• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Kemunculan Term Asbâth

Dalam dokumen ZUHRUPATUL JANNAH, M. Ag. (Halaman 94-126)

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TERM

B. Sejarah Kemunculan Term Asbâth

hingga terdengar oleh orang-orang Qibti187 dan akhirnya sampai pada telinga Fir’aun. Kemudian fir’aun membicarakan hal tersebut dengan para menterinya, kemudian mereka memberi saran kepada Fir’aun untuk membunuh setiap nak laki-laki yang terlahir dari Banî Isrâ’îl, sebagai antisipasi terlahirnya anak yang dikabarkan itu.188

dalam Alquran terdapat dalam surat al-A’raf (7): 160 berikut:

ُمُهََٰنعَّطَقَو اَمَُأ اًطاَبسَأ َةَرشَع َتَِنثٱ يإ َٰىَسوُم ََٰلَيإ اَنيَحوَأَو

ُهُموَق ُهَٰىَقسَتسٱ يذ َرَجَلحٱ َكاَصَعي ب بيرضٱ ينَأٓۥ

يَلَع اَنلَزنَأَو َمََٰمَغلٱ ُميهيَلَع اَنلَّلَظَو مَُبََرشَّم سَنَُّأ ُّلُك َميلَع دَق انيَع َةَرشَع اَتَ نثٱ ُهنيم تَسَجَبنٱَف َّنَلمٱ ُميه

َلَظ اَمَو مُكََٰنقَزَر اَم يتََٰبي يَط نيم ْاوُلُك َٰىَولَّسلٱَو َنوُميلظَي مُهَسُفنَأ ْاوُناَك نيكََٰلَو َنَّوُم

١٦٠

“Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah besar dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu!". Maka memancarlah dari padanya duabelas mata air.

Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum masing-masing. Dan Kami naungkan awan di atas mereka dan Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa.

(Kami berfirman): "Makanlah yang baik-baik dari apa yang telah Kami rezekikan kepadamu". Mereka tidak menganiaya Kami, tapi merekalah yang selalu menganiaya dirinya sendiri”189 (QS. al-A’râf [7]: 160)

Berdasarkan ayat ini yang dimaksud dengan Asbâth adalah kabilah yang terdiri dari dua belas suku, sebanyak jumlah putra Nabi Ya’qub as. Nama-nama dari suku-suku Asbâth ini dinisbatkan kepada dua belas putra Nabi Ya’qub as, yakni pertama suku Ruben, kedua suku

189 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Madinah:

Mujamma’ Khâdim al-Haramayn al-Syarîfayn al-Mâlik Fahd li Thibâ’ah al-Mushhaf al-Syarîf, 1412) h. 171

Simoen, ketiga suku Lawi, keempat suku Yahuda, kelima suku Isakhar, keenam suku Zebulon, ketujuh suku Dan, kedelapan suku Naftali, kesembilan suku Gad, kesepuluh suku Asyer, kesebelas suku Yusuf, dan kedua belas suku Benyamin. Dari dua belas suku Banî Isrâ’îl ini terdapat beberapa Nabi yang termasuk dalam dua puluh lima Nabi yang wajib kita imani, yaitu dari suku Lawy, di antara keturunannya muncul Nabi Musa, Nabi Harun, Nabi Ilyas.

Dari suku Yahuda, di antara keturunannya muncul Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Zakaria, Nabi Yahya dan Nabi Isa. Sedangkan dari keturunan Yusuf terdapat Nabi Ilyasa’190.

Setelah menjelaskan kaum Nabi Musa as. tidak sama dalam sikap mereka terhadap ajakan dan ajaran Nabinya, Pada ayat ini Allah menjelaskan beberapa nikmat yang telah Ia berikan kepada Banî Isrâ’îl, diantaranya memberikan kucuran air melimpah di tengah padang sahara tandus, memberikan naungan awan selama perjalanan mereka menuju negeri Kan’an dan menganugrahkan Manna diturunkan pada pagi harinya untuk mereka dan pada sore harinya Allah menurunkan burung Salwa , dua makanan yang lezat tanpa harus dicapai dengan susah payah.

Peristiwa ini terjadi pada saat perjalanan di tengah padang pasir Tih ketika kaum Musa menderita kehausan

190 Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi, h. 414

maka Allah memerintah Nabi Musa untuk memukul batu dengan memakai tongkatnya ( َرَجَْلْا َكاصَعِب ْبِرْضا اَنْلُقَ ف) Kemudian Musa melaksanakan perintah tersebut, atas perintah tersebut maka memancarlah air. Peristiwa ini terjadi menjadi salah satu hujjah Musa sekaligus untuk memperlihatkan kekuasaan Allah kepada Bani Israil.191 Bahkan mereka diberi kucuran air tanpa harus menggalinya, melainkan hanya dipukulkan saja oleh Nabi Musa dengan tongkatnya pada batu, maka terpancarlah dua belas mata air. 192. Dalam ayat ini digunakan kata Fanbajasat yang artinya keluar sedikit/tidak keras, sedangkan dalam QS. al-Baqarah (2):60 menggunakan kata Fanfajarat yang artinya memancar dengan deras. Hal ini bukanlah suatu yang bertentangan, karena dalam ayat ini berbicara tentang awal memancarnya mata air dan pada QS. al-Baqarah menjelaskan keadaan air setelah beberapa lama dari pemancaran pertama itu193.

Selain nikmat kucuran air, nikmat lain juga diberikan yakni berupa naungan awan194. meski diganjar

191 al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, jilid 1, hal, 126.

192 Muhammad Quraish Syihab, Tafsir al-Misbah, h. 251-252

193 Muhammad Quraish Syihab, Tafsir al-Misbah, h. 270

194 Naungan awan yang dimaksud adalah ghamam yang dibawa para malaikat pada waktu perang badar dan yang menaungi Bani Isra’il di Tyh, ada yang menyebutnya awan yang putih. Lihat Muhammad Yusuf as- Syahir Ibnu Al-Hayyan, al-Bahrul

berpuluh tahun tak jua sampai ke Palestina, Bani Israil masih saja mendapat rahmat Allah yang Maha Kasih dan Sayang. Sehingga mereka tak pernah merasakan panas terik mentari meski di padang pasir yang menyengat.

Dengan rahmat Allah tersebut, Bani Israil hidup tenang di sebuah kawasan di Padang Sahara Tih. Namun mereka tak pernah bersyukur atas rahmat Allah.

Nikmat lain yang dianugerah Allah kepada mereka adalah manna dan salwa, untuk memenuhi kebutuhan pangan Bani Israil. Manna merupakan makanan yang rasanya amat lezat nan manis layaknya madu195. Warnanya pun putih cantik layaknya salju yang selalu ditemui melekat di batu-batu, pohon, ataupun kayu196. Adapun salwa merupakan sejenis burung puyuh yang dagingnya empuk nan gurih197.

Sejumlah ilmuwan Barat berusaha menemukan penafsiran ilmiah menyangkut al-manna dan al-salwa. W.

Keller dalam Bible as History menegaskan bahwa al-

Muhith, (Beirut: Dar al- Kutub al-‘Ilmiyah, 1993), Jilid I, h.

345.

195 Al-Mawardi, al-Naukat wa al-‘Uyun, (Beirut: Dâr al-Kutub al-

‘Ilmiyah, 1992), Jilid I, h. 124

196 Abdurrahman ibn Muhammad ibn Idris al-Razi Ibn Abu Hatim, Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhim Musnadan ‘An Rasulillah wa as- Shahabat wa Al-Tabi’in, ( Makkah: Maktabah Nazar Mushtafa al-Baz, 1997), Jilid I, h. 114

197 Al-Mawardi, al-Naukat wa al-‘Uyun, Jilid 1, h. 124

manna dan al-salwa bukanlah mukjizat, melainkan peristiwa alami dan dapat dimintakan keterangan kepada orang-orang badui di Sinai. Mereka akan memberikan jawaban bahwa fenomena alam itu masih bisa ditemukan sekarang. Burung puyuh atau al-salwa adalah jenis burung yang tidak asing bagi kita dan hijrahnya kawanan burung puyuh dari utara ke selatan, dan sebaliknya, juga merupakan hal yang dimaklumi. Keluarnya Banî Isrâ’îl dari Mesir menuju Sinai berlangsung pada musim semi yang merupakan masa hijrahnya burung-burung puyuh dari wilayah Afrika Tengah yang memeiliki temperatur ekstrem ke utarayang relatif hangat. Diketahui bahwa ada dua jalur yang ditempuh kawanan burung puyuh untuk melakukan migrasi: dari Afrika barat ke Spanyol dan dari Afrika Timur melintasi Sinai dan Laut Tengah menuju negeri Balkan198.

Mengomentari interpretasi ini, menurut penulis migrasi yang dilakukan burung-burung itu terjadi pada waktu-waktu tertentu, sebagaimana dimaklumi oleh orang-orang Mesir yang tinggal di kawasan Delta, yang berlangsung lebih dari satu atau dua bulan saja. Adapun keberadaan burung-burung puyuh di Sinai sepanjang tahun dalam jumlah yang amat banyak199, tidak diragukan

198 Werner Keller, The Bible as History, (New York: Bantam: 1983), h. 122

199 Al-Mawardi, al-Naukat wa al-‘Uyun, Jilid 1, h. 125

bahwa itu adalah peristiwa luar biasa dn dapat dikategorikan mukjizat.

Sedangkan berkaitan dengan al-manna, mereka mengatakan bahwa sampai sekarang pun orang-orang Badui di Sinai dapat menjumpai butiran-bitiran lrmbut mirip embun di pagi buta di atas rerumputan, batu-batu gurun, atau di atas ranting-ranting pepohonan. Pada tahun 1923, dua ilmuwan flora Frederick Simone dan Oscar Theodore dari Universitas Hebrew di Yerussalem melakukan penelitian di Sinai yang berkesimpulan bahwa al-manna merupakan zat yang diproduksi oleh pohon tamarisk yang bersimbiosis dengan sejenis serangga yang lazim disebut plant-louse yang terdapat di Sinai. Jika kawanan serangga itu melakukan aktivitasnya dengan membuat lubang-lubang pada daun pohon tamarisk tersebut akan mengeluarkan getah yang menetes dan berhimpun di atas rerumputan atau bebatuan di atas tanah berwarna putih susu yang berasa manis seperti madu200.

Menurut hemat penulis, apapun yang didapat oleh para ilmuwan tidak mengubah kedudukan al-manna sebagai mukjizat yang diturunkan Allah untuk menjadi sumber makanan Banî Isrâ’îl sepanjang keberadaan mereka di padang gurun Sinai yang gersang. Seperti yang dimaklumi bahwa tidak mesti mukjizat itu sebagai sesuatu yang menyalahi hukum alam. Seperti topan dan

200 Werner Keller, The Bible as History, h. 123

banjir yang terjadi pada zaman Nabi Nuh, tidak lain merupakan akibat hujan dahsyat dan air yang memancar dari dalam perut bumi201. Keduanya merupakan fenomena alami, sedangkan aspek mukjizatnya terletak pada kuantitas air yang membanjiri dan meneggelamkan segenap permukaan daratan. Tidak berbeda halnya dengan al-manna, yang meskipun terbentuk secara alami dari jenis timbuhan tertentu di Sinai, hal itu tidak mencederai wujudnya sebagai mukjizat Allah. Akan tetapi, tersedianya al-manna dalam jumlah besar yang mencukupi kebutuhan enam ratus ribu orang dari suku- suku (asbȃth) Banî Isrâ’îl setiap hari sepanjang tahun dan bertambahnya jumlah makanan itu khususnya pada hari jumat sehingga cukup untuk disimpan bagi keperluan hari berikutnya202, menunjukan adanya campur tangan Ilahi.

Dan sepanjang dalam proses alami itu tampak adanya campur tangan Ilahi, maka itulah arti mukjizat dalam hal ini.

Dengan berbagai anugerah nikmat yang diberikan kepada Banî Isrâ’îl, , sebagian mereka tetap tidak bersyukur dan terus berbuat dosa bahkan melakukan penganiayaan. Namun apa yang mereka lakukan itu, pada hakikatnya tidak lah mereka menganiaya Allah, justru

201 Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi, h. 128

202 Al-Mawardi, al-Naukat wa al-‘Uyun, Jilid 1, h. 124

merekalah yang berulangkali menganiya diri mereka sendiri203.

Adapun hikmah dijadikannya Banî Isrâ’îl bersuku- suku menjadi dua belas Asbâth supaya semua urusan dan keperluan mereka dapat diakomodir melalui pemimpin- pemimpin setiap Sibth (suku), mengingat jumlah mereka yang banyak204. Terdapatnya pemimpin disetiap Sibth dapat memudahkan dan meringankan Nabi Musa dalam mengatur mereka.205

Penjelasan lebih lanjut mengenai pemimpin- pemimpin dari dua belas suku Asbâth terdapat dalam QS.

al-Mâidah (5): 12 berikut:

ُمُهنيم اَنثَعَ بَو َلييءََٰرسيإ ينَِب َقََٰثييم َُّللَّٱ َذَخَأ دَقَلَو ابييقَن َرَشَع َنِثٱ

ُمُتمَقَأ نيئَل مُكَعَم ي نّيإ َُّللَّٱ َلاَقَو

ي فَكَُّلأ انَسَح اًضرَق ََّللَّٱ ُمُتضَرقَأَو مُهوُُتمرَّزَعَو ييلُسُريب مُتنَماَءَو َةَٰوَكَّزلٱ ُمُتيَتاَءَو َةَٰوَلَّصلٱ ي يَس مُكنَع َّنَر

مُكيتا َ

يلييبَّسلٱ َءاَوَس َّلَض دَقَ ف مُكنيم َكيلََٰذ َدعَب َرَفَك نَمَف ُرََٰنََّلأٱ اَهيتَتَ نيم ييرَتَ تََّٰنَج مُكَّنَليخدَُلأَو ١٢

“Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul- rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan

203 Muhammad Quraish Syihab, Tafsir al-Misbah, Vol. Vh. 278-279

204 Abdurrahman ibn Muhammad ibn Idris al-Razi ibn Abu Hatim, Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhim, Juz I, h. 243

205 al-Qurthubi, Jami li Ahkam al-Qur’an, jilid VII, hal, 751.

kepada Allah pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air didalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.”206 (QS. al-Mâidah [5]: 12)

Kata naqîb dalam ayat ini dapat berarti pemimpin yang mengurus dan menangani kepentingan masyarakat suku Asbâth207. Mereka disebut naqîb karena merekalah yang mengetahui urusan kaum, juga mengetahui manaqib kaum tersebut, yakni jalan untuk mengetahui urusan mereka208. Dengan demikian menurut kesimpulan penulis Asbâth adalah kabilah, sedang Naqîb adalah gelar bagi pemimpin mereka.

Nabi Musa mengangkat pemimpin yang disebut Naqîb untuk tiap suku Asbâth. Keturunan Rubail/ Ruben, pimpinan mereka adalah Elizur bin Syedeur. Keturunan Sym’un/Simeon, pimpinan mereka adalah Syalumai'il bin Zuraisyada. Keturunan Yehuda pimpinan mereka adalah Nahsyun bin Aminadeb. Untuk keturunan suku Isakhar pemimpin mereka Nasya'il bin Zuar. Untuk keturunan

206 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 109

207 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2001), Jilid III, h. 48

208 Ibnu Manzhur, Lisan al-‘Arab, (Kairo: Dar al-Hadits, 1355 H), h.

4515

suku Manasye (Zebulon), pemimpin mereka adalah Jamliyail bin Fadahshur. Suku keturunan Dan pemimpin mereka adalah Akhya'zar bin Amisyadai. Adapun suku keturunan Naftali pimpinan mereka adalah Eliab bin Hailun. Suku keturunan Gad dengan pimpinan Ilyasaf bin Rehuel. Suku keturunan Asyer, pemimpin mereka adalah Faj'ai'il bin Akran. Kemudian untuk keturunan suku Yusuf a.s. pemimpin mereka adalaha Yusya' bin Nun.

Untuk keturunan suku Benyamin pemimpin mereka adalaha Abidan bin Jad'un.209.

Adapun Suku Lawi mendapatkan tugas khusus yaitu mereka bertugas menjaga kubah Bani Israil yang di dalamnya ada Tabut Bani Israil sekaligus mengawasinya, mengangkatnya, memasanagnya dan membongkarnya setiap kali mereka berhenti atau melanjutkan perjalanan.

Setelah mereka menguasai Baitul Maqdis, kubah ini diletakkan di lokasi Baitul Maqdis yang dibangun oleh Nabi Ya'kub as., dan inilah kiblat para Nabi hingga datangnya perintah kepada Rasulullah saw. untuk memindahkan kiblat ke Baitullah di Makkah210.

Hanya orang-orang yang dapat dipercayalah yang diangkat sebagai pemimpin dari kalangan suku Bani Isra’îl itu. Mereka bertugas untuk memata-matai orang-

209 Ibnu Katsîr, al-Bidâyah wa al-Nihâyah, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1978) Jilid II, h. 298-299.

210 Ibnu Katsîr, al-Bidâyah wa al-Nihâyah, Jilid II, h. 300.

orang kaum Jabbarin211, dan mengetahui kekuatan benteng mereka. Para pemimpin itu pun kemudian memberitahukan apa yang mereka lihat di sana kepada Nabi Musa, agar Nabi Musa dapat megambil pertimbangan dalam memerangi mereka212. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS.al-Maidah(5): 21-22 berikut:

مُكيرَبَدَأ َٰىَلَع ْاوُّدَترَت َلََو مُكَل َُّللَّٱ َبَتَك يتَِّلٱ َةَسَّدَقُلمٱ َضرَلأٱ ْاوُلُخدٱ يموَقََٰي َنييريسََٰخ ْاوُبيلَقنَتَ ف

٢١

اَهنيم ْاوُجُرَيَ نيإَف اَهنيم ْاوُجُرَيَ ََّٰتََّح اَهَلُخدَّن نَل َّنَّيإَو َنييراَّبَج اموَق اَهييف َّنيإ َٰىَسوََُٰيم ْاوُلاَق َنوُليخََٰد َّنَّيإَف

٢٢

"Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi. Mereka berkata: "Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya.

Jika mereka ke luar daripadanya, pasti kami akan memasukinya". (QS.al-Maidah [5[: 21-22)

211 Kaum Jabbar adalah sekelompok kaum yang memiliki kekuatan yang terdiri dari berbagai bangsa, di antaranya; Bangsa Haitali, Bangsa Fazari, Bangsa Kan’ani, dan sejumlah bangsa-bangsa lainnya. Lihat Ibnu Jarir al-Thabari, Tarikh Umam wa al- Muluk, Jilid 1, h. 431

212 al-Qurthubi, al-Jami’ li ahkami Al-Qur’an (Kairo: Dar al-Katib al Urbah, 1968) Jilid VI, h. 271.

Pada ayat ini Nabi Musa mengajak mereka untuk berjihad dijalan Allah dengan memerangi musuh-musuh- Nya, namun mereka takut dengan kaum Jabbar itu, padahal mereka baru saja menyaksikan bagaimana Allah membinasakan Fir’aun yang jauh lebih kejam, jauh lebih kuat, jauh lebih banyak pasukannya dari orang-orang itu.

Kemudian mereka dihukum oleh Allah akibat penolakan mereka terhadap perintah berjihad. Hukuman mereka itu adalah diasingkan di negeri yang membuat kebingungan penduduknya, mereka berjalan tanpa memiliki tujuan apa- apa, siang ataupun malam, pagi ataupun sore. Dikatakan pula, bahwa mereka orang-orang yang telah diasingkan ke dalam padang sahara Tih, maka ia tidak akan dapat keluar darinya, mereka semua mati dalam waktu empat puluh tahun, tidak ada yang tersisa dari mereka kecuali hanya anak-anak kecil saja dan kelompok yang tidak diwajibkan berjihad, dan juga dua orang soleh yang diselamatkan yaitu Yusya’ bin Nun dan Kaleb bin Yefuna213.

2. Masa Banî Isrâ’îl Menduduki Baitul Maqdis Sebelum sampai di Kan’an, Nabi Harun wafat, tugasnya sebagai Imam Banî Isrâ’îl diserahkan kepada anaknya Eliazar. Tak lama kemudian, Nabi Musa juga wafat. Sebelum wafat ia berwasiat kepada Banî Isrâ’îl agar meneruskan cita-citanya memasuki negeri Kan’an214.

213 Ibnu Katsîr, Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhîm, Juz II , h 38.

214 Ibnu Jarir al-Thabari, Tarikh Umam wa al-Muluk, Jilid 1, h. 433

Penerus kenabian Nabi Musa adalah Yusya' bin Nun215. Dialah yang meneruskan kepemimpinan terhadap Bani

215 Keterangan mengenai Yusya’ bin Nun dapat kita temukan dalam hadits yang dirowayatkan oleh al-Bukhari, Dari Abu Hurairah ra. dia berkata: Nabi saw. bersabda” Ada seorang nabi diantara para nabi yang berperang lalu berkata kepada kaumnya,’

Janganlah mengikuti aku seorang yang baru saja menikahi wanita sedangkan dia hendak menyetubuhinya karena dia belum menyetubuhinya (sejak malam pertama), dan jangan pula seorang yang membangun rumah-rumah sedang dia belum memasang atap-atapnya, dan jangan pula seorang yang membeli seekor unta atau seekor kambing yang bunting sedang dia menanti hewan itu beranak’. Setelah itu Nabi tersebut berperang dan ketika sudah mendekati suatu kampung datang waktu shalat Asharatau sekitar waktu itu lalu Nabi itu berkata kepada matahari,’ Kamu adalah hamba yang diperintahkan begitu juga aku hamba yang diperintah. Ya Allah tahanlah matahari ini untuk kami’. Akibatnya matahari itutertahan (berhenti beredar) hingga Allah memberikan kemenangan kepada Nabi tersebut. Kemudian Nabi tersebut mengumpulkan ghanimah, lalu tak lama kemudian datanglah api untuk menghanguskannya namun api tidak melalapnya. Maka Nabi tersebut berkata,’ Sungguh diantara kalian ada yang berkhianat (mencuri ghanimah) untuk itu hendaklah dari setiap suku ada seorang yang berbaiat kepadaku’. Tak lama kemudian ada tangan seorang laki-laki yang melekat (berjabat tangan) dengan tangan Nabi tersebut berkata, ‘Dikalangan sukumu ada orang yang mencuri ghanimah maka hendaklah sukumu berbaiat kepadaku’. Maka tangan dua atau tiga orang laki-laki suku itu berjabat tangan dengan tangan Nabi tersebut, lalu mereka berkata, ‘Dikalangan sukumu ada orang yang mencuri ghanimah’. Mereka kemudian datang dengan membawa emas sebesar kepala sapi lalau meletakkannya. Setelah itu datanglah api lalu menghanguskannya. Kemudian Allah menghalalkan ghanimah untuk kita karena Allah melihat kelemahan dan ketidakmampuan kita sehingga Dia menghalalkannya untuk

Israil hingga Bani Israil berhasil menduduki Baitul Maqdis.

Bersama Nabi Yusya', Banî Isrâ’îl berhasil menyeberangi Sungai Jordan dan langsung mengepung Baitul Maqdis. Nabi Yusya' mengepung kota tersebut selama enam bulan. Nabi Yusya' pun berdoa hingga Nabi Yusya' dan Banî Isrâ’îl berhasil menduduki Baitul Maqdis216.

Perintah kepada Banî Isrâ’îl agar mereka bersujud saat memasuki Baitul Maqdis dan juga mengucapkan kata

“Hiththah”, ini pun dilanggar oleh mereka. Baik itu secara perbuatan ataupun perkataan. Mereka memasuki pintu Baitul Maqdis dengan cara bringsut sambil berkata

“Hinthah fi syar’ah”217. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:

kita.” Lihat Muhammad Ismâ’îl al-Bukhâri, Shahih al-Bukhari, Pembahasan; Kewajiban mengeluarkan seperlima harta, Hadits no. 3123. Ibnu Hajar menjelaskan bahwa Nabi yang disebut dalam hadits Rasulallah di atas adalah Yusya’ bin Nun.

216 Ibnu Katsîr, al-Sîrah al-Nabawîyah, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1978) h.

736-737

217 Muhammad Ismâ’îl al-Bukhâri, Shâhih al-Bukhâri) Bab Kisah para Nabi, Hadits no 3403

َّن ادَّجُس َباَبلٱ ْاوُلُخدٱَو ةَّطيح ْاوُلوُقَو مُتئيش ُثيَح اَهنيم ْاوُلُكَو َةَيرَقلٱ يهيذََٰه ْاوُنُكسٱ ُمَُلَ َلييق ذيإَو ريفغ

َينينيسحُلمٱ ُدييزَنَس مُكيتََٰ ييطَخ مُكَل ١٦١

َسرَأَف مَُلَ َلييق ييذَّلٱ َيرَغ ًلَوَق مُهنيم ْاوُمَلَظ َنييذَّلٱ َلَّدَبَ ف اَنل

َنوُميلظَي ْاوُناَك اَيبِ يءاَمَّسلٱ َني م ازجير ميهيَلَع ١٦٢

218

“Dan (ingatlah), ketika dikatakan kepada mereka (Bani Israil): "Diamlah di negeri ini saja (Baitul Maqdis) dan makanlah dari (hasil bumi) nya di mana saja kamu kehendaki". Dan katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa kami dan masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk, niscaya Kami ampuni kesalahan- kesalahanmu". Kelak akan Kami tambah (pahala) kepada orang-orang yang berbuat baik.ٓٓMaka orang-orang yang zalim di antara mereka itu mengganti (perkataan itu) dengan perkataan yang tidak dikatakan kepada mereka,

218 Lihat juga ayat yang lain berikut:

َقلٱ يهيذََٰه ْاوُلُخدٱ اَنلُق ذيإَو مُكََٰيََٰطَخ مُكَل ريفغَّن ةَّطيح ْاوُلوُقَو ادَّجُس َباَبلٱ ْاوُلُخدٱَو ادَغَر مُتئيش ُثيَح اَهنيم ْاوُلُكَف َةَير

َينينيسحُلمٱ ُدييزَنَسَو

٥٨ َني م ازجير ْاوُمَلَظ َنييذَّلٱ ىَلَع اَنلَزنَأَف مَُلَ َلييق ييذَّلٱ َيرَغ ًلَوَق ْاوُمَلَظ َنييذَّلٱ َلَّدَبَ ف

َنوُقُسفَي ْاوُناَك اَيبِ يءاَمَّسلٱ ٥٩

“Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak dimana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa", niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu, dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik". ٓٓLalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu dari langit, karena mereka berbuat fasik”218(QS. al-Baqarah [2]: 58-59)

Dalam dokumen ZUHRUPATUL JANNAH, M. Ag. (Halaman 94-126)