• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

3. Ekologi Politik Lingkungan

Abe Ken-ichi, 2003; dan sebagainya menberikan defisi yang berbeda.

(Pateson, 2000) mengatakan, bahwa politik lingkungan adalah suatu pendekata yang menggabungkan masalah lingkungan dengan politik ekonomi untuk mewakili suatu pergantian tensi yang dinamika antara lingkungan dan manusia, dan antara kelompok yang bermacam-macam di dalam masyarakat dalam skala dari individu lokal kepada trasnasional secara keseluruhan, Ilmuan lain mendefinisikan politik lingkungan adalah sebagai suatu bingkai untuk memahami kompleksitas saling berhubunga antara masyarakat lokal, nasional, politik ekonomi global dan ekosistem (Blaike dan Brookfield, 1987). Konsep ini diangkat dalam cara yang beraneka seperti dunia-ketiga politik lingkungan, mengatakan bahwa politik lingkungan, boleh didefenisikan sebagai usaha untuk memahami sumber-sumber politik, kondisi dan menjadi satu jaringan dari pergantian lingkungan, pemahaman teknik politik lingkungan adalah cenderung untuk melihat mendalam dinamika politik lingkungan dan memfokuskan atas suatu susunan sistem manusia ( Hidayat,Ade Ken-cihi 2011)

Ade ken —ichi mendefinisikan politik lingkungan sebagai suatu kolektif nama untuk semua untuk usaha Intelektual untuk secara kritis menganalisis ketepatan sumber daya alam dan asal usul kerusakan secara politik ekonomi, dengan maksud itu di peroleh studi akademik atau aplikasi bersipat praktis, dalam pengertian lain, politik lingkungan peduli pada dimensi politik dalam pengunaan dan manfaatan sumber daya alam.

Sedangkan, ( Hidayat,2011) mengomentari politik lingkungan adalah sama atas suatu metode terapan ahli-ahli lingkungan menganalisis kebijakan mengenai masalah lingkungan yang relavan, ini yang dikenal dengan sebutan progressivi contextualization (kontektualisasi yang maju). Pendekatan yang mulai dengan

aktor (pelaku), dalam hal ini para pemakai sumber daya alam yang langsung, dalam mempertimbangkan suatu konteks dengan apa mereka terbuat atau tidak tersebut dalam cara yang khusus terhadap sumber daya alam.

Mengamati skala sosial dalam lingkungan yang berbeda, politik lingkungan menjelaskan sekurangyan tiga penelitan area yang berbeda (Bryant, 1992). Petama penelitia ke dalam sumber yang kontestual perubahan lingkungan yang menguji pengaruh lingkungan secara umum pada suatu negara, hubungan atara negara, dan kapitalisme global. Judul ini merefleksikan pegaruh yang tumbuh dari kekuatan nasional dan trasnasional atas lingkungan dari suatu dunia yang saling bertambah ketergantungan, baik secara politik ekonomi, kedua, area penelitia mencari tahu suatu lokasi dari aspek aspek yang khusus mengenai perubahan lingkungan.

Ilmuan memperoleh pandangan bagaimana kontestual pelaku berpengaruh atas kondisi sosio- lingkungan yang khusus, hubungan, dan menekankan perjuagan lingkungan yang khusus atas lingkungan. Megambil, baik sejarah maupun dinamika komplik yang kini, peneliti area ini mengambarkan bagai mana para petani yang miskin dan masyarakat lokal tampa kekuasan yang berperang melindungi pondasi lingkungan atas kehidupanya,ketiga peneliti area ini menjelaskan jaringan politik dari perubahan lingkun gan atas hubungan sosio- ekonomi dan politik. ( Hidayat,2011)

Politik lingkungan dalam banyak negara di dunia mempunyai peran penting tidak hanya pada tingkatan yang berbeda, tetapi juga dalam bingkai kerja struktural yang berbeda. Banyak lembagah antara pemerintahan mempunyai peran penting dalam aktiviras yang serupa, membuat aturan lingkungan, membuat kebijakan, penelitian, Monitor, Training, proyek pembiayaan dalam supervisi.

Tiga lembaga khusus yang penting misalnya, perserikatan bangsa bangsa dalam program lingkungan (UNEP), Bank Dunia dalam masyarakat Eropa (Hidayat,2011).

Kondisi ini cocok, karena kita hidup dalam rezim intrnasional dinia.

Beberapa dari mereka berhubungan dari isu-isu moneter (sebagai contoh, sistem bretto Woodd dan para pengikutnya ); yang lain mengenai pardagangan internasional mengenai komoditas ( misalnya persetujuan kopi). Beberapa rezim menyikapi ke pemakaian langsung sumber daya alam atas perjanjian internasianal Konteks pemahaman politik lingkungan menekankan dalam negara bangsa secara individu yang tercermin, berupa tindakan yang meningkat atas aspek khusus mengenai hubungan sosial dan struktur kekuasan dalam setiap negaran. Hal ini terjadi ketika muncul kepentingan dan saling ketergantugan atas isu utama lingkungan yang bersifat lintas batas batas negara. Politik adalah kekuatan dalam penting dalam hak-hak mereka baik sebagai suatu jendelah aspek politik ekonomi sosial politik di lain pihak. ( Hidayat,2011)

Dengan demikian, jika kita menyarikan di masa depan, interaksi antar masalah lingkungan dan kekuatan kekuatan politik akan berdampak terhadap pembangunang memprediksi pentingnya politik yang lebih besar,maka keperluan

untuk pendekatan analitik yang terintegrasi atas pemahaman lingkungan dan politik menjadi lebih penting. ( Hidayat,2011)

Robbins (2004) telah mencoba mengidifikasi empat tesis dalam ekologi- politik, yaitu 1) Degradasi dalam marjilisasi, 2) Komlik lingkungan, 3) Konserpasi dan kontrol dan , 4) Identitas lingkungan dan gerakan sosial. Kempat tesis tersebut juga tampatnya relavan dan isu-isu kelautan kelautan dan perikanan memberikan gambaran dan serta pendekatan ekologi- politik yang relevan.(Arif Satria, 2009)

Meskipun demikian keempat tesis tersebut bisa terkait satu sama lain, dan keempatnya bisa ada dalam satu isu, serta bisa dilihat pada isu kawasan konsevasi.misalnya, ketiadaan desentralisasi kepada masyarakat tersebut dikhawatirkan akan menyebabkan meningkatnya komflik dengan nelayan, sebagai mana ini terjadi di kebanyakan taman nasional yang ada. Komflik terjadi karna nelayan merasah “terjajah”, mengingat tiba-tiba akan terusir dari wilayah tangkapannya tampa ada konsultasi terlebih dahulu. Akibatnya, marjinalisasi nelayan seolah terjadi kenyataan yang harus diterima di mana taman nasional itu berada. Oleh karena itu, perjungan baru mesti dilakukan, yakni perjuangan hak- hak nelanyan yang hilang karena intervensi pihak luar atas nama konsevasi, dan patan LSM tentu sangat ditunggu para nelaya dalam mengorganisir diri dan, pada giliranya, dapat menrebut kembali hak-hak komunalnya. .(Arif Satria, 2009)

Robbins (2004) juga menlihat bahwa kerangka Ostrom juga menjadi suatu pendekatan dalam ekologi -politik,Banya isu kelautan dan perikanan yang dapat dilihat dari teori ini. Hasil studi satria (2005) menunjutkkan, kibijakan

pengembangan teman wisata alam layt telah mengubah hak-hak kepemilikan nelayan tradisional. Misalnya, duluh nelayan memiliki hak-hak itu, dari hak akses hinga hak eksklusi. Setelah adanya nama wisata alam laut di Gili India, hak pengelolaan menjadi hilang karena di ambil alih oleh Balai konsevasi sumber daya alam (BKSDA) dan pengusaha wisata bahari. Begitu pulah hak akses jadi menangkap ikan menjadi terbatas. (Arif Satria, 2009)

Dalam teori-teori sumber daya, berdasarkan dari kepemilikannya, sumber daya laut bisa dibagi kedalam empat kategori (berkes dan fervar 1989, Barkes et,al 2001;Buek 1998; Hanna et,al 1996 ). Dimana sumber daya dimiliki oleh seluruh warga Negara, dan pengandalian pengelolaan dilakukan oleh pemerintah.

Dimana individuh atau perusahaan memiliki hak terdapat sumber daya laut, seperti modal individual transferable quota (ITQ) yang marak dikembangkan ke Negara Negara barat. Dimana sumber daya memliki Dan dikontrol oleh kelompok masyarakat. (Arif Satria, 2009) Politik dan lingkungan dimanapun juga selalu berhubungan erat satu sama lain. Hal ini ditegaskan oleh Harvey (1993) dalam Bryant & Bailey (2005:5) yang mengatakan bahwa seluruh proyek (dan argumen) ekologis selalu simultan/diikuti dengan proyek (dan argumen) ekonomi politik dan demikian pula sebaliknya. Argumen ekologis tidak pernah bisa netral secara sosial, begitu juga argumen sosial politik tidak pernah bisa netral secara ekologis.

Perbedaan keduanya adalah bahwa politik lingkungan hidup merupakan cabang kajian di dalam ilmu politik yang mempelajari ekologi dengan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan politik tradisional. Sehingga seringkali pendekatan ini bias hanya kepada aktor-aktor atau institusi-institusi besar (global).

Politik lingkungan hidup, menurut Walters (2004:1) mempelajari bagaimana manusia mengorganisasikan dirinya dan struktur perilakunya untuk melindungi kepentingan mereka di dalam lingkungan. Ia mempelajari dinamika gerakan- gerakan sosial, kelembagaan dan pembuatan kebijakan pemerintah serta interaksi yang terjadi di dalamnya. Sebagai subjek akademik, politik lingkungan hidup termasuk cabang kajian baru dan interdisiplin yang dipengaruhi oleh ilmu sejarah, ilmu politik, geografi, sosiologi, antropologi dan ilmu lingkungan

Dokumen terkait