• Tidak ada hasil yang ditemukan

Work Fatigue Risk Management

Dalam dokumen skripsi (Halaman 55-62)

BAB II INJAUAN PUSTAKA

2.9 Work Fatigue Risk Management

Kelelahan kerja dapat disebabkan oleh banyak faktor dan sangat kompleks serta saling berhubungan antara satu faktor dengan faktor lainnya maka pengendalian yang tepat dilakukan adalah dengan cara menangani setiap kelelahan yang muncul supaya tidak menjadi kronis.(17) Oleh karena itu, manajemen kelelahan penting untuk setiap organisasi yang bersangkutan dengan kesehatan, keselamatan, dan produktivitas pekerja.

Dalam menjalankan manajemen risiko kelelahan, ada beberapa prosedur untuk menghindari insiden yang berkaitan dengan kelelahan dan kecelakaan seperti memastikan adanya keseimbangan antara tingkat kelelahan dengan beban kerja untuk mengurangi masalah kelelahan yang berhubungan dengan shiftwork; meminimalkan kelelahan kerja terkait jadwal kerja dengan menggunakan bio-matematika untuk mengindentifikasi risiko yang terkait jadwal kerja/jadwal istirahat; mendidik pekerja tentang kelelahan kerja misalnya bahaya kelelahan, pentingnya tidur, irama sirkadian, dan faktor gaya hidup yang berhubungan dengan kelelahan; memastikan lingkungan kerja misalnya pencahayaan yang tepat dan memadai, pengendalian pada kelembaban dan kebisingan, dan desain ergonomis; melakukan manajemen kelelahan pada sifat dan durasi kerja, pentingnya tidur siang, istirahat, dan gizi seimbang; dan memastikan bahwa pekerja dan pengawas cepat untuk mengenali tanda-tanda kelelahan serta prosedur tindakan untuk segera mengurangi baik kelelahan dan risiko kelelahan.(11)

Berikut ini adalah uraian faktor penyebab terjadinya kelelahan kerja, penyegaran, dan cara mengendalikan kelelahan kerja supaya

39 tidak menimbulkan resiko yang lebih parah atau kelelahan kronis seperti pada gambar 2.7. di bawah ini.(17)

Gambar 2.7. Skema Penyebab Kelelahan, Cara Mengatasi, dan Manajemen Pengendalian Kelelahan (Penanggulangan Kelelahan)

Sumber: Tarwaka et al. (2004)

PENYEBAB KELELAHAN 1. Aktivitas kerja fisik

2. Aktivitas kerja mental 3. Stasiun kerja tidak ergonomis 4. Sikap paksa

5. Kerja statis

6. Kerja bersifat monotoni 7. Lingkungan kerja ekstrim 8. Psikologis

9. Kebutuhan kalori berkurang 10. Waktu kerja-istirahat tidak tepat 11. dan lain-lain

CARA MENGATASI 1. Sesuai kapasitas kerja fisik 2. Sesuai kapasitas kerja mental 3. Redesain stasiun kerja ergonomis 4. Sikap kerja alamiah

5. Kerja lebih dinamis 6. Kerja lebih bervariasi 7. Redesain lingkungan kerja 8. Reorganisasi kerja 9. Kebutuhan kalori seimbang

10. Istirahat setiap 2 jam kerja dengan sedikit kedupan

11. dan lain-lain

RESIKO 1. Motivasi kerja turun 2. Performansi rendah 3. Kualitas kerja rendah 4. Banyak terjadi kesalahan 5. Stress akibat kerja 6. Penyakit akibat kerja 7. Cedera

8. Terjadi kecelakaan akibat kerja 9. dan lain-lain

MANAJEMEN PENGENDALIAN 1. Tindakan preventif melalui pendekatan

inovatif dan partisipatoris 2. Tindakan kuratif

3. Tindakan rehabilitatif 4. Jaminan masa tua

40 2.9.1 Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko adalah tahap pertama dalam proses manajemen risiko untuk mengenali dan menentukan risiko yang terdapat pada suatu organisasi atau perusahaan yang kemudian dianalisis atau dinilai risikonya. Apabila ada risiko yang tidak teridentifikasi dalam proses ini, maka tidak bisa dilanjutkan dalam tahapan proses selanjutnya yaitu penilaian risiko dan evaluasi risiko. Oleh karena itu, identifikasi risiko harus dilakukan secara benar dengan menggunakan pendekatan yang sistematis dan terstruktur, sehingga setiap risiko dapat teridentifikasi untuk kemudian dianalisa lebih lanjut. Risiko yang diidentifikasi harus mencakup risiko yang telah dilakukan upaya pengendaliannya oleh organisasi atau perusaan maupun yang belum.

Faktor-faktor risiko kelelahan dapat diidentifikasi dengan berbagai cara, pada umumnya identifikasi risiko dimulai dengan melakukan konsultasi dengan pekerja dan kontraktor. Setelah konsultasi, maka dilakukan pemeriksaan terhadap catatan kecelakaan yang pernah terjadi sebelumnya dan catatan kesehatan (rekam medis) pekerja yang juga membantu untuk identifikasi risiko. Identifikasi risiko merupakan langkah pertama untuk melakukan identifikasi terkait faktor-faktor yang mungkin berpengaruh terhadap kelelalahan yang terjadi pada pengemudi. Berikut ini adalah cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko kelelahan di tempat kerja, yaitu seperti:

1) Lakukan inspeksi atau observasi pada tempat kerja dan catatan waktu kerja;

41 2) Lakukan konsultasi dengan pengemudi terkait jadwal kerja dan melakukan wawancara mengenai masalah yang dialami pengemudi, atau terkait kecelakaan atau near miss yang pernah terjadi namun tidak dilaporkan;

3) Lakukan konsultasi atau wawancara secara mendalam dengan HSE representatives dan komite di tempat kerja;

4) Lakukan audit mengenai keselamatan;

5) Lakukan analisis pada laporan kecelakaan dan near miss;

6) Lakukan survei pada pengemudi di tempat kerja;

7) Mendokumentasikan atau menyimpan laporan kecelakaan dan near miss di tempat kerja;

8) Mendokumentasikan atau menyimpan catatan mengenai frekuensi kecelakaan dan near miss yang terjadi;

9) Mendokumentasikan atau menyimpan catatatan banyak orang yang terkena dampak situasi tersebut, besar kerugian yang dialami, dan durasi kejadian.

Selanjutnya adalah melihat faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan terkait kelelahan kerja pada pengemudi seperti: shift kerja, jumlah dan jam kerja pada hari sebelumnya, jenis pekerjaan yang dilakukan, waktu dalam 24 jam dimana pekerjaan dilakukan (mengganggu/tidak menganggu) jam biologis, pola jadwal kerja (harus ada waktu istirahat), tempat kerja (desain tempat duduk pengemudi), lingkungan kerja (getaran, bising, suhu/cuaca), faktor manusia (usia, kesehatan fisik, status kesehatan, pengalaman, kemampuan, kapabilitas), dan kemapuan pengemudi dalam berkendara.(21)

42 2.9.2 Analisis/Penilaian Risiko

Analisis risiko adalah tahap kedua dalam manajemen risiko untuk menentukan besarnya suatu risiko yang merupakan kombinasi antara tingkat kemungkinan terjadinya risiko (likelihood/probability) dan tingkat keparahan bila risiko itu terjadi (consequences atau severity). Penggabungan dari kedua hal tersebut yaitu nilai probabilitas dan nilai konsekuensi akan menghasilkan nilai risiko. Hasil nilai risiko tersebut harus disesuaikan berdasarkan jenis risiko yang dihadapi, informasi yang digunakan, dan output atau hasil akhir yang diharapkan oleh organisasi dalam pengendalian risiko yang akan dilakukan.

Analisis risiko terbagi menjadi dua aspek yaitu menilai seberapa mungkin pajanan muncul (frekuensi pajanan) dan menilai keparahan dari dampak yang ditimbulkan pajanan tersebut. Dengan penilaian kedua aspek ini maka dapat memudahkan untuk memberikan pengendalian dan pemantauan. Faktor-faktor risiko yang lebih memungkinkan untuk menimbulkan kelelahan yang signifikan harus menjadi perioritas walaupun faktor-faktor risiko tersebut relative jarang ditemukan dan mudah untuk dilakukan pengendaliannya. Langkah-langkah dalam analisis atau penilaian risiko:

1) Pengendalian yang telah dilakukan oleh manajemen, penting untuk dilakukan kajian terhadap kekurangan dan kelebihannya. Kelebihan pada pengendalian harus dipertahankan dan untuk kekurangan pada pengendalian harus diperbaiki.

2) ffdKonsenkuensi dan likelihood dari suatu kejadian jika digabungkan akan menghasilkan tingkat risiko. Untuk menghindari bias, penentuan nilai konsekuensi dan

43 kemungkinan sebaiknya didasari dengan data-data sekunder, pengalaman yang relevan, kemampuan practical di industri, referensi dan literatur yang relevan, riset, eksperimen dan percobaan, pendapat dan penentuan dari para ahli. Teknik yang digunakan dalam menentukan nilai kemungkinan dan konsekuensi dalam bentuk wawancara terstruktur dengan ahli yang ada di area yang akan dilakukan manajemen risiko, menggunakan sekelompok ahli dari disiplin yang berbeda-beda, evaluasi individual menggunakan kuesioner, dan menggunakan model dan simulasi.(20) Tipe analisis risiko berdasarkan AS/NZS 4360:2004 ada tiga yaitu analisis kualitatif yang menggunakan kata-kata untuk menggambarkan besarnya potensi konsekuensi dan kemungkinan yang akan terjadi, analisis kuantitatif yang menggunakan nilai numerik baik untuk konsekuensi maupun kemungkinan dengan menggunakan data dari berbagai sumber, dan analisis semikuantitatif yang memberikan nilai pada skala kualitatif dengan tujuan untuk menghasilkan peringkat skala bukan untuk memberikan nilai yang sebenarnya seperti analisis kuantitatif.(36)

2.9.3 Pengendalian Risiko

Dalam pandangan Moore-Ede ada lima pertahanan yang harus dilakukan dan dikelola oleh FRMS (Fatigue Risk Management System) dengan cara sebagai berikut:

1) Lakukan keseimbangan pada beban kerja.

2) Lakukan pergeseran penjadwalan.

3) Lakukan pelatihan pada pengemudi mengenai manajemen kelelahan dan gangguan tidur

4) Lakukan desain ulang pada tempat kerja dan lingkungan

44 5) Lakukan pemantauan dan kewaspadaan terhadap kelalahan yang terjadi pada pengemudi yang bekerja.(22)

Menurut Dawson dan McCulloch model 70 , FRMS dapat menjadi efektif jika setiap pertahanan pada setiap level diintegrasikan ke dalam seluruh kerangka program, yaitu sebagai berikut:

1) Pada tingkat 1, pengendalian dilakukan dengan memastikan bahwa karyawan atau pengemudi memungkinkan untuk memiliki kesempatan yang memadai untuk tidur.

2) Pada tingkat 2, pengendalian dilakukan dengan memastikan bahwa karyawan atau pengemudi benar- benar mendapatkan waktu tidur yang cukup.

3) Pada tingkat 3, pengendalian dilakukan dengan memastikan bahwa karyawan atau pengemudi yang mendapatkan tidur yang cukup tidak mengalami kelelahan dalam perilaku yang mengakibatkan gangguan tidur.

4) Pada tingkat 4, pengendalian dilakukan dengan memastikan bahwa kelelahan yang ada hubungannya dengan kesalahan tidak menyebabkan kelelahan yang mengakibatkan insiden.

5) Pada tingkat 5, pengendalian dilakukan dengan memastikan bahwa insiden yang terjadi yang ada hubungannya dengan kelelahan maka FRMS harus menyediakan proses investigasi insiden untuk melakukan identifikasi mengapa dan bagaimana kontrol atau pengendalian yang sudah dilakukan gagal.(27)

45

Dalam dokumen skripsi (Halaman 55-62)

Dokumen terkait