• Tidak ada hasil yang ditemukan

GANGGUAN KESADARAN

PENDAHULUAN

Mengetahui riwayat penyakit pasien dengan penurunan kesadaran sangatlah penting.

Pemeriksaan tanda vital dapat memberikan banyak informasi dalam mencari penyebab penurunan kesadaran. Bila ditemukan tekanan darah yang sangat tinggi, perlu dipikirkan suatu hipertensi ensefalopati dan juga stroke perdarahan. Sedangkan tekanan darah yang rendah dapat diakibatkan oleh terganggunya perfusi ke sistim saraf pusat yang diakibatkan oleh proses sistemik. Pasien dengan riwayat sakit kepala dan demam sebelum penurunan kesadaran mengarahkan kita pada suatu infeksi intrakranial. Sedangkan riwayat sakit kepala dan defisit neurologik fokal seperti hemiparesis atau paresis N. kranialis yang terjadi tiba-tiba lebih mendukung suatu diagnosis stroke. Cedera kepala harus disingkirikan pada setiap kasus dengan penurunan kesadaran. Anamnesis tentang riwayat trauma kepala sebelumnya sangat diperlukan. Perhatikan juga jejas-jejas di seluruh tubuh pasien. Trauma cervical harus selalu dipertimbangkan. Leher sebaiknya tidak dimanipulasi dan gunakan collar neck sampai fraktur cervical dapat disingkirkan.

Definisi :

• Kesadaran adalah keadaan sadar terhadap diri sendiri dan lingkungan.

• Koma adalah suatu keadaan tidak sadar total terhadap diri sendiri dan lingkungan meskipun distimulasi dengan kuat.

• Diantara keadaan sadar dan koma terdapat berbagai variasi keadaan/status gangguan kesadaran.

• Secara klinis derajat kesadaran dapat ditentukan dengan pemeriksaan bedside.

ANATOMI KESADARAN

Keadaan sadar ditentukan oleh 2 komponen yaitu formasio retikularis dan hemisfer serebral.

Formasio retikularis terletak di rostral midpons, midbrain (mesencephalon) dan thalamus ke korteks serebri. Ini dinamakan ascending reticular activating system (ARAS).

Content (isi kesadaran) ditentukan oleh korteks serebri.

Gambar. ARAS (Ascending Reticular Activating System)

ADVANCED NEUROLOGY LIFE SUPPORT (ANLS) 21

ETIOLOGI GANGGUAN KESADARAN 1. Proses difus dan multifokal.

Metabolik : hipo atau hiperglicemia, hepatic failure, renal failure,toxin induced infectious, concussion etc.

2. Lesi Supratentorial

Haemorrhage : e x t r a d u r a l ( e p i d u r a l ) , s u b d u r a l , intracerebral.

Infarction : embolic, thrombotic.

Tumours : p r i m a r y, s e c o n d a r y, abscess.

3. Lesi Infratentorial.

Haemorrhage : cerebellar, pontine.

Infarction : brainstem.

Tumours : cerebellum.

Abscess : cerebellum.

DIAGNOSISI GANGGUAN KESADARAN

Ÿ Cari riwayat penyakit sistemik & riwayat pengobatan

Ÿ Kondisi neurologi sebelumnya

Ÿ Seputar onset (?trauma, ?obat-obatan,

?toksin)

Ÿ Koma Non-trauma

Ÿ Tidak ada fokal atau tanda lateralisasi Ÿ Meningismus / bukan meningismus Ÿ Fokal atau tanda lateralisasi Dengan Meningismus

Ÿ SAH Ÿ Meningitis Ÿ Ensefalitis Tanpa Meningismus Ÿ Kondisi anoksik iskemik Ÿ Gg metabolik

Ÿ Intoksikasi Ÿ Infeksi Sistemik Ÿ Hipo/hipertermia Ÿ Epilepsi

Ÿ Behavioural

Kesadaran Menurun

massif

Kesadaran Menurun

Tanda-Tanda Trauma Kepala (+) Tanda-Tanda Trauma (-)

Ė Ę F

Ģati-hati trauma leher

Î Č Č-3 L/menit

HBIJB ÕÒŌÑÆ ÒŌŅÞŒ Í MF Õ ĆÆE à CĪ I 100=150 cc/jam (hindari Dekstrosa).

İ ÒŌŊŊÒÔMŌ ŐŎŒÒŒÒ ÔÑŐMÕM ĊĆ0 Ė ŌMÖ ŌьҌ ĂMÕÕŎÅB Ĩ emeriksaan Fisik umum.

Ĩ ÑÖ ÑǾÒÔŒMMŌ ŅÒŒÒÔ ŌÑÞǾŎÕŎŊÒB Î NŒÑǾQMŒÒ İ ǾMÞÖ M Ĩ ǾÒÖ ÑǾ ŇMŌ Sekunder.

ĞŎÕÑŘ ŃMPÑPÑǾ ĂOÑÖ MPÞǾÒMĒÆ urinalisis)

Ĩ MŒMŌŊ NGT (hati-hati pada perdarahan hidung masif) Į ŒMOMÔMŌ TDS >100 mmHg, berikan SA bila P < 45.

İ ÑÖ ŐÑǾMPÞǾÑ usahakan <37.50 I MN OÑÖ MPŎÕŎŊÒ ĂGĨ I ÅÆ Urinalisis, AGD,elektrolit,

Ureum/Creatinin,GDS.

Ī MŇÒŎÕŎŊÒÈ Ī Ŏ Ĭ ŃOÑŇÑÕÆ F İ Ĭ ŃMŌ tanpa kontras (lihat bab trauma kepala).

1. HŌfark 2. ĢÑÖ ŎǾMŊÒÔ 3. Í ÑŎŐÕMŒÖ M 4. Ė NŒŃÑŒŒCHŌŅÑÔŒÒ

Tanda-Tanda Neurologi

Fokal (+) Tanda-Tanda Neurologi

Fokal (-)

Tanda-Tanda Rangsang Meningeal (+)

1. Meningitis 2. Ì ÑŌÒŌŊŎÑŌŒÑŅMÕÒPÒŒ 5. Ĩ Ĭ Ė B

Tanda-Tanda Rangsang Meningeal (-)

Ensefalopati Metabolik 1. ĢÒŐŎÔŒÒÔ-iskemik 2. ĜŌŇŎÔǾÒŌ

(hipoglikemia, hiperglikemia, tiroid) 3. ĜÕÑÔPǾŎÕÒP

(hipernatremia, hiponatremia, hiperkalsemia) 4. İ ŎÔŒÒŌB 5. Î NMP-obatan.

6. ĜŐÒÕÑŐŒÒ 7. ĠŊB Ę ÑOMQÒŎÞǾ

ADVANCED NEUROLOGY LIFE SUPPORT (ANLS)

22

Toksin atau Obat-obatan:

Ÿ Sedatif , Narkotika , Alkohol Ÿ Racun

Ÿ Obat-obat psikotropik Ÿ Karbon monoksida (CO) Ÿ Overdosis (disengaja &

kecelakaan) Ÿ Status withdrawal Pemeriksaan Penunjang : Ÿ Glukose, Test fungsi hati,

ginjal, analisa gas darah, hematologi dan koagulasi Ÿ EKG, Ro foto thoraks, CT

scan (+/- kontras)

Tehnik Pemeriksaan Kesadaran dengan Rangsang Nyeri

NCLW? I GR SIFAT & CIRI PENYAKIT PENEGAKAN DIAGNOSIS

Stroke Onset cepat (Acute)

í Defisit Neurologis í diagnosis klinis koma dan ditandai oleh kerusakan otak yang berat pada distribusi fokal

Radiologi : infark atau perdarahan

Anoxia Diikuti koma

anoksia episode

Myoclonus dan atau kejang sering terlihat

Tanda Multifocal sign dengan ketidak sesuaian topis untuk anoxia

Riwayat henti janting

Atau sebab lain dari anoksia

Gejala klinis koma dengan atau tanpa myoclonus

Keracunan koma dengan hilangnya reflek batang otak tanpa tanda fokal

Riwayat substance ingestion

Gambaran klinik tidak spesifik Suspicion is key

Drug screen is critical Gangguan (disorder) Dapat dibedakan pada gejala klinis Penegakan diagnosis

Trauma Kepala koma setelah trauma kepala dengan atau tanpa gejala fokal

Fluktuasi status mental

Tanda trauma yg berlebihan

Tanda Klinis

Riwayat trauma kepala

radiologi : normal, contusion, edema, perdarahan Gangguan Metabolik Gangguan metabolik jarang

sebagai penyebab koma,lebih sering disebabkan

encephalopathy

Koma dengan batang otak intak

Dapat terjadi kejang

Hasil Lab abnormal : elektrolit, dll

Pencitraan dan hasil LAB ± menunjukkan penyebab lain- pikirkan penyebab lainnya

Diagnosisi Banding Koma

ADVANCED NEUROLOGY LIFE SUPPORT (ANLS) 23

PENYAKIT SIFAT & CIRI PENYAKIT PENEGAKAN DIAGNOSIS Sindrom Locked in

pada infark batang otak

Pasien immobile dan penampakan seperti koma

Pasien gerak mata vertical masih ada dan dapat dilakukan dengan kondisi ini.

Dapat berkomunikasi dengan pergerakan mata

Infark batang otak dapat terlihat di MRI/ CTscan Pseudocoma Tampilan klinis koma dengan

fungsi otak masih ada

Pasien dapat tidak mengetahui bahwa dirinya dalam keadaan pseudocoma

Tidak ada respon intestional

Pada pemeriksaan :

Dengan diangkat melewati kepala dan dilepas/

dijatuhkan kea rah wajah, pada keadaan pseudocoma lengan jatuh ke arah wajah

Normal EEG

Persistence

vegetative state Keadaan tidak sadar dengan respon refleks masih ada

Berbeda dengan koma oleh karena masih ada kemampuan berespon

Tampilan pasien seperti sadar/

tidur, tapi pada pemeriksaan pasien tidak dapat kontak dengan lingkungan, perintah dan situasi

Pemeriksaan klinis

Temuan respon batang otak thd rangsangan masih ada

Pencitraan dan Lab menunjukkan penyebab tidak responsif

Gambar Lesi Otak dan Pola Nafas

ADVANCED NEUROLOGY LIFE SUPPORT (ANLS)

24

ADVANCED NEUROLOGY LIFE SUPPORT (ANLS) 25 Gambaran pola nafas berdasarkan pada

berbagai area di otak

• Pernafasan Cheyne stokes

- Pada pola pernafasan ini terdapat periode hiperpnoe diselingi periode apnoe sekitar 10-20 detik.

- Disfungsi dari hemisphere kiri dan kanan (level diencephalic ).

- Mungkin pola pernafasan ini ditemukan pada saat selama pasien tidur , dimana pada saat tersebut terjadi reaksi / proses inhibisi yang luas pada hemisphere oleh karena tidur itu sendiri mencetuskan dan m e m p e r b e r a t m e k a n i s m e p r o s e s penekanan pada otak.

• Kerusakan pada kedua sisi proensephalon, bisa juga disebabkan proses gangguan metabolic seperti uremia, gangguan fungsi hati berat, atau infark bilateral atau lesi k a r e n a a d a n y a m a s s a p a d a proenchepalon dengan perubahan anatomi/ pergeseran pada diencephalon, pernafasan seperti ini perlu pernanganan segera.

• Mekanisme : relative hingga tidak abnormal terhadap respon pada ssp yg sensitif Co2

• Setelah konsentrasi CO turun hingga level 2

terendah hingga sampai terjadi stimulasi pusat pernafasan, fase apneu akan terus terjadi hingga CO terakumulasi dan 2

proses pernafasan berjalan kembali

• Hiperventilasi pada Central neurogenic – Muncul dan terdapat pada disfungsi

batang otak atau pons bagian atas.

– Pernafasan cepat antara 40-50x/mnt – PO2 meningkat lebih dari 70-80 mmHg.

– Jika level PO2 dibawah normal hipoxemia

– Penyakit jantung, paru, dan problem

metabolik dapat juga menyebabkan hiperventilasi.

• Pernafasan Apneustic

Lokasi di lesi bagian bawah pontine, didapat fase inspirasi yang memanjang dan berhenti

pada saat inspirasi maksimal/penuh.

• Pernafasan Cluster

Hanya signifikan pada kerusakan bagian bawah pontine, karakteristik kelainan ini hampir sama dengan pernafasan mendekati proses apnoe

• Pernafasan Ataxic

Kerusakan terjadi pada bagian bawah pontine atau masalah pada pusat pernafasan di medullar Polanya adalah chaotic dan haphazard dengan ketidakteraturan pada h e n t i n a f a s a d a n y a p e t u n j u k menghembuskan nafas dan akhirnya pernafasan dada.

DAFTAR PUSTAKA

1. Duus P : Topical Diagnosis in Neurology : anatomy, physiology, signs, symptoms, 3rd

edition, Stuttgart, New York, Thieme, 1983 2. Lindsay. K.W., Bone I., and Callander. R :

Neurology and Neurosurgery Illustrated, Churchill Livingstone, 1 edition, Edinburg, st

London, 1988

3. Chusid JP : Correlative Neuroanatomy and Functional Neurology, 17 edition, Maruzen th

Asia, 1979

4. Narayan RK, Wilberger JE, Povlishock JT : Neurotrauma, Mc Graw Hill, 1996

5. Greenberg MS : Handbook of Neurosurgery, 5 edition, Thieme, 2001th

ADVANCED NEUROLOGY LIFE SUPPORT (ANLS)

26

MANAJEMEN PENINGGIAN