• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Kemunculan Term Banî Isrâ’îl

Dalam dokumen ZUHRUPATUL JANNAH, M. Ag. (Halaman 126-141)

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TERM

C. Sejarah Kemunculan Term Banî Isrâ’îl

1. Masa Eksodus Nabi Musa a.s. dan Banî Isrâ’îl Term Banî Isrâ’îl yang pertama muncul dalam al- Qura’n berdasarkan penelitian penulis kita dapatkan menjelaskan mengenai pembicaraan Nabi Musa as.

dengan Fir’aun yang kala itu Nabi Musa meminta kepada Fir’aun supaya melepaskan Banî Isrâ’îl untuk pergi bersama Nabi Musa meninggalkan negeri Mesir, agar terbebas dari ketidak adilan Fir’uan terhadap Banî Isrâ’îl.

Hal ini terekam dalam Alquran surat al-A’raf259 ayat (7:)105 berikut:

َينيمَلََٰعلٱ ي بَّر ني م لوُسَر ي نّيإ ُنوَعريفََٰي َٰىَسوُم َلاَقَو ١٠٤

َّلَيإ يَّللَّٱ ىَلَع َلوُقَأ َّلَ نَأ َٰىَلَع ٌقييقَح

َييعَم ليسرَأَف مُكي بَّر ني م ةَني يَ بيب مُكُتئيج دَق َّقَلحٱ َلييءََٰرسيإ ينَِب

١٠٥ 260

259 Surat al-A’raf adalah surat yang turun sebelum Nabi Muhammad saw. hijrah ke Madinah. Ia terdiri dari 206 ayat, keseluruhannya turun di Mekah (makiyah). Ada sementara Ulama mengecualikan ayat-ayat 163-170, tetapi pengecualian ini dinilai lemah. Penamaan surah ini dengan al-A’raf karena kata tersebut terdapat dalam suratnya dan ia merupakan kata satu-satunya dalam Alquran. Kandungan surat ini merupakan rinciandari sekian banyak persoalan yang diuraikan oleh surat al-An’am, khususnya menyangkut kisah beberapa nabi. Tujuan utamanya adalah peringatan terhadap yang berpaling dari ajakan kepada Tauhid, kebajikan dan kesetiaan pada janji serta ancaman terhadap siksa duniawi dan ukhrawi. Lihat M.

Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian Alquran, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) Vol. V, h. 3- 4

260 Lihat Juga QS. Thâha (20): 47 dan QS. al-Syu’ara’ (26): 17.

Dan Musa berkata: "Hai Fir´aun, sesungguhnya aku ini adalah seorang utusan dari Tuhan semesta alam. wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah, kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama aku". (QS. al- A’raf [7]: 104-105)

Ayat ini mengulas tentang dakwah dan perdebatan Nabi Musa dengan Fir’aun agar Fir’aun melepaskan Banî Isrâ’îl. Dalam perdebatan ini Nabi Musa as. juga memberikan tekanan terhadap Fir’aun dengan hujah dan menampilkan kepadanya mukjizat-mikjizat yang jelas yang menjadi bukti akan kebenaran perkara yang disampaikannya. Ia meminta kepada Fir’aun agar melepaskan Banî Isrâ’îl dari penindasan dan ketidak adilan yang saat itu mereka ditindas dengan dipaksa melakukan kerja berat, juga agar membebaskan Banî Isrâ’îl menyembah Tuhan semesta alam (Allah)261, karena sesungguhnya mereka (Banî Isrâ’îl) berasal dari keturunan seorang Nabi yang mulia yaitu Isrâ’îl atau Nabi Ya’qub as ibnu Ishaq as. ibnu Ibrahim as.

Berbagai usaha dilakukan Nabi Musa untuk membebaskan Banî Isrâ’îl dari penindasan Fir’aun, di antaranya dengan meyakinkan Fir’aun bahwa dia (Nabi Musa) merupakan utusan Allah yang diutus untuk

261 al-Qurthubi, Jami li Ahkam al-Qur’an, jilid VII, hal, 619.

mengajak kepada tauhid. Nabi Musa pun memperlihatkan bukti-bukti kekuasaan Allah dengan memperlihatkan mu’jizat-mu’jizatnya di hadapan Fir’aun dengan memukulkan tongkatnya kemudian tongkat itu berubah menjadi ular jantan yang sangat lincah262. Untuk mengukuhkan bukti tersebut Nabi Musa as.

menambahkan bukti yang lain, yaitu Nabi Musa as.

mengeluarkan tangannya dari bajunya atau ketiaknya, maka seketika dikeluarkan tangannya yang selama ini berwarna kehitaman menjadi putih bercahaya lagi indah terlihat dengan jelas oleh orang-orang yang melihat ketika itu263.

Setelah Nabi Musa menunjukan segala bukti dan mu’jizat kepada Fir’aun sampai mengalahkan semua ahli sihir Fir’aun, namun Fir’aun dan pengikutnya masih enggan juga beriman kepada Allah dan enggan melepaskan Banî Isrâ’îl. Karena kebejatan dan kedurhakaan mereka telah melampaui batas, maka Allah swt. mengirimkan azab kepada mereka264. berupa topan, yakni air bah yang menghanyutkan segala sesuatu. Atau

262 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Vol. V, h. 199

263 Peristiwa ini dijelaskan dalam QS. al-A’raf (7): 106-108 berikut:

يب َتئيج َتنُك نيإ َلاَق َينيقيدََّٰصلٱ َنيم َتنُك نيإ اَيبَ يتأَف ةَيا َ

١٠٦ ينيبُّم ناَبعُث َييه اَذيإَف ُهاَصَع َٰىَقلَأَف ١٠٧

ُهَدَي َعَزَ نَو ۥ

َنييريظََّٰنليل ُءاَضيَب َييه اَذيإَف ١٠٨

264 Peristiwa ini dijelaskan dalam QS. al-A’raf (7): 133 berikut:

ُناَكَو ْاوَُبِكَتسٱَف تََٰلَّصَفُّم تََٰياَء َمَّدلٱَو َعيداَفَّضلٱَو َلَّمُقلٱَو َداَرَلجٱَو َناَفوُّطلٱ ُميهيَلَع اَنلَسرَأَف َينيمير ُّمُّ اموَق ْاو

١٣٣

angin ribut disertai kilat dan Guntur serta api dan hujan yang membinasakan segala yang ditimpanya265.

Selanjutnya, karena siksaan itu boleh jadi diduga akan menyuburkan tanah, maka Allah mengirimkan juga belalang yang merusak tumbuhan serta kutu, yakni hama tanaman266. Kemudian karena boleh jadi ada persediaan makanan di gudang-gudang mereka, maka dikirimkan juga, katak-katak yang sangat banyak, sehingga tersebar sampai ke tempat makan mereka melompat pada hidangan-hidangan mereka.267 Selain itu azab berupa darah pun juga menimpa mereka, maksudnya adalah air yang mereka gunakan untuk minum bercampur darah yang mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit.

Karena tidak dapat menangani azab tersebut Fir’aun meminta kepada Nabi Musa untuk mendoakan supaya azab tersebut berhenti, dengan jaminan apabila azab tersebut berhenti menimpa mereka, maka Fir’aun akan membebaskan Banî Isrâ’îl pergi bersama Musa.

Peristiwa ini terdapat dalam Alquran berikut:

265Ibnu Athiyah , al-Muharir al-Wajiz fi Tafsir Alquran al-‘Aziz, (Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1993), Jilid VI, h. 49.

266 Ibnu Katsîr, Tafsir Alquran al-‘Azhîm, Jilid III, h. 461.

267 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Vol. V, h. 222.

َل َزجي رلٱ اَّنَع َتفَشَك نيئَل َكَدنيع َديهَع اَيبِ َكَّبَر اَنَل ُعدٱ ىَسوََُٰيم ْاوُلاَق ُزجي رلٱ ُميهيَلَع َعَقَو اَّمَلَو َّنَنيمؤُن

َكَعَم َّنَليسرُنَلَو َكَل َلييءََٰرسيإ ينَِب

١٣٤

“Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) merekapun berkata: "Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhamnu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dan pada kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu". (QS. al-A’raf [7]: 134-135)

Sebagian ulama tafsir memahami kata al-Rijzu pada ayat diatas dalam arti penyakit lepra, sebagian juga memahaminya dengan azab penyakit yang menyebabkan tujuh puluh ribu orang Qibthi268 mati setiap harinya namun tidak seorangpun dari Banî Isrâ’îl 269.

Namun setelah dihilangkan berbagai azab tersebut Fir’aun dan kaumnya mengingkari janji mereka untuk percaya kepada ajaran Tauhid dan membebaskan Banî Isrâ’îl hijrah bersama Nabi Musa as. Maka AllAh membalas mereka dengan siksa yang tidak pernah mereka alami sebelumnya yaitu dengan menenggelamkan mereka

268 Orang Qibthi adalah penduduk asli negeri Mesir yang pada kala itu dipimpin oleh Fir’aun. Mereka bukan hanya menganggap Fir’aun sebagai raja, namun juga sebagai tuhan

269 Ibn Jârîr al-Thabarî, al-Jâmi’ al-Bayân ‘an Ta’wil Alquran, Jilid VIII, h. 28

di laut Merah270. Kaum Fir’aun yang telah berulang-ulang durhaka dan yang sebelum ini telah diberi aneka bukti serta peringatan disiksa Allah melalui penenggelaman dilaut271.

Setelah membahas tentang kesudahan umat durhaka yaitu Fir’’aun dan kaumnya, kemudian diberitakan tentang balasan kebaikan atas kesabaran Banî Isrâ’îl dan ketaatan mereka terhadap Allah dan ketentuan- Nya. Hal ini terdapat dalam Al-Qur’an berikut:

َميلَك تََّتمَو اَهييف اَنكَرََٰب يتَِّلٱ اََبَيرََٰغَمَو يضرَلأٱ َقيرََٰشَم َنوُفَعضَتسُي ْاوُناَك َنييذَّلٱ َموَقلٱ اَنثَروَأَو َكي بَر ُت

َٰىَلَع ََٰنَسُلحٱ َلييءََٰرسيإ ينَِب

ُهُموَقَو ُنوَعريف ُعَنصَي َناَك اَم َنَّرَّمَدَو ْاوَُبَِص اَيبِ

عَي ْاوُناَك اَمَوۥ َنوُشير

١٣٧

“Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai

270 Peristiwa ini terdapat dalam Al-Qur’an berikut:

ََٰب مُه ٍلَجَأ ََٰلَيإ َزجي رلٱ ُمُهنَع اَنفَشَك اَّمَلَ ف َنوُثُكنَي مُه اَذيإ ُهوُغيل

١٣٥ يب ْاوُبَّذَك مَُّنََّيبِ ي مَيلٱ يفِ مُهََٰنقَرغَأَف مُهنيم اَنمَقَ تنٱَف اَنيتََٰيا َ

َينيليفََٰغ اَهنَع ْاوُناَكَو ١٣٦

“Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya. Kemudian Kami menghukum mereka, maka Kami tenggelamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami itu.” (QS. al-A’raf [7]: 135- 136)

271 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Vol. V, h. 226

janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir´aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka.” (QS. al- A’raf [7] : 137)

Menurut al-Qurthubi, maksud ayat ini adalah Allah swt. mempusakakan belahan timur dan belahan barat bumi272 kepada orang-orang yang dahulunya hidup tertindas dari kalangan kaum Bani Israil karna kesabaran mereka menahan penderitaan dari penyiksaan Fir’aun dan pengikutnya, juga atas kesabaran mereka beriman dan menjalankan perintah Allah swt273. Dengan demikian terbuktilah janji Allah kepada mereka bahwa musuh mereka dibinasakan, dihancurkannya bangunan-bangunan berupa gedung-gedung dan segala yang mereka tanam dan lain-lainnya274.

Ketika Fir’aun dan bala tentaranya itu dibinasakan, hari itu bertepatan dengan tanggal 10 Muharram. Sebagaimana disebutkan oleh Imam al-

272 Yang dimaksud dengan negeri-negeri bagian timur bumi dan baratnya adalah wilayah yang bermula dari pantai timur Laut Merah dan berakhir di pantai Laut Tengah hingga perbatasan Irak dan batas wilayah Arab dan Turki. Thâhîr Ibnu ‘Âsyûr, al- Tahrîr wa al-Tanwîr, ( Tunis: Dâr al- Tunisiyah, 1984), Jilid IV, h. 532-533

273 al-Qurthubi, Jami li Ahkam al-Qur’an, jilid VII, hal, 619.

274 Muhammad Yusuf as- Syahir Ibnu Al-Hayyan, al-Bahrul Muhith, (Beirut: Dar al- Kutub al-‘Ilmiyah, 1993), Jilid IV, h. 377.

Bukhari dalam kitab Shahihnya, sebuah riwayat dari Muhammad bin Basyyar, dari Gundar, dari Syu’bah, dari Abi Bistr, dari Daid bin Jubair, dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Ketika Nabi saw. tiba dikota Madinah, pada hari itu kaum Yahudi sedang berpuasa 10 Muharram, lalu beliau berkata “Dalam rangka apakah kalian berpuasa pada hari ini?” mereka menjawab, “Hari ini adalah hari bertepatan dengan hari kemenangan Musa terhadap Fir’aun,” Lalu Nabi saw. berkata kepada para sahabatnya,

“Kalian lebih berkewajuban untuk menghormati hari ini, maka berpuasalah kalian”275.

2. Sikap penyimpangan Banî Isrâ’îl terhadap ajaran Nabi Musa a.s.

Kemudian setelah menjelaskan kemenangan Banî Isrâ’îl yang diselamatkan Allah swt. dari Fir’aun dan pengikutnya ayat selanjutnya yang memakai term Banî Isrâ’îl menjelaskan sikap pengengkelan atau ketidak- patuhan Banî Isrâ’îl terhadap Nabi Musa as.

َنَّزَوََٰجَو َلييءََٰرسيإ ينَِبيب ََُٰيم ْاوُلاَق مَُّلَ ماَنصَأ َٰىَلَع َنوُفُكعَي موَق َٰىَلَع ْاوَتَأَف َرحَبلٱ

اََٰلَيإ اَنَّل لَعجٱ ىَسو

َنوُلَهَتَ موَق مُكَّنيإ َلاَق ةَيلَاَء مَُلَ اَمَك ١٣٨

“Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang

275 Muhammad Ismâ’îl al-Bukhâri, Shâhih al-Bukhâri, (Kairo : Dâr wa al-Mathâbi’ al- Sya’b, t.th.), Bab Puasa, Bagian: Puasa Sepuluh Muharram.

tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata:

"Hai Musa. buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)". Musa menjawab: "Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)"

(QS. al-A’raf [7]: 138)

Banî Isrâ’îl masih saja meminta hal yang bodoh dan sesat, padahal mereka telah melihat secara langsung tanda-tanda kebesaran Allah dan kuasa-Nya, dan tanda- tanda itu jelas menunjukan kebenaran semua yang dibawa oleh Nabi Musa as. Ketika itu, mereka bertemu dengan suatu kaum yang menyembah berhala276, sepertinya beberapa pengikut Nabi Musa mempercayai bahwa berhala-berhala itu bisa mendatangkan manfaat dan mudarat bagi mereka, oleh karena itu mereka meminta kepada nabi mereka untuk membuatkan berhala seperti yang dimiliki oleh kaum tersebut. Lalu Nabi Musa menjelaskan, bahwa tidak ada ibadah yang diperbolehkan kecuali beribadah kepada Allah semata.

Menurut analisa penulis, permintaan Banî Isrâ’îl yang meminta kepada Nabi Musa dibuatkan berhala untuk disembah terjadi karena pergaulan Banî Isrâ’îl di tengah ,masyarakat Mesir dalam kurun waktu yang amat

276 Muhammad Yusuf as- Syahir Ibnu Al-Hayyan, al-Bahrul Muhith, Jilid IV, h. 377.

panjang telah memengaruhi alam pikiran keagamaan mereka. Orang-orang Banî Isrâ’îl tidak asing dengan patung-patung tuhan Mesir kuno, kuil-kuil, dan upacara- upacara keagamaan orang-orang Mesir. Rupanya hal ini telah menimbulkan ruang yang amat besar dalam jiwa Banî Isrâ’îl dan telah mengguncang akidah tauhid dalam hati mereka. Karena menyaksikan kaum yang melakukan ritual penyembahan tuhan sapi, menyeruaklah kembali kepercayaan pagan yang tersembunyi dibawah kesadaran mereka. Hal ini mengindikasikan bahwa orang-orang Banî Isrâ’îl itu masih berada dalam pengaruh kepercayaan pagan Mesir kuno.

Kemudian sesampainya di Tursina, Nabi Musa dan kaumnya mendirikan perkampungan. Setelah itu, Nabi Musa pergi ke Tursina selama empat puluh hari untuk mendapatkan wahyu dari Allah berupa Taurat. Namun, kepergian Nabi Musa untuk memperoleh wahyu dimanfaatkan oleh pengikutnya yang bernama Samiri, yang mengajak Banî Isrâ’îl untuk menyembah patung anak sapi.

ُموَق َذََّتَٱَو يهيدعَب نيم َٰىَسوُم ۦ

ُهَّل ادَسَج لَجيع ميهي ييلُح نيم ۥ

ُهَّنَأ ْاوَرَ ي َلََأ ٌراَوُخ ۥ

ميهييدهَي َلََو مُهُمي لَكُي َلَ

َينيميلََٰظ ْاوُناَكَو ُهوُذََّتَٱ ًلَييبَس

١٤٨ َل ْاوُلاَق ْاوُّلَض دَق مَُّنََّأ ْاوَأَرَو ميهييديَأ يفِ َطيقُس اَّمَلَو اَن َحرَي َّلَ نيئ

َنييريسََٰلٱ َنيم َّنَنوُكَنَل اَنَل ريفغَيَو اَنُّ بَر

١٤٩ يهيموَق ََٰلَيإ َٰىَسوُم َعَجَر اَّمَلَو ۦ

اَمَسئيب َلاَق افيسَأ َََٰبَضَغ

ُهُّرَُيَ يهييخَأ يسأَريب َذَخَأَو َحاَولَلأٱ ىَقلَأَو مُكي بَر َرمَأ مُتليجَعَأ ييدعَب نيم ينّوُمُتفَلَخ ٓۥ

َّنيإ َّمُأ َنبٱ َلاَق يهيَليإ

َينيميلََّٰظلٱ يموَقلٱ َعَم ينِلَع َتَ َلََو َءاَدعَلأٱ َيبّ تيمشُت َلََف ينَِنوُلُ تقَي ْاوُداَكَو ينّوُفَعضَتسٱ َموَقلٱ

١٥٠

َينييحََّٰرلٱ ُمَحرَأ َتنَأَو َكيتَحَر يفِ اَنليخدَأَو ييخَيلأَو يلِ ريفغٱ ي بَر َلاَق

١٥١ َّلٱ َّنيإ ْاوُذََّتَٱ َنييذ

َنييَتَفُلمٱ ييزَنج َكيلََٰذَكَو اَينُّدلٱ يةَٰوَ يَلحٱ يفِ ةَّليذَو ميي بََّر ني م بَضَغ مُُلَاَنَ يَس َلجيعلٱ

١٥٢ َنييذَّلٱَو

ي يَّسلٱ ْاوُليمَع مييحَّر روُفَغَل اَهيدعَب نيم َكَّبَر َّنيإ ْاوُنَماَءَو اَهيدعَب نيم ْاوُبَتَ َُّثُ يتا َ

١٥٣ َتَكَس اَّمَلَو

َنوُبَهرَي ميي بََريل مُه َنييذَّلي ل ةَحَرَو ىدُه اَهيتَخسُن يفَِو َحاَولَلأٱ َذَخَأ ُبَضَغلٱ ىَسوُّم نَع ١٥٤

277

“Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa ke gunung Thur membuat dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka anak lembu yang bertubuh dan bersuara. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? Mereka menjadikannya (sebagai sembahan) dan mereka adalah orang-orang yang zalim. 149. Dan setelah mereka sangat menyesali perbuatannya dan mengetahui bahwa mereka

277 Lihat juga firman Allah dalam QS. Thaha (20): 83-98 berikut:

َٰىَسوََُٰيم َكيموَق نَع َكَلَجعَأ اَمَو

٨٣ َٰىَضَتَيل ي بَر َكيَليإ ُتليجَعَو ييرَثَأ َٰىَلَع يء َلَْوُأ مُه َلاَق

٨٤ اَّنَ تَ ف دَق َّنَّيإَف َلاَق

ُّييريماَّسلٱ ُمُهَّلَضَأَو َكيدعَب نيم َكَموَق

٨٥ َعَجَرَ ف يهيموَق ََٰلَيإ َٰىَسوُم ٓۦ

اًنَسَح اًدعَو مُكُّبَر مُكديعَي َلََأ يموَقََٰي َلاَق افيسَأ َََٰبَضَغ

ييديعوَّم مُتفَلخَأَف مُكي بَّر ني م بَضَغ مُكيَلَع َّليَيَ نَأ ُّتُّدَرَأ مَأ ُدهَعلٱ ُمُكيَلَع َلاَطَفَأ

٨٦ اَنيكلَيبِ َكَديعوَم اَنفَلخَأ اَم ْاوُلاَق

َّنيكََٰلَو ُّييريماَّسلٱ ىَقلَأ َكيلََٰذَكَف اَهََٰنفَذَقَ ف يموَقلٱ يةَنييز ني م اراَزوَأ اَنلي ُح ا

٨٧ ُهَّل ادَسَج لَجيع مَُلَ َجَرخَأَف ٓۥ

اَذََٰه ْاوُلاَقَ ف راَوُخ

َييسَنَ ف َٰىَسوُم ُهََٰليإَو مُكََُٰلَيإ

٨٨ ُكيلَيم َلََو لَوَق ميهيَليإ ُعيجرَي َّلََأ َنوَرَ ي َلََفَأ اعفَن َلََو ا رَض مَُلَ

٨٩ ُنوُرََٰه مَُلَ َلاَق دَقَلَو

يهيب مُتنيتُف اََّنَّيإ يموَقََٰي ُلبَق نيم ۖۦ

ييرمَأ ْاوُعييطَأَو ينّوُعيبَّتٱَف ُنََٰحَّرلٱ ُمُكَّبَر َّنيإَو

٩٠ اَنيَليإ َعيجرَي ََّٰتََّح َينيفيكََٰع يهيَلَع َحَبَِّن نَل ْاوُلاَق

َٰىَسوُم ٩١ ََٰهََٰي َلاَق ْاوُّلَض مُهَ تيَأَر ذيإ َكَعَ نَم اَم ُنوُر

٩٢ ييرمَأ َتيَصَعَ فَأ ينَعيبَّتَ ت َّلََأ

٩٣ يتَِيحيليب ذُخَتَ َلَ َّمُؤَ نبَي َلاَق

يلِوَق بُقرَت َلََو َلييءََٰرسيإ ينَِب َينَب َتقَّرَ ف َلوُقَ ت نَأ ُتييشَخ ي نّيإ ييسأَريب َلََو

٩٤ يريمََٰسََٰي َكُبطَخ اَمَف َلاَق ُّي

٩٥ َلاَق

يهيب ْاوُرُصبَي َلَ اَيبِ ُترُصَب ۦ

ييسفَن يلِ تَلَّوَس َكيلََٰذَكَو اَُتَذَبَ نَ ف يلوُسَّرلٱ يرَثَأ ني م ةَضبَق ُتضَبَقَ ف

٩٦ َكَل َّنيإَف بَهذٱَف َلاَق

ُهَفَلُتَ نَّل اديعوَم َكَل َّنيإَو َساَسيم َلَ َلوُقَ ت نَأ يةَٰوَ يَلحٱ يفِ

ۖۥ ََٰلَيإ رُظنٱَو ُهَّنَ قي رَحُنَّل افيكاَع يهيَلَع َتلَظ ييذَّلٱ َكيََٰلَيإ ۥ

ُهَّنَفيسنَنَل َُّثُ

ۥ

اًفسَن ي مَيلٱ يفِ

امليع ٍءيَش َّلُك َعيسَو َوُه َّلَيإ َهََٰليإ َلَ ييذَّلٱ َُّللَّٱ ُمُكََُٰلَيإ اََّنَّيإ٩٧ ٩٨

telah sesat, merekapun berkata: "Sungguh jika Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami, pastilah kami menjadi orang-orang yang merugi". 150. Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah dia: "Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu? Dan Musapun melemparkan luh-luh (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya, Harun berkata:

"Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim. 151. Musa berdoa: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang". 152. Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan anak lembu (sebagai sembahannya), kelak akan menimpa mereka kemurkaan dari Tuhan mereka dan kehinaan dalam kehidupan di dunia. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang membuat-buat kebohongan. 153. Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman;

sesungguhnya Tuhan kamu sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 154. Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu

diambilnya (kembali) luh-luh (Taurat) itu; dan dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat untuk orang- orang yang takut kepada Tuhannya.”278 (QS. al-A’raf [7]:

148-154)

Pada ayat di atas Allah mengisahkan tentang sikap yang dilakukan oleh Banî Isrâ’îl ketika ditinggalkan oleh Nabi Musa untuk pergi bermunajat kepada Tuhannya, seorang laki-laki Banî Isrâ’îl yang bernama al-Samiri berinisiatif untuk mengambil perhiasan yang sebelumnya mereka pinjam dari bangsa Mesir, lalu ia melebur perhiasan itu dan membentuknya menjadi anak sapi, lalu patung anak sapi itu ditaburi dengan segenggam tanah yang diambilnya dari jejak telapak kaki kuda Malaikat Jibril, ketika Malaikat Jibril menggiring Fir’aun dan bala tentaranya untuk masuk ke dalam laut merah dan ditenggelamkan oleh Allah279. Ketika Samiri menaburkan tanah tersebut, ternyata patung anak sapi itu menguak seperti membentuk suara hewan sapi asli (yakni suara lenguhan yang biasa dikeluarkan oleh sapi). Namun ada juga yang mengatakan bahwa, sebenarnya suara itu berasal dari angin yang masuk di bagian belakang (dubur) patung itu, lalu keluar dari bagian mulutnya hingga

278 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 168-169

279 Ibnu Katsîr, Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhîm, Juz III, h. 163

bersuara seperti lenguhan sapi. Lalu Banî Isrâ’îl menari- nari di sekelilingnya dan bergembira280.

Penegasan ayat ini dimulai dengan Banî Isrâ’îl menjadikan sesembahan berupa anak lembu yang dijadikan sesembahan di gunung Thur. Atas perisitiwa ini Nabi musa merespon perilaku musyrik dengan menjelaskan bahwa sama sekali apa yang kalian lakukan tidak memberikan manfaat apa-apa. Namun, atas pernyataan Musa kepada mereka membuat mereka menyesal dan menyadari perbuat sesat. Firman Allah menegaskan َنييريسََٰلٱ َنيم َّنَنوُكَنَل اَنَل ريفغَيَو اَنُّ بَر اَنَحرَي َّلَ نيئَل ْاوُلاَق. Atas pernyataan ini, memberikan indikasi bahwa kaum Nabi Musa dikala itu sudah mulai mengakui dan menyadari bentuk kemusyrikan yang dilakukan, bahkan keyakinan kuat kalau bukan karena rahmat dan ampunan Allah, maka mereka termasuk golongan orang-orang merugi.

Menurut Zamakhsyari Ayat ini sebagai bentuk penyesalan dan permohonan ampun kepada Tuhan atas kesalahan dan kedzaliman yang dilakukan sekaligus bentuk pengakuan atas keagungan-Nya.281

Jumlah Banî Isrâ’îl yang turut menyembah patung anak sapi ini pastilah cukup besar, oleh karena itu Nabi Harun a.s. tidak dapat mencegah mereka karena

280 Ibnu Katsîr, Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhîm, Juz III, h. 165

281 Zamakhsyari, Tafsir al-Kasysyaf (Beirut: Dar al-Kutub ‘Ilmiyyah, tt), jilid 1, hal, 370.

pertimbangan jikalau campur tangannya untuk menghentikan perilaku musyrik Banî Isrâ’îl dapat menyebabkan perpecahan dalam komunitas, yang mana hal itu merupakan perintah Nabi Musa a.s. untuk dihindari282

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa awal munculnya term Banî Isrâ’îl dalam Alquran yaitu pada ayat yang menceritakan kisah Nabi Musa dan Fir’aun. Seperti yang telah diketahui bahwa Banî Isrâ’îl merupakan keturunan Nabi Ya’qub yang menetap di Mesir semenjak hijrahnya Nabi Ya’qub dan seluruh keluarganya ke Mesir pada masa Nabi Yusuf menjabat sebagai bendahara kerajaan pada masa dinasti Hyksos menguasai mesir. Maka sangat logis bila term Banî Isrâ’îl pertama kali muncul dalam Alquran ketika zaman Nabi Musa, karena perkembangan Banî Isrâ’îl yang semakin pesat pada zaman itu dan juga karena Nabi Musa diutus untuk menyelamatkan dan membebaskan Banî Isrâ’îl dari kekejaman rezim yang berkuasa kala itu.

282 Louay Fatoohi, Sejarah Bangsa Israel dalam Bibel dan Al-Qur’an, h.243

Dalam dokumen ZUHRUPATUL JANNAH, M. Ag. (Halaman 126-141)