BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TERM
A. Gambaran Kisah Yusuf dalam Al-Qur’an
A. Gambaran Kisah Yusuf dalam Al-Qur’an (Awal
ayah lebih mencintai Yusuf ketimbang mereka. Saudara- saudara Yusuf kemudian menjalankan sebuah rencana untuk membuangnya. Mereka mendapatkan izin ayah mereka untuk membawa serta Yusuf dalam perjalanan.
Kemudian, mereka memasukannya ke dalam sumur172. Kafilah pedagang yang lewat menemukan Yusuf, yang kemudian mereka jual di Mesir. Orang yang membeli
Menurut al-Thabari “Sebelas bintang maksudnya adalah al- Harthan, al-Thâriq, al-Dhayyâl, Qâbis, Masybah, Dzarûh, Dzu al-kanafât, Dzu al-Qar, Falîq, Wathaq, dan „Amûdain, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir al-Thabari, Tafsir al-Tabari Jami’ul Bayan ‘an Ta’wil Alquran, Beirut: dar al-Fikr, 1979, 122)
172 Peristiwa ini dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
يهيتَوخيإَو َفُسوُي يفِ َناَك دَقَّل ٓۦ
اَء َينيليئاَّسلي ل تََٰي ٧ ييفَل َنََّبََأ َّنيإ ٌةَبصُع ُنَنََو اَّنيم اَنييبَأ ََٰلَيإ ُّبَحَأ ُهوُخَأَو ُفُسوُيَل ْاوُلاَق ذيإ
ٍينيبُّم لََٰلَض ٨
Pembicaraan saudara-saudara Yusuf yang mengungkapkan kecemburuan dan menilai ayahnya dalam kekeliruan yang nyata ٍينيبُم ٍل َلََض ييفَل َنََّبََأ َّنيإ. Wahbah Zuhali memaparkan bentuk kecemburuan saudara Yusuf tersebut terhadap bapaknya dianggap tidak berlaku adil atau menyamakan kecintaannya terhadap anak-anaknya. Bahkan mereka bahwa apa yang dilakukan Ayahnya itu keliru bagaimana mungkin Yusuf diutamakan apalagi ia lemah dan kecil dan tidak memberi manfaat dibandingkan saudara-saudaranya yang lebih kuat dan memberi manfaat. Dengan sifat cemburunya demikian, sehingga sampai pada rencana jahat yang ingin mereka lakukan, yaitu membunuh Yusuf. Mereka merencanakan siasat jahat tersebut hanya untuk merebut cinta ayahnya. Lihat Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir; fi al-Aqidah, wa al-Shariah, wa al-manhaj, hal, jilid 12, hal, 203.
Yusuf menduduki jabatan penting di Mesir yaitu al-
‘Aziz.173
Ketika Yusuf tumbuh dewasa, istri tuannya mencoba menggodanya, tetapi dia menolaknya. Namun, istri al-‘Aziz bersumpah akan memenjarakan Yusuf jika dia tidak menurutinya. Karena tetap teguh pendirian, akhirnya Yusuf pun dimasukan ke dalam penjara174. Dalam penjara, dia berteman dengan dua orang yang satu pernah bertugas sebagai pelayan minuman raja dan yang satu bertugas sebagai pelayan pembuat roti raja, mereka berdua dipenjarakan karena dituduh meracuni sang raja175. Kedua temannya itu melihat pada diri Yusuf tanda-tanda kejujuran dan kemampuan menakwilkan mimpi. Oleh karenanya, mereka meminta Yusuf menakwilkan mimpi mereka. Yusuf berhasil menakwilkan mimpi-mimpi tersebut; salah seorang dari mereka akan dihukum mati, sedangkan yang lainnya akan dibebaskan dan kembali bekerja sebagai penuang minuman raja. Yusuf meminta
173 Orang Mesir yang membeli Yusuf itu seorang bendaharawan Mesir bernama Poutifar dan nama isterinya Zulaikha. Lihat M.
Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, h. 404-405
174 Ibnu Jarir al-Thabarî, Jami’ al-Bayân ‘an Ta’wîl Al-Qur’an, Juz I2, h. 193-195.
175 Pelayan minuman bernama Nebo dan pelayan roti bernama Mujlas.
Lihat Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2011), h. 403
kepada orang yang dibebaskan tersebut agar mengemukakan masalah Yusuf kepada raja. Namun penuang minuman itu lupa melakukannya dan karenanya, Yusuf tetap di penjara.176
Beberapa tahun kemudian, sang raja bermimpi dan menanyakan takwilnya. Pada saat itulah, si penuang minuman itu ingat kepada Yusuf. Dia kemudian diutus untuk meminta Yusuf menakwilkan mimpi sang raja tersebut. Yusuf menakwilkan mimpi itu dengan mengemukakan bahwa akan terjadi tujuh tahun masa panen berlimpah, diikuti dengan tujuh tahun panen sedikit (paceklik), dan kemudian akan ada tahun yang penuh dengan hujan. Setelah mendengar takwil Yusuf atas mimpinya, sang raja meminta Yusuf didatangkan kepadanya177. Namun, Yusuf terlebih dahulu meminta
176 Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi, h. 411
177 Peristiwa ini dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
ينيمَأ ٌينيكَم اَنيَدَل َموَيلٱ َكَّنيإ َلاَق ۥُهَمَّلَك اَّمَلَ ف ييسفَنيل ُهصيلخَتسَأ ٓۦيهيب ينّوُتئٱ ُكيلَلمٱ َلاَقَو ٥٤
“Dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata: "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi kami"177. (QS. Yusuf [12]: 54)
Dalam ayat ini raja mesir disebut dengan kata “al-Malik” fakta bahwa raja pada zaman Yusuf tersebut tidak disebut “Fir’aun”
mengisyaratkan bahwa raja tersebut tidak termasuk ke dalam kelompok “Fir’aun”. Raja pada zaman Yusuf adalah salah satu dari raja-raja Hyksos Semit yang secara etnis tidak terkait dengan orang-orang Mesir. Lihat Louay Fatoohi, Sejarah
agar orang-orang yang menuduhnya untuk mengklarifikasi apa yang sebenarnya terjadi. Istri al-‘Aziz kemudian mengakui kesalahan yang telah dilakukannya.
Setelah membebaskan Yusuf, sang raja menghendaki agar Yusuf bekerja untuknya. Yusuf kemudian meminta kepada raja untuk bertugas mengurusi hasil bumi negeri itu dan raja pun memenuhi keinginannya178.
Selama tahun-tahun yang diramalkan paceklik, saudara-saudara Yusuf pun datang ke Mesir untuk meminta makanan, mereka adalah Ruben, Simoen, Lewy, Yahuda, Isakhar, Zebulon, Dann, Naftali, Jad dan Asyer.
Mereka diperbolehkan menghadap Yusuf yang mengenal mereka, tetapi mereka tidak mengenal Yusuf. Dia memberikan kepada mereka makanan, tetapi dengan
Bangsa Israel dalam Bibel dan Al-Qur’an (Bandung: PT. Mizan Pustaka Utama, 2007), h.130
178 Peristiwa ini dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
مييلَع ٌظييفَح ي نّيإ يضرَلأٱ ينيئاَزَخ َٰىَلَع ينِلَعجٱ َلاَق ٥٥
“Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir);
sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan."178 (QS. Yusuf [12]: 54)
Permintaan raja kepada Yusuf hanya direspon dengan menginginkan untuk menjadi bendahara negara ٓ ِضرَٓلٱ ٓ ِنِئا َزَخ ٓ ٰىَلَع atau segala sesuatu yang menyangkut urusan materi, akomodasi atau kebutuhan-kebutuhan yang lain-lain. Sebab Yusuf meyakini bahwa mampu menjaga dan memiliki ilmu pengetahuan.
Menurut Wahbah, kompetensi dan kemampun Yusuf sehingga ia meyakini mampu untuk menjaga dan menjalankan amanah tersebut. Lihat Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir, jilid 13, hal, 8
syarat ketika masa berikutnya mereka meminta jatah makanan, maka mereka harus membawa adik bungsu mereka yaitu Benyamin untuk ikut serta bersama mereka.
Pada saat berikutnya, mereka melakukan apa yang diminta Yusuf, yaitu membawa adik bungsu mereka179. Diam-diam Yusuf menyingkap identitas dirinya kepada adiknya itu, yang juga diperlakukan buruk oleh kakak- kakaknya. Bekerja sama dengan adiknya itu , Yusuf mensiasati untuk membuat adiknya tetap tinggal bersamanya dengan siasat penuduhan adiknya mencuri piala minuman raja180. Karenanya, Yusuf menahannya dan tidak mengizinkannya kembali bersama saudara- saudaranya181. Nabi Ya’qub yang masih sedih karena kehilangan Yusuf ditambah lagi kesedihannya atas kehilangan Benyamin, akibat dukanya penglihatannya pun hilang.
Ketika saudara-saudara Yusuf datang untuk ketiga kalinya, dia (Yusuf) mengungkapkan jati dirinya kepada mereka. Saudara-saudara Yusuf meminta maaf atas tindakan buruk mereka terhadap Yusuf di masa silam.
179 Ibnu Katsîr, Tafsir Alquran al-‘Azhîm, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1414 H/1992 M) Jilid II, h. 483
180 Piala raja yang dimaksud adalah semacam gelas untuk minum yang terbuat dari emas, biasanya gelas itu digunakan oleh masyarakat untuk ditimbang dan ditukar dengan makanan.
181 Al-Qurthubi, Jami li Ahkam A-quran, (Mesir: Dar al-Kutub al- Mishriyyah, tt) Jilid IX, hal, 235.
Yusuf kemudian meminta mereka membawa bajunya dan mengusapkannya pada wajah ayahnta untuk menyembuhkan penglihatannya182. Yusuf juga meminta mereka membawa orangtua dan seluruh keluarga mereka ke Mesir. Setelah tiba di Mesir dan diizinkan menghadap Yusuf, orangtua dan saudara-saudaranya bersujud kepadanya183. Yusuf kemudian mengingatkan ayahnya akan takwil mimpinya ketika dia masih kanak-kanak184.
182 Bisri Mustofa, Al Ibrîz li Ma’rifât Alquran al-‘Adzîm,( Kudus:
Menara Kudus, 1995), h. 706
183 Peristiwa ini dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
َينينيماَء َُّللَّٱ َءاَش نيإ َرصيم ْاوُلُخدٱ َلاَقَو يهيَوَ بَأ يهيَليإ َٰىَواَء َفُسوُي َٰىَلَع ْاوُلَخَد اَّمَلَ ف
٩٩ رَعلٱ ىَلَع يهيَوَ بَأ َعَفَرَو ْاوُّرَخَو يش
ُهَل ۥ َنيم ينَِجَرخَأ ذيإ يبّ َنَسحَأ دَقَو ا قَح ي بَّر اَهَلَعَج دَق ُلبَق نيم َيََٰيءُر ُلييوَتَ اَذََٰه يتَبَََٰيَ َلاَقَو ادَّجُس
َل ي بَّر َّنيإ يتَِوخيإ َينَبَو ينِيَب ُنََٰطيَّشلٱ َغَزَّ ن نَأ يدعَب نيم يودَبلٱ َني م مُكيب َءاَجَو ينجي سلٱ ُهَّنيإ ُءاَشَي اَمي ل فييط
ۥ َوُه
ُمييكَلحٱ ُمييلَعلٱ ١٠٠
“Maka tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf: Yusuf merangkul ibu bapanya dan dia berkata: "Masuklah kamu ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman". Dan ia menaikkan kedua ibu-bapanya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan berkata Yusuf: "Wahai ayahku inilah ta´bir mimpiku yang dahulu itu;
sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan.
Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah syaitan merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki.” (QS. Yusuf [12]: 99-100)
184 Al-Syawkanî, Fath al-Qadîr, (Beirut: Dâr Ihyâ’ al-Turâts al-
‘Arabî, tth) Jilid V, h. 870
Inilah awal sejarah masuknya Banî Isrâ’îl ke Mesir pada masa dinasti Hyksos ketika Yusuf menjadi pejabat kerajaan, kemudian keturunan Nabi Ya’qub (Banî Isrâ’îl) berkembang banyak dan hidup makmur karna diperlakukan dengan baik dan mendapat tempat yang baik pada sat itu. Selain itu Banî Isrâ’îl juga mempunyai pengaruh di Mesir. Mereka hidup tenang selama 400 tahun. Selanjutnya setelah berlalu masa tersebut, muncul kekuasaan baru yaitu dinasti ke XIX yang mengusir Hyksos dan menguasai seluruh Mesir. Salah seorang penguasa dinasti ini yang paling popular adalaha Ramsis II. Pada masanyalah terjadi penindasan terhadap Banî Isrâ’îl185 karena kekhawatiran terhadap perkembangan Banî Isrâ’îl dan tidak suka pada agama tauhid yang dianut, menyebabkan kedengkian dan menjadikan Banî Isrâ’îl sebagai budak yang dipekerjakan secara paksa. Saat itu, setiap anak laki-laki yang lahir dibunuh.186
Adapun alasan yang membuat Fir’aun melakukan pembunuhan kepada anak laki-laki dari Banî Isrâ’îl adalah kabar yang diwariskan oleh Banî Isrâ’îl secara turun temurun mengenai akan terlahirnya seorang anak dari keturunan Banî Isrâ’îl yang akan menghancurkan kerajaaan Mesir melalui tangannya. Berita kedatangan tersebut semakin santer dibicarakan oleh Banî Isrâ’îl,
185 Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. Dudi Rosyadi, h. 414
186 M. Ali Imran, Sejarah Terlengkap Agama-Agama Di Dunia, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2015), h. 347
hingga terdengar oleh orang-orang Qibti187 dan akhirnya sampai pada telinga Fir’aun. Kemudian fir’aun membicarakan hal tersebut dengan para menterinya, kemudian mereka memberi saran kepada Fir’aun untuk membunuh setiap nak laki-laki yang terlahir dari Banî Isrâ’îl, sebagai antisipasi terlahirnya anak yang dikabarkan itu.188