• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jelajah Pusaka Kotagede (Kotagede Heritage Trail)

Dalam dokumen marketing communication - Bina Darma e-Journal (Halaman 191-195)

STRATEGI KOmuNIKASI PEmASARAN ORGANISASI FORum JOGlO DAlAm

7. Jelajah Pusaka Kotagede (Kotagede Heritage Trail)

Forum Joglo juga telah mempunyai beberapa paket wisata yang dapat dipilih oleh para wisatawan untuk melakukan jelajah Kotagede. Adapun paket-paket jelajah pusaka tersebut, diantaranya: Paket wisata spiritual (1 jam); Paket wisata lorong (3 jam); Paket wisata arsitektural (3 jam); dan Paket wisata studi (4 jam).

Selain paket tersebut, ada pula paket minat khusus dimana para wisatawan dapat menyesuaikan sendiri apa yang hendak mereka kunjungi dan pelajari. Jelajah pusaka ini merupakan salah satu sumber dana terhadap pengelolaan kawasan pusaka Kotagede, dimana dengan adanya biaya yang diterima dari para wisatawan maka nantinya digunakan untuk mengelola organisasi. Hal menarik yang ada di dalam masing-masing paket jelajah pusaka tersebut, Forum Joglo tidak menentukan jumlah biaya yang harus dibayarkan oleh para wisatawan. Akan tetapi hal tersebut disesuaikan dengan keinginan dari para wisatawan itu sendiri, seperti misalnya: jumlah pemandu, apakah memerlukan makanan dan minuman, obyek-obyek yang dikunjungi dan asal dari para wisatawan itu sendiri. Tidak jarang para wisatawan ada yang tidak dipungut biaya sama sekali, apabila mereka berasal dari organisasi pelestari lainnya ataupun dari wisatawan lokal yang ingin mempelajari Kotagede.

8. Website Kotagede (www.kotagedeheritage.org)

Website merupakan salah satu jenis media baru yang terbukti efektif untuk digunakan sebagai media komunikasi. Begitu halnya dengan Forum Joglo yang telah mempunyai website sendiri sebagai salah satau strategi komunikasi pemasaran mereka. Dalam website tersebut ditampilkan mengenai berita-berita ataupun fenomena-fenomena terkini yang ada di Kotagede, potensi-potensi pariwisata yang ada di Kotagede, informasi

mengenai Forum Joglo dan organisasi di bawahnya (Organisasi Pelestari Kawasan Pusaka), program-program kerja yang sudah dilaksanakan (Jelajah Pusaka, Sanggar Tari, dan Perpustakaan) dan program ataupun rencana yang akan dilakukan untuk pengelolaan Kotagede.

Website ini cukup berhasil dalam ikut serta mempromosikan Kotagede, hal ini dapat dilihat dengan banyaknya jumlah pengunjung yang mengakses website ini, tidak kurang dari 150 orang setiap harinya mengunjungi website.

(www.kotagedeheritage.org diakses 12 Februari 2013)

Demikianlah beberapa strategi komunikasi pemasaran yang selama ini sudah dijalankan oleh organisasi Forum Joglo dalam mempromosikan kawasan pariwisata berbasis budaya di Kotagede ini. Jika kita lihat, Forum Joglo memang lebih mengutamakan publisitas dibandingkan dengan bauran promosi yang lain. Publisitas biasanya mereka lakukan dengan mengunjungi beberapa event- event kebudayaan yang ada, dan kemudian mereka membagi-bagikan liflet- liflet sebagai sarana promosi.

Strategi komunikasi pemasaran yang telah diterapkan tersebut sudah cukup bagus, akan tetapi belum dikelola secara maksimal. Hal ini dikarenakan kurangnya sumber daya manusia yang terlibat langsung di dalam pengelolaan strategi komunikasi pemasaran Forum Joglo tersebut. Misalnya saja di dalam pengelolaan website, akibat adanya kekurangan sumber daya manusia menyebabkan sangat jarang sekali adanya update informasi yang di posting di dalam website. Begitu halnya dengan Jelajah Pusaka, tidak jarang Forum Joglo terpaksa menolak permintaan dari para wisatawan untuk melakukan Jelajah Pusaka akibat keterbatasan sumber daya manusia. Hal ini bisa dimaklumi, mengingat Forum Joglo merupakan organisasi non profit dimana tentu saja masyarakat yang terlibat di dalamnya para sukarelawan yang tidak mendapatkan bayaran, sehingga memang sangat sedikit sekali masyarakat yang mau terlibat langsung di dalam pengelolaan Kawasan Pusaka Kotagede.

Selain keterbatasan sumber daya manusia, hambatan lainnya adalah pada keterbatasan dana. Dana yang terbatas tentu saja mengakibatkan tidak dapat dikelolanya secara maksimal strategi komunikasi pemasaran di Forum Joglo ini.

Selama ini, Forum Joglo hanya mengandalkan dana dari bantuan pemerintah dan juga pihak-pihak lain untuk mengelola kawasan pusaka Kotagede. Berbagai program memang telah dijalankan untuk mendapatkan dana lebih guna mengelola kawasan pusaka Kotagede, akan tetapi untuk dapat merevitalisasi seluruh kawasan pusaka Kotagede ini tentu dibutuhkan dana besar.

Masalah lain yang menjadi kendala di dalam melakukan strategi komunikasi pemasaran ini adalah pada tumpang tindih kepentingan dari masing-masing stakeholders yang ada di Kotagede. Mengingat Kotagede merupakan sebuah

kawasan yang dikelola oleh dua pemerintahan, yakni Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul maka di dalam melakukan pengelolaan tentu harus disepakati dan didukung oleh semua stakeholders yang berada di dalam kedua pemerintahan tersebut.

Oleh karenanya inilah yang terkadang menjadi kendala, dikarenakan untuk saja masing-masing stakeholders mempunyai kepentingan tersendiri- sendiri dan tentu sangat susah untuk dapat merangkul dan mewujudkan apa yang menjadi keinginan dari para stakeholders misalnya saja di dalam melakukan strategi komunikasi pemasaran ini. Kerap kali ada stakeholders yang tidak setuju dan mengakibatkan adanya pro kontra ataupun kegagalan dari pelaksanaan program. Inilah yang semestinya disadari oleh para stakeholders (pemangku kepentinggan) yang ada di dalam kawasan pusaka Kotagede, adalah bagaimana mereka dapat mengesampingkan kepentingan pribadi di atas kepentingan bersama untuk mencapai suatu tujuan yakni dalam konteks ini adalah memprosikan Kotagede sebagai kawasan pariwisata berbasis budaya.

Selain itu, hal yang menjadi penghambat di dalam melakakukan strategi komunikasi pemasaran ini adalah mengenai dukungan dari masyarakat setempat itu sendiri. Dukungan masyarakat setempat sangat diperlukan, mengingat masyarakat adalah salah satu obyek dalam pariwisata. Selama ini, masyarakat mungkin belum mengetahui benar tentang potensi-potensi pariwisata yang ada di Kotagede sehingga tidak terlibat langsung di dalam pengelolaan kawasan pusaka ini. Banyaknya sampah yang berserakan di sekitar Kotagede, adanya coretan-coretan yang ada di tembok-tembok ataupun bangunan-bangunan cagar budaya yang tidak terawat dengan baik dan juga pengalih fungsian beberapa bangunan untuk kepentingan pribadi (menjemur pakaian) dan lainnya adalah indikator dari kurang adanya dukungan dari masyarakat untuk ikut serta di dalam mengelola dan mempromosikan Kotagede ini. Tentunya, tidak ada satupun wisatawan yang mau berkunjung ke Kotagede apabila kawasan ini kotor, banyak terdapat sampah dan tidak dikelola dengan baik.

Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang peneliti lakukan, mengenai strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan Forum Joglo untuk mempromosikan pariwisata berbasis budaya di Kotagede, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Forum Joglo sudah cukup beragam, tidak hanya menggunakan media-media konvensional namun juga dengan menggunakan media baru. Adapun diantara strategi komunikasi pemasaran yang mereka jalankan, seperti halnya dengan membuat peta jelajah pusaka, liflet-liflet, buku-buku Kotagede, paket jelajah pusaka, website dan juga pekan wisata budaya Kotagede.

Strategi komunikasi pemasaran yang ada nampaknya belum dikelola secara maksimal. Hal tersebut dikarenakan adanya kendala-kendala yang menjadi penghambat. Seperti, adalah pada keterbatasan sumber daya manusia dan dana serta adanya tumpang tindih kepentingan antara masing-masing stakeholders yang ada di Kotagede.

Strategi komunikasi pemasaran yang dijalankan nampaknya belum sepenuhnya berhasil untuk mempromosikan Kotagede sebagai salah satu tujuan pariwisata berbasis budaya namun sudah menuju ke arah sana.

Dikarenakan masih ada hal-hal yang harus diperhatikan dan dikelola dengan baik. Tidak hanya pada bangunan yang bersifat fisik (tangible) namun juga yang bersifat non fisik (intangible) seperti halnya pada kearifan lokal ataupun budaya masyarakat yang ada. Masyarakat seharusnya diberikan pemahaman yang cukup tentang bagaimana caranya menjaga, melestarikan dan mengelola suatu kawasan pusaka. Sehingga nantinya masyarakat dapat mengerti, memahami, mendukung dan terlibat langsung di dalam melakukan pengelolaan kawasan pariwisata berbasis budaya ini.

DAFTAR PUSTAKA

Kennedy, John E.R. Soemanagara. (2006). Marketing Communication. Jakarta:PT Buana Imu Populer.

Lexy. J.Moleong.(1989). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya Mulyana, Deddy. (2004). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:Rosdakarya Nazir, Moh. (1999). Metode Penelitian. Jakarta:Ghalia Indonesia

Singarimbun. (1995). Metode Penelitian Survei. Jakarta:LP3ES.

Sulaksana, Uyung. (2003). Integrated Marketing Communication. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

www.kotagedeheritage.org

171

ABSTRA K

KOmuNIKASI PEmASARAN TERPADu

Dalam dokumen marketing communication - Bina Darma e-Journal (Halaman 191-195)