• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

B. Konsep Masyarakat Nelayan

2. PengelolaanNelayan

Beberapa kelompok nelayan memiliki beberapa perbedaan dalam karakteristik sosial dan kependudukan. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada kelompok umur, pendidikan, status sosial dan kepercayaan. Dalam satu kelompok nelayan sering juga ditemukan perbedaan kohesi internal, dalam pengertian hubungan sesama nelayan maupun hubungan bermasyarakat (Townsley 1998 dalam Widodo, 2006).

Charles 2001 dalam Widodo 2006 membagi kelompok nelayan dalam empat kelompok yaitu:

a. Nelayan subsisten (Subsistence fishers), yaitu nelayan yang menangkap ikan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

b. Nelayan asli (Native/Indigenous/Aboriginalfishers), yaitu nelayan yang sedikit banyak memiliki karakter yang sama dengan kelompok pertama, namun memiliki juga hak untuk melakukan aktivitas secara komersial walaupun dalam skala yang sangat kecil.

c. Nelayan rekreasi (Recreational/Sport fishers), yaitu orang-orang yang secara prinsip melakukan kegiatan penangkapan hanya sekedar untuk kesenangan atau berolahraga, dan

d. Nelayan komersial (Commercial fishers), yaitu mereka yang menangkap ikan untuk tujuan komersial atau dipasarkan baik untuk pasar domestik maupun pasar ekspor. Kelompok nelayan ini dibagi dua, yaitu nelayan skala kecil dan skala besar.

Dari empat pengelompokan tersebut sudah sangat sulit menemukan dua kelompok yang pertama. Sementara kelompok ketiga walaupun di beberapa negara maju berbagai kegiatannya telah terdokumentasi dengan baik namun di beberapa negara berkembang seperti Indonesia misalnya, sulit ditemukan. Di samping pengelompokkan tersebut, terdapat beberapa terminologi yang sering digunakan untuk menggambarkan kelompok nelayan, seperti nelayan penuh untuk mereka yang menggantungkan keseluruhan hidupnya dari menangkap ikan;

nelayan sambilan untuk mereka yang hanya sebagian dari hidupnya tergantung dari menangkap ikan (lainnya dari aktivitas seperti pertanian, buruh dan tukang);

juragan untuk mereka yang memiliki sumberdaya ekonomi untuk usaha perikanan seperti kapal dan alat tangkap; dan anak buah kapal (ABK/pandega) untuk mereka yang mengalokasikan waktunya dan memperoleh pendapatan dari hasil pengoperasian alat tangkap ikan, seperti kapal milik juragan. (Kusnadi, 2006 dalam Kusnadi, 2009).

Disamping pembagian diatas, Widodo 2006 juga mengemukakan beberapa pembagian lain seperti daya jangkau armada perikanan dan juga lokasi penangkapan ikan. Dapat disebutkan misalnya nelayan pantai atau biasanya disebut:

1. Perikanan pantai untuk usaha perikanan skala kecil dengan armada yang didominasi oleh perahu tanpa motor atau kapal motor tempel,

2. Perikanan lepas pantai untuk perikanan dengan kapasitas perahu rata-rata 30 GT, dan

3. Perikanan samudera untu kapal-kapal ukuran besar misalnya 100 GT dengan target perikanan tunggal seperti tuna.

Menurut Kusnadi (2009), dalam perspektif stratifikasi sosial ekonomi, masyarakat pesisir bukanlah masyarakat yang homogeny. Masyarakat pesisir terbentuk oleh kelompok-kelompok sosial yang beragam. Dilihat dari aspek interaksi masyarakat dengan sumberdaya ekonomi yang tersedia di kawasan pesisir, masyarakat pesisir terkelompok sebagai berikut:

Pemanfaat langsung sumberdaya lingkungan, seperti nelayan (yang pokok), pembudidaya ikan di perairan pantai (dengan jaring apapung atau karamba), pembudidaya rumput laut/mutiara, dan petambak.

1. Pengolah hasil ikan atau hasil laut lainnya, seperti pemindang, pengering ikan, pengasap, pengusaha terasi/krupuk ikan/tepung ikan, dan sebagainya;

dan

2. Penunjang kegiatan ekonomi perikanan, seperti pemilik toko atau warung, pemilik bengkel (montir dan las), pengusaha angkutan, tukang perahu dan buruh kasar (manol).

Tingkat keragaman (Heterogenitas) kelompok-kelompok sosial yang ada dipengaruhi oleh tingkat perkembangan desa-desa pesisir. Desa-desa pesisir atau

desa-desa nelayan yang sudah berkembang lebih maju dan memungkinkan terjadinya diversifikasi kegiatan ekonomi, tingkat keragaman kelompok- kelompok sosialnya lebih kompleks daripada desa-desa pesisir yang belum berkembang atau yang terisolasi secara geografis. Di desa-desa pesisir yang sudah berkembang biasanya dinamika sosial berlangsung secara intensif.

Selanjutnya mengatakan, di desa-desa pesisir yang memiliki potensi perikanan tangkap (laut) cukup besar dan memberi peluang mata pencarian bagi sebagian besar masyarakat pesisir melakukan kegiatan penangkapan, masyarakat atau kelompok sosial nelayan merupakan pilar sosial, ekonomi dan budaya masyarakat pesisir. Karena masyarakat nelayan berposisi sebagai produsen perikanan tangkap, maka kontribusi mereka terhadap dinamika sosial ekonomi lokal sangatlah besar. Peluang kerja di sektor perikanan tangkap ini tidak hanya memberi manfaat secara sosial ekonomi kepada masyarakat lokal, tetapi juga kepada masyarakat-desa-desa lain di daerah hulu yang berbatasan dengan desa nelayan tersebut. (Kusnadi, 2009)

Karena masyarakat nelayan merupakan unsur sosial yang sangat penting dalam struktur masyarakat pesisir, maka kebudayaan yang mereka miliki mewarnai karakteristik kebudayaan atau perilaku sosial budaya masyarakat pesisir secara umum. Karakteristik yang menjadi ciri-ciri sosial budaya masyarakat nelayan adalah sebagai berikut: memiliki struktur relasi patron-klien yang sangat kuat, etos kerja tinggi, memanfaatkan kemampuan diri dan adaptasi optimal, kompetitif dan berorientasi prestasi, apresiatif terhadap keahlian, kekayaan dan kesuksesan hidup, terbuka dan ekspresif, solidaritas sosial tinggi, sistem

pembagian kerja berbasis seks (laut menjadi ranah laki-laki dan darat adalah ranah kaum perempuan), dan berperilaku “konsumtif” (Kusnadi, 2009).

Patron-klien merupakan basis relasi sosial masyarakat nelayan atau masyarakat pesisir. Relasi sosial patron-klien sangat dominan dan terbentuk karna karakteristik kondisi mata pencarian, sistem ekonomi, dan lingkungan. Hubungan- hubungan demikian terpola dalam kegiatan organisasi produksi, aktivitas pemasaran, dan kepemimpinan sosial. Pola-pola hubungan patron-klien dapat menghambat atau mendukung perubahan sosial ekonomi. Namun demikian, dalam kegiatan pemberdayaan sosial ekonomi, pola-pola hubungan patron-klien harus diperlakukan sebagai modal sosial atau potensi pemberdayaan masyarakat (Kusnadi, 2009).

Menurut Mulyadi (2007), kemiskinan merupakan masalah yang bersifat kompleks dan multidimensional, baik dilihat dari aspek kultural maupun aspek struktural. Ada empat masalah pokok yang menjadi penyebab dari kemiskinan, yaitu kurangnya kesempatan (Lack o f opportunity), rendahnya kemampuan (low o f capabilities), kurangnya jaminan (Low level-security) dan keterbatasan hak-hak

sosial, ekonomi dan politik sehingga menyebabkan kerentanan (vulnerability), keterpurukan (voicelessness), dan ketidakberdayaan (Powerlessness) dalam segala bidang.

Dilihat dari lingkupnya, kemiskinan nelayan terdiri atas kemiskinan prasarana dan kemiskinan keluarga. Kemiskinan prasarana dapat diindikasikan pada ketersediaan prasarana fisik di desa-desa nelayan, yang pada umumnya masih sangat minim, seperti tidak tersedianya air bersih, jauh dari pasar, dan tidak

adanya akses untuk mendapatkan bahan bakar yang sesuai dengan harga standar.

Kemiskinan prasarana secara tidak langsung juga memiliki adil bagi munculnya kemiskinan keluarga, kemiskinan prasarana juga dapat mengakiban keluarga yang berada garis kemiskinan (near poor) bisa merosot ke dalam kelompok keluarga miskin (Mulyadi, 2007).

Menurut Soetrisno (1995) hal utama yang terkandung dalam kemiskinan adalah kerentanan dan ketidakberdayaan. Dengan kerentanan yang dialami, orang miskin akan mengalami kesulitan untuk menghadapi situasi darurat. Ini dapat dilihat pada nelayan perorangan misalnya, mengalami kesulitan untuk membeli bahan bakar untuk keperluan melaut. Hal ini disebabkan sebelumnya tidak ada hasil tangkapan yang bisa dijual, dan tidak ada dana cadangan yang dapat digunakan untuk keperluan yang mendesak. Hal yang sama juga dialami oleh nelayan buruh, mereka merasa tidak berdaya di hadapan para juragan yang telah mempekerjakannya, meskipun bagi hasil yang diterimanya dirasakan tidak adil.

C. Kerangka Fikir

Ekologi politik nelayan erat kaitannya dengan relevansi isu-isu kelautan dan perikanan, ada empat yaitu perubahan lingkungan, akses sumberdaya, konservasi, dan identitas lingkungan. Dalam ekologi politik nelayan tidak terlepas dari faktor pendukung dan faktor penghambat dalam mempengaruhi keadaan laut di Desa pao kecamatan taroang.

Bagan Kerangka Pikir

D. Fokus Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana politik nelayan dalam pelestarian lingkungan laut dan bagaimana bentuk partisipasi lingkungan laut di Desa Pao sehingga fokus penelitian ini adalah degradasi dan marjinisasi (perubahan laut) konflik lingkungan laut, akses suber daya, konserfasi lingkungan laut, identitas lingkungan dan gerakan sosial nelayan.

E. Deskripsi Fokus Penelitian

Adapun deskripsi fokus pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pelestarian lingkungan laut Desa Poa adalah Seperti halnya hutan, laut juga sebagai sumber daya alam potensial. Kerusakan pantai banyak disebabkan karena ulah manusia. Pengambilan pasir pantai, karang di

laut, pengrusakan hutan bakau, merupakan kegatan-kegiatan manusia yang mengancam kelestarian laut dan pantai.

2. Dekradasi dan marjinilisasi Perubahan Lingkungan Laut yang di maksud adalah pembabatan makrove, penambanambangan pasir dan pencemaran

3. Konfik lingkungan (akses sumberdaya lingkungan) yang di maksud adalah penelitian ini adalah pertambangan konflik yang terjadi dalam masyarakat yang berkaitan dengan sumber daya laut

4. Konservasi yang di masud penelitian ini adalah pembetukan daerah perlindungan laut dan taman nasional laut

5. Identitas lingkungan dan gerakan sosial adalah gerakan politik aksi dan gerakan politik nelayan dalam memperjuangkan hak-haknya

6. Partisipasi masyarakat adalah keikuserta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan laut.

7. Lingkungan laut yang lestari dan berkelanjutan adalah lingkungan laut yang dapat mendukung pembagunan baik masa sekarang maupun generasi mendatang

Waktu penelitian ini direncanakan akan berlangsung selama dua bulan, terhitung setalah ujian proposal,. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Taroang Kabupaten Jeneponto

B. Jenis Dan Tipe Penelitian

Adapun jenis dan tipe penelitian ini akan menggunakan : 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu data dalam bentuk kata, kalimat dan gambar.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah bersifat deskriptif kualitatif, artinya membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, menggambarkan, menjabarkan, mengungkapkan, menjelaskan, menganalisis pelaksanaan pengelolaan transportasi laut.

C. Sumber Data

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh berasal dari dua sumber, yaitu : 1. Data Primer.

Data yang diperoleh secara langsung di lapangan yang bersumber dari informan, dengan memakai teknik pengumpulan data berupa in-depth interview (wawancara mendalam), serta melakukan observasi (pengamatan langsung).

40

2. Data sekunder.

Data pendukung bagi data primer yang diperoleh dari bahan-bahan literatur seperti dokumen-dokumen, catatan-catatan, arsip-arsip resmi, serta literatur lainnya yang relevan dengan masalah yang diteliti.

D. Informan Penelitian.

Adapun informan dari penelitian ini di ambil dari dinas Perikanan Jeneponto. Adapun perinciannya yaitu sebagai berikut:

No Jabatang/Strata Keterangan

1 Kepala Dinas Peraikanan Kabupaten Jeneponto 1 orang

2 Kepala Desa Pao 1 orang

3 Penyulu Perikanan 2 orang

4 Tokoh Maksyarakat 2 orang

5 Masyarakat Nelayan Desa Pao 4 orang

Jumlah 10 orang

E. Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Lapangan (field research)

Penelitian lapangan ini dimaksudkan bahwa penulisakan langsung melakukan penelitian pada lokasi atau objek yang telah ditentukan. Penelitian lapangan ditempuh dengan cara sebagai berikut :

a. Observasi yaitupengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti dan sesuai dengan tujuan penelitian serta

direncanakan secara sistematis juga dapat dikontrol reliabilitas dan validitasnya.

b. Wawancara mendalam (in-depth interview) yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara bertanya langsung atau mengadakan proses tanya jawab, dialog atau percakapan dengan informan yang dipilih untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam terkait dengan masalah yang akan diteliti.

c. Dokumentasi

Dokumentasi didapatkan dengan mempelajari data-data yang ada, artikel dan buku- buku yang berhubungan dengan penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini akan menggunakan teknik analisis kualitatif yaitu upaya untuk mengurutkan data dalam bentuk kata-kata secara sistematik sehingga dapat dimengerti dan dipahami. arenOleh ka itu, dalam analisis kualitatif perlu dilakukan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Kemudian reduksi data dalam analisis kualitatif sebagai proses pemilihan data kualitatif.

Proses reduksi diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses reduksi data bukanlah proses yang sekali jadi, tetapi proses yang berulang selama proses penelitian ini berlangsung. Penyajian data yang lebih baik merupakan salah satu cara utama bagi analisis bagi kualitatif yang valid dan kemudian membangun proposisi (kaitan antara konsep).

Maka dalam mereduksi data peneliti memfokuskan pada pelaksanaan strategi pemerintah dalam mengelola transportasi laut yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Jeneponto .Langkah berikutnya setelah direduksi adalah penyajian data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat mengenai fenomena yang terjadi di masyarakat. Selanjutnya peneliti akan menarik kesimpulan berdasarkan hasil observasi dan wawancara di lapangan.

G. Pengabsahan Data

Salah satu cara paling penting dan mudah dalam uji keabsahan hasil penelitian adalah dengan melakukan triagulasi metode, teori, dan data yaitu :

1. Triangulasi dengan Sumber Data

Dilakukan dengan membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda dalam metode kualitatif yang dilakukan dengan: (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara; (b) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dilakukan sepanjang waktu; (c) membandingkan keadaan dan persfektif seseorang dengan berbagai pendapatan dan pandangan orang lain seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi,orang berada dan orang pemerintahan; (d) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

2. Triangulasi dengan Metode

Triangulasi ini dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap penggunaan metode pengumpulan data, apakah informasi yang didapat

dengan metode interviewsama dengan metode observasi, atau apakah hasil obsevasi sesuai dengan informasi yang diberikan ketika di-interview.

Begitu pula teknik ini diakukan untuk menguji sumber data ketika di­

interview dan di obsevasi akan memberikan informasi yang sama atau berbeda. Apabila berbeda maka peneliti harus dapat menjelaskan perbedaan itu, tujuannya adalah untuk mencari kesamaan data dengan metode yang berbeda.

3. Triangulasi dengan Teori

Dilakukan dengan menguraikan pola, hubungan dan menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis untuk mencari tema atau penjelasan pembanding. Secara induktif dilakukan dengan menyertakan usaha pencarian cara lain untuk mengorganisasikan data yang dilakukan dengan jalan memikirkan kemungkinan logis dengan melihat apakah

kemungkinan-kemungkinan ini dapat ditunjang dengan data.

1. Kondisi Geografis, Letak Desa

Desa Pao merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto. Jarak Desa Pao dari ibu kota Kabupaten

± 16 km Sedangkan jarak dari ibu kota kecamatan ± 2 km.

2. Administrasi desa

Desa Pao memiliki luas wilayah ±2,5 km2. Desa ini terdiri dari 5 (lima) dusun yaitu Dusun Kampung Beru, Dusun Tonroa, Dusun Kampung Bendi, Dusun Pao Dan Dusun Kaloko. Secara administrativ Desa ini berbatasan dengan, Sebelah Utara Desa Tarowang, Sebelah

45

Timur Desa Bungeng, Sebelah Selatan Laut Flores, Sebelah Barat Kelurahan Togo-Togo

3. Topografi

Desa Pao merupakan desa yang memiliki kondisi wilayah dataran rendah dengan memiliki jarak ± 1 km diatas permukaan laut. Wilayah ini merupakan wilayah pengembangan perikanan pertambakan, budi daya rumput laut serta pertanian jagung kuning dan persawahan.

4. Iklim dan curah hujan

Desa Pao memiliki iklim tropis dengan suhu rata-rata mencapai 30 derajat celcius serta memiliki 2 tipe musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.musim hujan terjadi mulai bulan November - Maret sedangkan muusim kemarau mulai bulan April - Oktober setiap tahunnya. Jumlah curah hujan rata-rata setiap tahun di Desa Pao mencapai 2000 mm-3000 mm.Perekonomian Masyarakat Desa Kegiatan Perekonomian masyarakat Desa Pao dalam memenuhi kebutuhan keluarganya cukup beragam, mulai dari PNS, Pedagang, Petani Tukang Batu/Tukang Kayu, Tukang Ojek dan Buruh Tani.dari beberapa pekerjaan pokok tersebut bertani dan nelayan merupakan pekerjaan yang banyak dilakukan oleh masyarakat setempat. Berikut daftar pekerjaan pokok masyarakat Pao, dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Pekerjaan Pokok Kepala Keluarga Desa Pao Tahun 2011

Jenis pekerjaan Dusun Jumlah

Pao Tonroa Kaloko Kampung beru

Kampung Bendi

PNS 5 1 15 7 19 47

Pedagang 4 4 18 22 23 71

Nelayan 12 150 188 50 10 410

Petani 180 123 90 135 70 598

petani rumput laut - 13 27 6 - 46

petani tambak 2 - - - - 2

Tukang jahit 1 - - 1 1 2

Tukang Ojek 6 15 6 11 1 39

Tukang batu 1 1 1 - - 3

Tukang kayu 1 - 1 - - 2

Sopir 4 - 4 2 7 17

Tukang becak 10 7 4 19 12 52

Buruh nelayan - 31 27 11 4 73

Buruh tani - 25 14 12 41 92

Buruh Tani - - 27 - - 27

Rumput Laut

Buruh Bangunan 1 1

Buruh dagang

- -

1

' '

1

Berdasarkan data tersebut diatas maka diketahui bahwa pekerjaan pokok masyarakat Desa Pao adalah petani dan nelayan. Sementara pekerjaan sampingan adalah tukang kayu/batu, tukang ojek, tukang jahit dan pedagang. Dan jika pekerjaan tetapnya PNS maka biasanya pekerjaan sampingannya adalah petani.

Sektor pertanian, Pada sektor ini jenis tanaman yang sering di budidayakan masyarakat Desa Pao adalah padi dan jagung, tanaman jagung ditanam di kebun sedangkan tanaman padi di tanam di sawah.

Pemeliharaan tanaman padi dan jagung oleh masyarakat petani dilakukan dengan cara tradisional. Petani membersihkan tanaman dari gangguan rumput liar dengan cara beragam ada yang sengaja mencabut rumput pakai tangan atau sabit ada juga menggunakan herbisida. Tanaman padi dan jagung ditanam dua kali dalam setahun.

Pemasaran hasil bumi, pemasaran hasil produksi pertanian jagung dan padi sangat mudah bagi masyarakat karena ada pedagang pengumpul dari luar desa yang sengaja datang untuk membeli hasil bumi meskipun kadang-kadang harga suka dipermainkan.Sektor peternakan, jenis ternak yang banyak dipelihara oleh masyarakat desa pao adalah sapi,kerbau,kuda dan kambing hanya saja banyak keluhan bagi massyarakat petani karena para peternak kurang bisa menjaga ternaknya dengan baik sehingga sering mengganggu dan merusak tanaman para petani.selain dari kedua ternak tersebut juga terdapat ternak kecil seperti itik dan ayam.

5. Kependudukan dan sosial budaya/ Jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhannya

Desa Pao memiliki penduduk sebanyak 3711 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 1622 jiwa dan perempuan 2089 jiwa yang tersebar Di lima Dusun yaitu Dusun Tonroa, Dusun Pao, Dusun Kaloko, Dusun Kampung Beru Dan Dusun Kampung Bendi. Adapun jumlah penduduk di setiap dusun dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin Desa Pao Kec.Tarowang Kab.Jeneponto Tahun 2011

Dusun

Jenis kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

Pao 400 497 897

Kampung beru 312 350 662

Kampung bendi 225 347 572

Tonroa 270 325 595

Kaloko 415 570 985

Jumlah 1622 2089 3711

6. Tingkat kesejahteraan masyarakat

Tingkat kesejahteraan Desa Pao berdasarkan hasil penjajakan bersama masyarakat dan hasil sensus yang dilakukan dari hasil itulah diketahui klasifikasi tingkat kesejahteraan masyarakat di Desa Pao masuk dalam kategori menengah ke bawah. Indikator yang digunakan dalam mengukur tingkat kehidupan masyarakat ditentukan oleh masyarakat

setempat yaitu massyarakat kaya, sedang miskin dan sangat miskin yang dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi jumlah KK berdasarkan tingkat kesejahteraan

Desa Pao Tahun 2011

Dusun Kk berdasarkan tingkat kesejahteraan Jumlah

Kaya Sedang Miskin Sangat

miskin

Pao - 40 130 40 210

Tonroa - 12 85 55 152

Kaloko 2 26 105 43 176

Kampung beru - 21 96 48 165

Kampung bendi 11 27 71 39 148

Total 13 126 487 225 851

Berdasarkan data pada tabel 4 diatas diketahui banyak jumlah masyarakat miskn dan sangat miskin di sebabkan oleh karena mereka rata-rata petani penggarap (buruh tani), buruh nelayan dan buruh reumput laut.selain dari itu pekerjaan lain yang sering di lakukan oleh masyarakat desa pao adalah tukang ojek,sopir serta tukang becak diluar desa bahkan

sampai ke Makassar.kondisi ini juga diperparah oleh banyak perkawinan usia muda, rendahnya tingkat pendidikan dan masih bergantung dan menumpang pada orang tua. Dari data di atas dapat di ketahui bahwa desa Pao di huni oleh 851 kepala keluarga dengan tingkat kesejahteraan yang masuk kategori kaya 13 orang,sedang 126 kk,miskin 487 kk dan sangat miskin 225 kk yang tersebar di 5 dusun.

B. Ekologi Politik Nelayan dalam Melestarikan Lingkungan Laut di Desa Pao Kecamatan Tarowang. Kabupaten Jeneponto.

1. Degradasi dan marjilisasi (perubahan lingkungan laut)

Oleh karena itu perjuangan baru mesti di lakukan yakni perjuangan terhadap hak hak nelayan yang hilang karna intervensi pihak luar atas nama konservasi ,dan para LSM tentunya sangat ditunggu para nelayan dalam megorganisir diri dan pada gilirannya, dapat merebut kembali hak hak komunalnya dan menunjukkan pengembangan taman wisata alam laut telah mengubah hak hak kepemilikan nelayan.misalnya, dulu nelayan memiliki hak hak itu, dari hak akses hingga hak eksklusip.

Serelah adanya taman wisata alam di laut hak pengelolaan menjadi hilang karna di ambil alih oleh Balai Konservasi Daya Alam (BKSDA)dan pengusaha wisata bahari. Begitu pula hak akses menangkat ikan menjadi terbatas. Dalam sumber daya, berdasarkan kepemilikan sumberdaya laut di mana sumberdaya di miliki oleh seluruh warga negara, dan pengandalian pengelolahan dilakukan oleh pemerintah,dan

dimana individu atau perusahaan di miliki hak sumber daya laut seperti modal.

Dimana sumber daya memiliki dan di kontrol oleh kelompok masyarakat dan pengelolaan sumber daya kelautan berkembang di negara negara yang masih bercorak sentralistik konsekuensi dan sumber daya yang dimiliki negara, komonitas nelayan memiliki aturan sendiri tentang bagaimana meyeimbangkan ketiga dimensi itu. Acuanya nilai lokal yang penuh keakripan, dan yang menjadi persoalan di tingkat resielensi atau institusi lokal atau pengaruh eksternal semakin menurun merupakan payung bagi implementasi pengololaan sumber daya perikanan secara berkelanjutan.

“Bentuk dasar laut yang majemuk tersebut serta lingkungan air di atasnya memberi kemungkinan munculnya keanekaragaman hayati yang tinggi, dengan sebaran yang luas, baik secara horizontal maupun secara vertikal. Lingkungan laut selalu berubah dan dinamis. Kadang-kadang perubahan lingkungan ini lambat, seperti datangnya zaman es yang memakan waktu ribuan tahun. Kadang-kadang cepat seperti datangnya hujan badai yang menumpahkan air tawar dan mengalirkan kendapan lumpur dari daratan ke laut. Cepat atau lambatnya perubahan itu sama- mempunyai pengaruh, yakni kedua sifat perubahan tersebut akan mengubah intensitas faktor-faktor

lingkungan ”AS 28 Januari 2015)

Berdasarkan hasil wawancara menjaga dan melindungi laut di Desa Pao agar tidak menimbulkan perubahan laut dan tidak menimbulkan perubahan air tawar dan kedepan lumpur dari daratan ke laut karna mata pencaharianya masyarakat nelayan Desa Pao semata mata pencaharianya hanya masyarakat nelayan, karna tampa kesadaran masyarakat nelayan

Dokumen terkait