• Tidak ada hasil yang ditemukan

DI PROVINSI KEPulAuAN RIAu

Salah satu sumber pertumbuhan eknonomi baru Indo- nesia yang memiliki potensi sangat besar adalah pariwisata bahari (marine and coastal tourism). Namun sampai saat ini pemanfaatannya masih sangat rendah. Sumberdaya alam yang melimpah dan tersebar diberbagai wilayah, seperti halnya po- tensi wisata bahari di Provinsi Kepulauan Riau belum tergarap secara maksimal. Salah satu penyebabnya dikarnakan belum terpanggilnya sumber-sumber investasi dari dalam dan luar negeri, Dalam hal ini peran public relations internasional san- gat dibutuhkan dalam upaya meningkatkan citra pariwisata yang positif untuk dapat menarik wisatawan maupun investor mancanegara sebanyak mungkin. Jika potensi ini dikelola den- gan baik, tentunya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, sekaligus mempercepat capaian kesejahteraan bagi masyarakat Kepulauan Riau.

Kata kunci : humas internasional, pariwisata bahari Kepu- lauan Riau

Dr. Welly Wirman, M.Si.

Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Riau e-mail: welly.wirman@yahoo.com

Pendahuluan

Sejarah peradaban manusia menunjukkan, bahwa kemajuan suatu negara- bangsa amat ditentukan oleh kemampuannya dalam mendiagnosis akar permasalahan dan potensi pembangunan yang dimilikinya, dan kemudian menggunakan seluruh potensi tersebut untuk mengatasi sejumlah permasalahan secara cerdas, cepat, dan tepat. Dari perspektif ekonomi, permasalahan bangsa Indonesia yang paling mendasar dan mendesak adalah: kemiskinan, pengangguran, serta penurunan daya saing ekonomi. Untuk menanggulangi sejumlah persoalan di atas, maka kita harus segera memacu laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi (di atas 7,5% per tahun) secara berkesinambungan (sustainable). Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan berkelanjutan hanya dapat direngkuh, jika kita mampu melakukan investasi dan usaha untuk: (1)

merevitalisasi sumber-sumber pertumbuhan yang ada, dan (2) membangkitkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru (new sources of economic growth).

Salah satu sumber pertumbuhan eknonomi baru Indonesia yang potensinya sangat besar adalah pariwisata bahari (marine and coastal tourism).

Sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia, Indonesia dikaruniai berbagai macam ekosistem pesisir dan laut (seperti pantai berpasir, goa, laguna, estuaria, hutan mangrove, padang lamun, rumput laut, dan terumbu karang) yang paling indah dan relatif masih ’perawan’ (pristine, unspoiled). Sumberdaya alam yang melimpah ini tersebar diberbagai wilayah Indonesia seperti halnya di Provinsi Kepulauan Riau.

Provinsi Kepulauan Riau merupakan gerbang wisata mancanegara kedua setelah Pulau Bali. Objek wisata di Provinsi Kepulauan Riau antara lain wisata pantai yang terletak di berbagai Kabupaten dan Kota. Pantai Melur dan Pantai Nongsa di Kota Batam, Pantai Belawan di Kabupaten Karimun, Pantai Lagoi, Pantai Tanjung Berakit, Pantai Trikora, dan Bintan Leisure Park di Kabupaten Bintan serta Kabupaten Natuna yang terkenal dengan wisata bahari seperti snorkeling. Namun sampai saat ini pemanfaatannya masih sangat rendah, dan belum terkelola secara maksimal. Padahal jika kita mampu mengembangkan potensi ini, maka nilai ekonomi berupa perolehan devisa, sumbangan terhadap PDB, peningkatan pendapatan masyarakat, penciptaan lapangan kerja akan sangat besar.

Kontribusi sektor industri pariwisata untuk meningkatkan penerimaan pemerintah termasuk pemerintah daerah dan masyarakat secara berkelanjutan akan dapat diperoleh jika didukung oleh berbagai kebijakan dan strategi pengembangan terhadap sumber daya atau aspek-aspek yang berkaitan dengan kepariwisataan itu sendiri. Salah satu aspek yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah pemasaran dan promosi. Promosi merupakan unsur utama dalam kegiatan-kegiatan yang mencoba menggugah kesadaran publik untuk melakukan sesuatu yang diharapkan oleh praktisi public relations (Chatamallah, 2008) berkenaan dengan menginformasikan objek wisata dengan tujuan utama pada publik mancanegara.

Disinilah peran public relations internasional dibutuhkan untuk mewujudkan citra positif dan kepercayaan terhadap pariwisata Indonesia yang aman, nyaman dan menarik di pasar internasional. Dengan terbentuknya citra positif terhadap pariwisata Indonesia, akan dapat menarik minat para investor untuk berinvestasi di sektor industri pariwisata Indonesia dan lebih banyak lagi jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Terkait hal ini strategi komunikasi berdasarkan perspektif kehumasan, melalui pendekatan marketing public relations dirasa tepat untuk digunakan.

Humas Internasional

Public relations internasional yang dalam istilah kita disebut humas internasional merupakan produk pertengahan kedua abad ke 20 setelah lahirnya Public relations (PR) di Amerika Serikat pada pertengahan abad tersebut.

Lahirnya PR internasional disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan yang sangat cepat disegala bidang seperti perkembangan dalam bidang komunikasi, transportasi, pariwisata, tukar menukar tenaga dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, serta bidang-bidang lainnya (Ardianto, 2002:

49).

Keberadaan suatu negara yang tidak terlepas dari negara lainnya, merupakan faktor yang telah mendorong adanya perluasan PR Internasional. Hubungan- hubungan ini semakin meluas setelah Perang Dunia II karena timbulnya organisasi-organisasi antarnegara di dalam regional dan internasional, seperti NATO, The United Nations Economic for Europe (ECE), badan-badan penting yang termasuk dalam United Nations Organizations, seperti UNESCO,WHO, UNICEF (Ardianto, 2011: 285). Setiap Negara memandang penting adanya partisipasi dari pihak swasta nasional dan semi pemerintah di dalam kegiatan badan- badan internasional nonpemerintah dalam berbagai bidang seperti ekonomi, pendidikan, pengetahuan, kebudayaan, kemanusian, dan sebagainya.

Berbagai definisi humas menurut para ahli dapat dijadikan acuan untuk memahami pengertian dan batasan PR internasional, misalnya definisi dari Bertrand R. Canfield, “Public Relations is philosophy and function of management expresses in policies and practices which serve the public interest, communicated to the public to secure its understanding and goodwill” (Yulianita, 2001:30). Wilcox et al. (2001: 283), mendefinisikan PR internasional sebagai “upaya terencana dan terorganisir dari perusahaan, institusi atau pemerintah untuk membangun hubungan saling menguntungkan dengan publik dari negara lain”. Wakefield (2003: 180), “program multinasional yang memiliki hubungan koordinasi antara kantor pusat tertentu dengan berbagai negara di mana kantor dan atau publik berada di lebih dari satu negara “.

International Publik Relations (PR) atau PR internasional adalah usaha terencana dan terorganisasi dari sebuah perusahaan, lembaga atau pemerintah untuk membina hubungan saling menguntungkan dengan publik dari negara lain.

Publik ini sebaiknya mungkin diartikan sebagai berbagai kelompok orang yang terkena pengaruh atau yang dapat mempengaruhi operasi suatu perusahaan, lembaga atau pemerintah. (Ardianto, 2011:284). Humas Internasional adalah bagian dari kegiatan manajemen yang dilakukan secara berkesinambungan oleh organisasi/lembaga/perusahaan yang berhubungan dengan bangsa-bangsa lain atau berlangsung lintas negara, untuk memelihara citra serta membentuk

opini positif dari khalayak (publik), agar memperoleh kepercayaan & dukungan dari khalayaknya. (Rudi, 2005:79).

Pada dasarnya, pengertian, tugas dan fungsi serta tujuan humas internasional sama dengan pengertian humas pada umumnya, yang membedakannya adalah publik atau khalayak humas internasional adalah masyarakat mancanegara dan aktivitas tersebut berlangsung lintas negara. Seperti halnya tujuan kegiatan humas pada umumnya, maka tujuan humas internasional adalah pencapaian citra yang diharapkan serta pemeliharaan citra positif yang sudah berjalan.

Dalam hal ini bisa menyangkut citra mengenai kondisi negara dan bangsa, citra kebijakan pemerintah, citra organisasi, lembaga atau perusahaan beserta produk-produknya, agar memperoleh pengertian, kepercayaan dan dukungan publik yang berasal dari mancanegara.

Fungsi kegiatan humas yang utama adalah melaksanakan upaya-upaya untuk menumbuhkan, memelihara dan membangun citra, dimana citra (image) yang positif tentunya akan sangat menguntungkan bagi suatu lembaga maupun individu. Humas internasional diantaranya juga bertugas menyelenggarakan publikasi atau menyebarluaskan informasi melalui berbagai media tentang kegiatan organisasi atau perusahaan yang seharusnya diketahui oleh publik untuk memperoleh tanggapan positif dari publik atau masyarakat internasional.

Pada dasarnya, permasalahan dalam bidang humas internasional tidak sekedar berkaitan dengan publik-publiknya secara khusus, tapi juga berkaitan dengan aspek kehidupan lain dari publik yang berasal dari berbagai negara seperti aspek sosial budaya, politik, ekonomi, bahkan aspek pertahanan dan keamanan. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan/dipertimbangkan dalam melaksanakan kegiatan humas internasional (Rudi, 2005:105-106) yaitu:

1. Komunikasi verbal, bahasa non formal.

2. Sistem politik dan kondisi sosial politik setempat.

3. Sistem ekonomi dan kondisi sosio-ekonomi penduduk 4. Lokasi dan kondisi geografis

5. Sistem hukum dan derajat kebebasan pers 6. Adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan (tradisi) 7. Tingkat pendidikan dan penggunaan teknologi

Dengan memperhatikan berbagai aspek tersebut kegiatan humas internasional berupaya membentuk identitas, eksistensi dan citra bangsa dalam berbagai sektor. Agar kegiatan atau program kehumasan tersebut dapat berjalan baik dan mencapai tujuan yang diinginkan terlebih dahulu perlu dilakukan penyusunan rancangan program atau kegiatan yang terdiri dari: analisa situasi, batasan tujuan, batasan publik, pilihan media, pertimbangan anggaran serta evaluasi terhadap opini masyarakat.

Dalam melakukan perencanaan suatu program ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan, yaitu:

1. Menentukan program yang hendak dicapai, menyangkut penyusunan skala prioritas.

2. Memperkirakan jangka waktu pelaksanaan program.

3. Memilih staf yang berkualitas dan cocok untuk program tersebut.

4. Menyediakan sarana dan prasarana (kelengkapan fisik).

Untuk mempersiapkan atau mendukung perencanaan program humas internasional, hal yang jelas berbeda dengan program humas domestik adalah pada butir 3 dan butir 4. Staf yang cocok dan berkualitas untuk humas internasional tentunya yang mampu berbahasa asing (bahasa setempat di suatu Negara) dan bisa menyesuaikan diri dengan pola budaya setempat. Sedangkan dalam hal sarana dan prasarana tentunya disesuaikan dengan kebiasaan, jenis media serta perkembangan teknologi yang akrab dengan pola kehidupan masyarakat di negara lain yang menjadi tujuan pelaksanaan program humas internasional tersebut.

Potensi Pariwisata Bahari Kepulauan Riau

Jumlah devisa pariwisata Indonesia yang diterima pada tahun 2011 mencapai US$ 8,6 miliar. Jumlah ini meningkat sebesar 13,16 persen dibandingkan devisa tahun 2010 yang mencapai US$ 7,6 miliar.

Pemerintah optimis target mendatangkan 8 juta wisman pada 2012 dan 9 juta wisman pada 2013 akan terealisasi dengan lebih gencar mempromosikan destinasi wisata Indonesia dimana wisata bahari akan menjadi andalannya.

Berbagai upaya promosi terus dilakukan, termasuk mengkombinasikan pariwisata dengan industri kreatif untuk menciptakan daya tarik.

Pariwisata bahari di Indonesia saat ini telah menjadi pariwisata bertaraf internasional, sebagai negara kepulauan, Indonesia memang memiliki potensi wisata bahari dengan wilayah perairan yang sangat menjanjikan, yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Diantara sepuluh ekosistem terumbu karang terindah dan terbaik di dunia, enam diantaranya berada di Indonesia (WTO, 2000). Ringkasnya, kawasan pesisir dan laut Indonesia merupakan tempat ideal bagi seluruh jenis aktivitas pariwisata bahari yang meliputi: (1) sun bathing at the beach or pool; (2) ocean or freshwater swimming; (3) beachside and freshwater sports such as water scooter, sausage boat, water tricycle, wind surfing, surfboarding, paddle board, parasailing, kayacking, catamarans, etc; (4) pleasure boating; (5) ocean yachting; (6) cruising; (7) fishing; (8) diving, snorkeling, glass boat viewing and underwater photography; (9) marine parks; (10) canoeing;

and (11) coastal parks, wild life reserves, rain forest, gardens and trails, fishing

villages.

Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) merupakan satu dari 10 provinsi Indonesia, yang memiliki potensi wisata bahari yang diproyeksi perkembangannya.

Sesuai namanya, Provinsi Kepri dengan luas wilayah 252.602 km persegi, 96 persennya adalah wilayah laut. Ribuan pulau besar dan kecil bertebaran di wilayah Kepulauan Riau dengan segala macam potensi, mulai dari tambang, perikanan, perdagangan antar pulau sampai pariwisata laut (marine tourism).

Salah satu potensi wilayah Kepri yang saat ini tengah gencar digarap adalah sector pariwisata. sektor pariwisata menyumbang rata-rata 50 persen bagi pendapatan asli daerah (PAD) di enam kabupaten/kota yang ada. Di Kabupaten Bintan misalnya, PAD dari sektor pariwisata bisa mencapai Rp 5 miliar setiap bulannya.

Sekitar 22% wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sepanjang tahun 2012 masuk melalui Provinsi Kepulauan Riau. Batam dan Bintan menjadi pintu terdepan di Kepri yang menyumbangkan jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia. Pemerintah memang berharap Kepulauan Riau mampu menjadi pintu masuk wisman ke Indonesia berkisar 20%-30% dari target kunjungan wisman sebanyak 8 juta orang hingga akhir tahun 2012.

Wisata bahari bagi Pemprov Kepri memang masih baru, dan sebagai wilayah kepulauan, potensinya cukup besar. Tinggal bagaimana mengelola dan mengoptimalkannya. Namun problem klasik dan klise harus diakui sering menjadi kendala dalam mengoptimalkan potensi yang ada. Di Pemprov Kepri misalnya, dari ratusan pulau yang potensial, belum didukung oleh infrastruktur yang memadai. Kendala dalam mengembangkan wisata bahari di Kepri adalah infrastruktur, komunikasi dan energi. Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau menargetkan tingkat kunjungan wisatawan asing sepanjang 2013 mencapai 1,975 juta orang. target itu merupakan penentuan bersama antara pemerintah dan berbagai stakeholder pariwisata. Target kunjungan wisatawan itu diwujudkan melalui tagline pariwisata “Wonderful Kepri”.

Humas Internasional dan Pengembangan Pariwisata Bahari di Kepulauan Riau

Industri pariwisata merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan nasional karena mampu memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi peningkatan perekonomian, baik sebagai sumber pendapatan masyarakat, penyerapan tenaga kerja, maupun sebagai penghasil devisa.

Pariwisata bahari sebagai salah satu potensi pariwisata Indonesia yang sangat potensial akan terus didorong agar memberikan kontribusi lebih besar terhadap kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia.

Wisata bahari diproyeksikan akan menyumbangkan kontribusi sekitar 25%

dari total kunjungan wisman ke Indonesia yang tahun ini ditargetkan sebesar 9 juta wisman. Salah satu penyebab ketertinggalan pembangunan pariwisata, khususnya pariwisata bahari, karena indikator pembangunan selama ini hanya dipersepsi dalam cara pandang daratan sehingga sektor pariwisata bahari kurang diperhatikan baik dalam aspek permodalan, pengembangan infrastruktur, pengembangan sumber daya manusia, maupun sosialisasi dan promosi (Yuningsih, 2002:162).

Pentingnya sektor pariwisata ini selain kontribusinya terhadap perekonomian nasional, kegiatannya juga terkait hampir dengan berbagai sektor pembangunan lainnya, mulai dari sektor primer (pertanian dan pertambangan) sampai dengan sektor sekunder dan tersier (industri dan jasa). Kontribusi sektor industry pariwisata untuk meningkatkan penerimaan pemerintah termasuk pemerintah daerah dan pendapatan masyarakat secara berkelanjutan, hanya akan diperoleh apabila didukung oleh berbagai kebijakan dan strategi pengembangan terhadap sumber daya atau aspek-aspek yang berkaitan dengan kepariwisataan itu sendiri. Aspek-aspek tersebut adalah obyek dan daya tarik wisata, aksesibilitas, pemasaran dan promosi, peluang usaha, pelayanan dan sumber daya manusia.

Dengan kata lain untuk meningkatkan kualitas sektor industry pariwisata diperlukan investasi pengembangan sumber daya manusia di sector pariwisata termasuk bidang humas kepariwisataan.

Provinsi Kepri memiliki banyak destinasi pariwisata diantaranya pariwisata bahari, namun belum menjadi daya tarik yang kuat bagi wisatawan lokal dan manca negara. Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya daya saing pariwisata Kepri jika dibandingkan dengan pariwisata daerah-daerah lain di Indonesia. Namun persoalannya tidak hanya sebatas itu. beberapa alasan lain yang menghambat perkembangan pariwisata Kepri, yakni rendahnya komitmen pemerintah daerah (Pemda), ketidak-terpaduan lintas sektoral dan kurangnya kesiapan masyarakat.

Dalam hal ini diperlukan strategi dan perencanaan komunikasi yang kontinyu oleh para pengelola dan pihak yang berkepentingan.

Ada empat pilar yang digunakan untuk pengembangan pariwisata bahari di Provinsi Kepri. Keempat pilar itu adalah pembangunan destinasi pariwisata, pemasaran pariwisata, industri pariwisata, dan kelembagaan pariwisata. Pembangunan destinasi pariwisata antara lain meliputi fasilitas umum, infrastruktur, daya tarik dari destinasi pariwisata, dll. Hal-hal yang diperhatikan dalam pemasaran pariwisata misalnya promosi pariwisata dan analisis pengembangan pasar. Yang termasuk dalam industri pariwisata seperti meningkatkan kompetensi pariwisata dan membangun mitra dunia usaha dengan masyarakat. Sementara yang perlu difokuskan dalam kelembagaan pariwisata adalah mendayagunakan pelaku-pelaku pariwisata yang ada sebagai mitra pemerintah.

Berdasarkan pemahaman tentang kondisi sektor industri pariwisata, dibutuhkan perencanaan dan strategi komunikasi yang matang, agar berbagai potensi yang ada dapat bersinergi dengan baik untuk memperoleh dukungan dan goodwill, serta kerjasama dari berbagai pihak terkait dan juga memperoleh positioning tertentu dimata publik internasinal.

Ditinjau dari perspektif kehumasan, dukungan, saling pengertian, goodwill dan kerjasama akan tercipta apabila telah terbentuk citra yang baik. Citra merupakan hal terpenting yang mendorong seseorang mau bersikap dan berperilaku tertentu terhadap suatu produk barang atau jasa dikarenakan citra yang dimilikinya. Oleh karena itu hubungan masyarakat pada sektor pariwisata yang dilakukan oleh suatu negara pada umumnya atau oleh perusahaan yang mengelola kawasan kunjungan wisata diartikan sebagai suatu bagian dari keseluruhan upaya komunikasi yang dilakukan. Sasarannya adalah untuk menciptakan dan memantapkan suatu citra yang positif dari Negara atau kawasan kunjungan wisata yang dimaksud. Citra yang diupayakan harus sesuai dengan kenyataan sebagaimana adanya agar tujuan public relations lebih berhasil dan dapat menciptakan iklim penilaian dan sikap simpatik yang memuaskan. Teknik public relations yang dilakukan adalah mengundang orang-orang tertentu (pejabat pemerintah, kalangan bisnis, media massa) untuk datang meninjau.

Melalui kegiatan ini mereka diharapkan dapat menyebar luaskan apa yang mereka saksikan dan nikmati, sehingga secara tidak langsung hal ini merupakan kegiatan promosi (image promotion).

Teknik lain adalah dengan menyelenggarakan program-program menarik secara berkesinambungan, bernuansa modern maupun tradisional ataupun campuran nuansa tradisional dan modern baik di negara sumber wisatawan maupun di negara tempat kunjungan wisata. Misalnya menyelenggarakan pekan perkenalan masakan daerah, pameran seni, musik dan budaya sebagai upaya untuk menarik kunjungan para wisatawan mancanegara.

Upaya kehumasan ini dapat pula dilakukan bersama-sama oleh beberapa Negara antara lain melalui organisasi kerjasama regional. Dalam melaksanakan usaha promosi bersama (joint promotion effort), organisasi tersebut bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan pemasaran dan promosi di wilayah kerjanya.

Fungsi humas internasional secara umum yang bisa diimplementasikan dalam upaya membentuk, memelihara serta memperbaiki citra pariwisata Indonesia (Yuningsih, 2002: 163-164) antara lain:

1. Mengidentifikasi publik dan lingkungan tempat usaha wisata tersebut berada baik publik internal maupun eksternal.

2. Mengadakan analisis dan kajian mendalam untuk memahami kedua komponen tersebut

3. Menggunakan informasi yang relefan dari hasil tersebut untuk melakukan

“PR Management”.

4. Mengendalikan kegiatan promosi melalui publisitas dan periklanan atau kampanye yang disebarkan secara luas melalui berbagai media yang tepat kepada publik nasional maupun internasional.

Kesimpulan

Provinsi Kepulauan Riau memiliki potensi pariwisata bahari yang sangat besar, namun disatu sisi potensi tersebut belum terkelola secara optimal. Hal ini dikarenakan masih rendahnya daya saing pariwisata Kepri jika dibandingkan dengan pariwisata daerah-daerah lain di Indonesia. beberapa alasan lain yang menghambat perkembangan pariwisata Kepri, yakni rendahnya komitmen pemerintah daerah (Pemda), ketidak-terpaduan lintas sektoral dan kurangnya kesiapan masyarakat. Dalam hal ini diperlukan strategi dan perencanaan komunikasi yang kontinyu oleh para pengelola dan pihak yang berkepentingan.

4 pilar yang digunakan untuk pengembangan pariwisata bahari di Provinsi Kepri. adalah pembangunan destinasi pariwisata, pemasaran pariwisata, industri pariwisata dan kelembagaan pariwisata. Humas Internasional dalam hal ini dapat diimplementasikan untuk membentuk, memelihara dan meningkatkan citra pariwisata Indonesia, karena bersifat strategis untuk membina goodwill, dukungan serta kerjasama dari berbagai publik dan juga dapat menarik minat mancanegara melalui kegiatan kehumasan yang didahului riset untuk mengindentifikasi permasalahan. Kegiatan itu antara lain berupa publisitas, periklanan, pameran, special events, kunjungan dan sebagainya. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemberdayaan sektor industri pariwisata meliputi berbagai aspek seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi termasuk norma dan tata nilai dan sebagainya.

Daftar Pustaka

Ardianto, Elvinaro. (2011). Handbook of Public Relations: Pengantar Komprehensif.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rudy, May. (2005). Komunikasi & Hubungan Masyarakat Internasional. Bandung:

PT. Refika Aditama.

Ruslan, Rusadi. (2001). Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi; Konsep dan Aplikasi. Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.

Yulianita, Neni. (2001). Dasar-dasar Public Relations. Bandung: Lab-Multimedia Fikom Unisba.

Yuningsih, Ani. (2002). Pemberdayaan Usaha Maritim (Pariwisata) Melalui Humas Internasional. Bandung: Jurnal Mediator.

http://www.bisnis-kepri.com/index.php/2012/10/22 http://wisata-kami.blogspot.com/2008/06/

http://www.tempo.co/read/news/2012/02/01

32

ABSTRA K

KOmuNIKASI PEmASARAN EKOWISATA DAlAm mENGhADAPI PERubAhAN IKlIm

Perubahan iklim mempunyai potensi dampak pada semua sektor pembangunan, termasuk pada ekowisata. Kerentan an terhadap berbagai risiko bencana iklim tersebut akan berdampak pada degradasi kualitas lingkungan dan objek wisata. Kerusakan lingkungan ekowisata juga disebabkan perilaku wisatawan yang membuang sampah sembarangan, merusak sarana wisata atau obyek wisata, dan padatnya kendaraan bermotor di tempat wisata. Pemerintah dan pelaku bisnis pariwisata harus memberikan perhatian terhadap aksi- aksi pelestarian lingkungan yang bersinergi dengan aksi penanganan perubahan iklim pada kegiatan ekowisata. Aksi- aksi tersebut akan lebih efektif apabila didukung oleh strategi komunikasi pemasaran ekowisata yang memperhatikan pelestarian lingkungan alam, sosial dan budaya, serta peningkatan kesejahteraan penduduk setempat. Penerapan komunikasi pemasaran ekowisata, yang terdiri dari unsur- unsur periklanan, direct response, sales promotion, dan public relations, harus terintegrasi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait.

Kata kunci: perubahan iklim, pelestarian lingkungan, ekowisata, komunikasi pemasaran, periklanan, direct response, sales promotion, dan public relations.

Emilia Bassar

Praktisi Komunikasi dan Dosen Universitas Mercu Buana Jakarta www.cprocom.com, emiliabassar@gmail.com

Pendahuluan

Pemanasan global dan terjadinya perubahan iklim dipicu oleh aktivitas manusia yang meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer.

GRK terpenting yang konsentrasinya dipengaruhi oleh aktivitas manusia adalah karbondioksida (CO2), metana (CH4), nitrat oksida (N2O), dan ozon (O3). Peningkatan CO2 di atmosfer terutama disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi, batu bara) dan pembakaran/pelapukan bahan organik (misal kayu). Perubahan tata guna lahan, terutama bila disertai dengan penggundulan vegetasi (pepohonan), akan menurunkan kemampuan alamiah