Qur’an, (Beirut: Mu’assasah al-‘Alamî li Mathbû, 1393 H/ 1973 M), Jilid III, h. 345. Pendapat serupa berdasarkan informasi al- Kitab Perjanjian Lama, dikemukakan oleh I. Snoek, Hikayat Kudus, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1963), h. 50

71 Fadan-Aram merupakan nama lain dari daerah Harran dikawasan negara Mesopotamia.

72 Abd al-Ghani ‘Abduh, Anbiyâ’ Allah wa Hayâh al-Mu’âshirah (Mesir: Dâr el-Fikr al-‘Arabî, 1978), h. 74

73 Muhammad Fuad Abdal-Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras, h 33

merupakan bangsa paling nakal, sukar diatur, bersikap ekslusif dan suka berbuat kerusakan.

Sebagai bangsa yang dikasihi Tuhan, antara lain dapat dilihat dari seruan yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul yang diutus kepada mereka silih berganti, misalnya seruan mesra Nabi ‘Îsâ a.s. agar mereka mengikuti ajaran yang dibawanya sebagai pelanjut dari ajaran Nabi Mûsâ a.s.74 Seruan dan ajakan tersebut diterima baik oleh sebagian di antara mereka, tetapi sebagian lainnya memusuhi dan menolak Nabi ‘Îsâ a.s.

dan ajarannya.75 Panggilan serupa juga datang dari Allah, disampaikan melalui para Rasul yang diutus kepada mereka agar tetap berjalan di atas jalan yang benar, seperti diungkapkan 76:

َيََّٰييإَو مُكيدهَعيب يفوُأ ييدهَعيب ْاوُفوَأَو مُكيَلَع ُتمَعنَأ يتَِّلٱ َيتَِمعين ْاوُرُكذٱ َلييءََٰرسيإ ينَِبََٰي ينوُبَهرٱَف

٤٠

“Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada- Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk)” (QS. al- Baqarah [2] : 40)

Menurut al-Qasimî, ayat tersebut mengindikasikan bahwa Allah menggugah Banî Isrâ’îl agar mengingat

74 Lihat QS. al-Shaff (61) : 4

75 Lihat QS. al-Shaff (61) : 14

76 Lihat pula QS. al-Baqarah (2) : 47 dan 122

nikmat Allah dengan menyebut nenek moyang mereka yaitu Ya’qub a.s. Disini, seolah-olah Allah berfirman kepada mereka, wahai keturunan hamba yang saleh lagi taat kepada Allah, jadilah kalian seperti nenek moyang kalian yaitu Isrâ’îl77.

Nikmat yang diberikan Allah kepada Banî Isrâ’îl yang berupa kesenangan hidup duniawi; dikaruniakan kepada mereka al-manna wa al-salwa.78 Hal demikian dapat diliaht melalui informasi Alquran:79

َّنَلمٱ ُمُكيَلَع اَنلَّزَ نَو َنَيمَلأٱ يروُّطلٱ َبيناَج مُكََٰندَعََٰوَو مُكي وُدَع ني م مُكََٰنيَنجَأ دَق َلييءََٰرسيإ ينَِبََٰي َٰىَولَّسلٱَو

٨٠

“Hai Bani Israil, sesungguhnya Kami telah menyelamatkan kamu sekalian dari musuhmu, dan Kami telah mengadakan perjanjian dengan kamu sekalian (untuk munajat) di sebelah kanan gunung itu dan Kami telah menurunkan kepada kamu sekalian manna dan salwa” (QS. Thâhâ [20]: 80)

Di samping nikmat yang berlimpah ruah yang dianugerahkan Allah kepada Banî Isrâ’îl, Allah juga

77 Muhammad Jamal al-Dîn al-Qâsimî, Tafsir al-Qâsimî, (Kairo: ‘Îsâ al-BâbÎ al-Halabî, 1377 H/ 1958 M), Cet. I, Jilid II, h. 114.

Lihat juga Abû Hayyân al-Andalûsî, Tafsir Bahr al-Muhîth, (Beirut: Dâr el-Fikr, 1403 H/1983 M), Jilid I, h. 173 .

78Al-Manna ialah sejenis makanan yang manis seperti madu; al-Salwa ialah burung sebangsa puyuh.

79 Lihat pula QS. al-Baqarah (2): 57 dan QS.al-A’raf (7): 160

menyelamatkan mereka dari marabahaya yang mengancam jiwa maupun harta benda mereka80. Mereka juga diberikan tempat tinggal untuk kehidupan yang nyaman di muka bumi81. Merekapun diberikan kebebasan oleh Allah untuk memakan makanan yang baik dan halal, kecuali beberapa jenis makanan tertentu yang telah diharamkan Allah kepada nenek moyang mereka Isrâ’îl82.

Agar mereka tetap berjalan di atas petunjuk kebenaran, Allah juga mengutus beberapa orang Rasul kepada mereka silih berganti. Hal tersebut antara lain dimaksudkan agar mereka tetap berpegang teguh pada janji yang telah mereka ikrarkan dengan Tuhan yang disebut al-mîtsâq83. Para Rasul itu juga datang untuk membebaskan Banî Isrâ’îl dari penindasan yang dilakukan bangsa lain, seperti Fir’aun84. Para Nabi dan Rasul yang diutus kepada Banî Isrâ’îl, juga dilengkapi dengan kitab suci sebagai pedoman hidup85. Para Rasul pun dilengkapi dengan mu’jizat sebagai bukti kerasulan mereka agar

80 Lihat QS. al-Baqarah (2): 49-50, QS. al-A’raf (7) :138, QS. Yunus (10):90, QS. Thâhâ (20): 80, dan QS.al-Dukhân (44):30

81 Lihat QS. Yunus (10):93 dan QS. al-Isrâ’ (17): 104

82 Lihat QS. Âli ‘Imrân (3) : 93

83 Lihat QS. al-Baqarah (2): 83 dan QS. al-Mâidah (5): 16

84 Lihat, QS. al-A’raf (7) :105

85 Lihat QS. al-Isrâ’ (17): 2, QS. al-Sajadah (32): 23, QS. al-Mu’min (40): 53, QS. al-Jâtsiyah (45): 16

Banî Isrâ’îl yakin akan kebenaran misi yang mereka bawa.86

Berbagai bentuk peraturan dan hukum dibawa para nabi dan rasul untuk mengatur tatanan kehidupan manusia agar tercipta stabilitas dan perdamaian di antara mereka, seperti hukum mengenai pembunuhan87. Akan tetapi, ajaran yang dibawa para nabi dan rasul silih berganti itu tidak ada yang langgeng, karena Banî Isrâ’îl termasuk umat yang sangat sulit diatur, sangat mudah melanggar janji dan melupakan nikmat Tuhan.

Pengungkapan term Banî Isrâ’îl juga dikaitkan dengan sikap dan perilaku mereka yang melakukan pengerusakan di muka bumi88. Merekapun mendapat laknat Tuhan sebagai akibat pelanggaran dan keingkaran kepada Tuhan melalui para nabi dan rasul yang diutus kepada mereka89.

Dalam dokumen ZUHRUPATUL JANNAH, M. Ag. (Halaman 47-54)