• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Pekerjaan

Dalam dokumen skripsi (Halaman 47-53)

BAB II INJAUAN PUSTAKA

2.6 Faktor Penyebab Kelelahan Kerja

2.6.2 Faktor Pekerjaan

30 pembakaran karbohidrat, terjadi tumpukan asam laktat sehingga akhirnya menimbulkan rasa nyeri otot.(17)

Dalam suatu penelitian mengenai kelelahan kerja pada pengemudi pengangkutan bahan bakar minyak dinyatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kelelahan yang mana seseorang dikatakan perokok ringan jika konsumsi rokok kurang dari 10 batang per hari (< 10 batang/hari) dan dikatakan perokok berat jika konsumsi rokok lebih sama dengan 10 batang per hari (≥ 10 batang/hari).(9)

31 3) Total waktu kerja yang diperbolehkan bagi pengemudi adalah 48 jam dalam seminggu dan tidak boleh melebih dari jam kerja itu.

4) Total waktu istirahat yang ditentukan bagi pengemudi dalam satu hari adalah tidak boleh kurang dari 8 jam berturut-turut.(30)

Jika seseorang yang mengemudi selama 17 jam maka pengemudi memiliki risiko untuk mengalami kecelakaan. Hal ini disebabkan karena pengemudi terlalu lama dalam waktu atau durasi mengemudi sehingga terjadi gejala kelelahan sehingga dibutuhkan waktu istirahat yang cukup bagi pengemudi.(31)

2.6.2.2 Variasi Perjalanan (Monoton)

Variasi perjalanan bagi pengemudi merupakan hal yang seringkali menjadi faktor penyebab dalam menimbulkan rasa kantuk saat mengemudi karena perjalanan yang bersifat monoton. Monoton pada umumnya didefiniskan dengan mengacu pada stimulasi sensorik yang terjadi pada situasi tertentu.(33)

Pada pekerjaan yang berulang, tanda pertama kelelahan ditunjukan dengan peningkatan rata-rata panjang waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu siklus aktivitas atau pekerjaan. Suatu aktivitas atau pekerjaan dikatakan monoton jika secara tetap tidak berubah atau dapat berubah dalam situasi yang dapat diketahui atau diprediksi serta terjadi pengulangan dalam waktu yang lama. Pekerjaan yang membosankan atau monoton dapat ditemuka pada pekerjaan seperti mengemudi

32 truk yang dapat menyebabkan kelelahan mental dan dapat mengakibatkan individu jatuh tertidur.(33)

Tipe dari sejumlah kondisi jalan yang dihadapi pengemudi menjadi faktor pendukung untuk terjadinya variasi perjalanan (kemungkinan monoton), seperti dijelaskan pada tabel 2.2 di bawah ini:

Tabel 2.2 Pengaruh Tipe Jalan terhadap Variasi Perjalanan (Kemungkingan Monoton)(34)

Klasifikasi Tipe Jalan Klasifikasi

Pemandangan Gangguan Jalan Lengkung

Kemungkinan Terjadinya

Monoton Jalan Kota (Urban

Road) Tersebar Sering Tinggi Rendah

Jalan Desa (Country Road)

Sedang

(Moderat) Beberapa Bervariasi Sedang (Moderat) Tidak Jalur Utama

(Minor Highway) Jarang Bervariasi Sedang (Moderat)

Sedang (Moderat)

Jalur Utama (Major

Highway) Periodik Bervariasi Rendah Tinggi Jalur Lintas Panjang

(> 2000 KM) Jarang Beberapa Rendah Tinggi

Sumber: Fletcher, L et al. (2005)

2.6.2.3 Shift dan Pola Kerja (Rotasi Shift)

Shift kerja merupakan suatu istilah yang menunjukkan dan menjelaskan jadwal kerja yang tidak standar dan memiliki hubungan dengan gangguan fisiologi yang terjadi pada manusia (individu). Jadwal shift kerja menuntut pekerja untuk mengesampingkan jam internal biologis atau ritme sirkadian pada tubuh yang mengatur

33 aktivitas siang dan malam dari manusia.(35) Shift kerja dapat memberikan efek negatif pada pekerjaan seperti efek fisiologis berkurangnya waktu tidur, kapasitas fisik yang menurun akibat perasaan mengantuk dan lelah, menurunnya nafsu makan, dan gangguan pada sistem pencernaan.(35)

Berdasarkan ILO, shift kerja didefinisikan sebagai pekerjaan yang dilakukan di luar jam kerja normal. Shift kerja dilakukan secara bergilir di luar jam kerja normal baik itu bergilir atau berotasi dengan sifat kerja atau permanen. Pada shift tetap pekerja akan menjalani jadwal kerja secara terus-menerus pada satu shift yaitu delapan jam kerja dalam satu shift. Berbeda dengan shift rotasi, yang akan mengalami rotasi dalam jadwal kerja atau pergantian jadwal kerja mulai dari pagi, sore, dan malam. Dari ketiga shift kerja ini, shift malam yang memiliki risiko lebih tinggi. Pekerja shift malam memiliki risiko 28% lebih tinggi untuk mengalami cedera atau kecelakaan. Selain itu, shift kerja malam juga dapat mengurangi kemampuan kerja, menghambat hubungan sosial dan keluarga, adanya faktor risiko pada sistem organ pencernaan, sistem saraf, jantung, dan pembuluh darah serta terganggunya waktu tidur.(35)

Sedangkan dalam pengaturan rotasi shift, perusahaan harus memperhatikan baik shift pendek maupun panjang sebaiknya diatur sedikitnya terdapat satu minggu untuk irama

34 sirkardian untuk beradaptasi dengan perubahan jadwal. Sebaiknya pengaturan pada rotasi shift yang panjang terdiri dari rentang bekerja shift malam selama 4-6 minggu maka seorang pekerja mungkin akan bekerja pada shift malam selama 2 kali dalam setahun. Sedangkan untuk pengaturan rotasi yang pendek sebaiknya tidak lebih dari 3 shift malam pada waktu yang bersamaan.(34)

Pola shift ini dengan perubahan yang cepat bermanfaat untuk menjaga irama sirkadian dari pengulangan sepenuhnya dan dianggap menciptakan sedikitnya pemisahan irama sirkadian dari rotasi mingguan atau panjang.

Dalam pengaturan rotasi shift, pengaturan yang mengikuti searah jarum jam (clockwise) adalah yang paling mudah pada irama sirkadian dan sebaliknya arah yang berlawanan (counterclockwise) bertentangan dengan irama sirkadian, yang dijelaskan pada gambar 2.5 di bawah ini.

A B

Desig Designnated

days off between shifts

Gambar 2.6. Pengaturan Rotasi Shift Kerja: A) Searah Jarum Jam (Direkomendasikan) dan

B) Berlawanan arah dengan Jarum Jam (Tidak Direkomendasikan)(34)

Sumber: Enform (2007)

Day Shift Day Shift

Night Shift Afternoon Shift Night Shift

35 2.6.2.4 Beban Kerja

Ketika seorang melakukan pekerjaan terdapat dua pengertian yang dapat diartikan, di satu sisi pekerjaan tersebut dapat memiliki arti penting sebagai kemajuan untuk mencapai tujuan hidup agar lebih produktif. Di sisi lain, pekerjaan dapat membuat seseorang menerima beban dari luar tubuhnya yang dapat berupa beban secara fisik dan beban secara pikiran (mental) yang diartikan sebagai beban kerja. Jadi, secara ringkas dapat disimpulkan bahwa setiap pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan oleh pekerja dapat menjadi beban bagi pekerja tersebut.(18)

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja yang terbagi menjadi dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal yaitu sebagai berikut:

1) Faktor eksternal: yaitu tugas-tugas yang dilakukan baik yang bersifat fisik (seperti stasiun kerja, alat dan sarana kerja, sikap kerja), tugas-tugas yang bersifat mental (seperti kompleksitas, pekerjaan atau tingkat kesulitan pekerjaan yang mempengaruhi tingkat emosi pekerjaan, tanggung jawab terhadap pekerjaan), organisasi kerja (seperti lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, sistem kerja malam, sistem pengupahan, sistem kerja), dan lingkungan kerja yaitu lingkungan kerja (seperti suhu udara, intensitas penerangan, intensitas kebisingan dan getaran) serta lingkungan kerja psikologis (seperti pemilihan dan penempatan tenaga kerja, hubungan antara pekerja dengan pekerja,

36 pekerja dengan atasan, pekerja dengan keluarga, dan pekerja dengan lingkungan sosial).

2) Faktor internal: yaitu faktor somatis (seperti jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, status gizi) dan faktor psikis (seperti motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, dan kepuasan).(18)

Dalam dokumen skripsi (Halaman 47-53)

Dokumen terkait