• Tidak ada hasil yang ditemukan

GENERALISIR HANYA DILAKUKAN OLEH ORANG

Dalam dokumen buku tutorial berpikir benar irwansyah (Halaman 135-140)

24

Generalisir Hanya Dilakukan Oleh Orang Yang Kehilangan Akal

Photo by Manuel Cosentino on Unsplash Kalo kita cek KBBI, generalisir itu artinya menyamaratakan.

Asalnya dari bahasa Inggris yaitu General yang artinya umum.

Generalisir itu mudah banget, ga pake akal pun bisa.

Tekniknya adalah lu ambil satu sampel dari populasi, terus lu nilai sampel tersebut dan nilai tersebut lu kasih ke populasi.

GENERALISIR HANYA

Contohnya ada orang yang pake jaket ojek online yang ngelakuin kejahatan, kemudian menyimpulkan kalo semua ojek online itu adalah orang jahat. Bahkan, andai berapa banyak pun orang yang pake jaket ojek online itu ngelakuin kejahatan, tetep ga bisa disimpulkan kalo mereka adalah populasi orang jahat. Karena pada dasarnya, aturan komunitas tersebut adalah ngelakuin kegiatan yang baik yaitu sebagai tukang ojek, orang jahat dalam komunitas itu tidak merepresentasikan populasi tersebut. Maraknya kasus intoleransi antar umat beragama pun karena hasil generalisir. Kalo udah ada kebencian, asal sedikit kontra aja pasti langsung auto menuduh kalo agama yang berseberangan itu ga bener. Sebut aja masalah wanita kristen yang bawa anjing ke masjid di Sentul. Ga sedikit komentar netizen yang keluar dari konteks masalah, yang disalahin adalah agama kristennya, minoritasnya dan segala hal yang berkaitan dengan “kekafiran”. Padahal konteks masalah tersebut juga bukan karena dia sengaja mau melecehkan masjid, ada masalah pribadi antara dia dengan orang yang di dalam masjid. Gw ga ngebela si wanita itu, gw cuma mau ngasih penjelasan kalo kita harus menelaah sesuatu itu berdasarkan konteks yang terjadi. Lagi pula, dari sekian banyaknya orang Kristen di Indonesia, apakah mereka ngelakuin hal yang serupa dengan wanita tersebut? Kan engga.

Kalo cuma masalah anjing masuk masjid, ya tinggal dicuci aja sejadahnya, di kitab fiqih juga udah dijelasin tata cara basuh najis sesuai tingkatannya, ada level ringan, sedang hingga berat. Jadi ya santai aja gitu hidup beragama ini. Jangan

jadikan agama sebagai tameng dangkalnya pemikiran kita, karena nanti kalo sedikit-sedikit ngegas, bilangnya perintah agama. Orang yang kagetan dalam beragama itu karena minimnya pemahaman dia pada agamanya sendiri. Gw nulis ini karena gw peduli dengan para penganut agama Islam. Gw ga mau hanya karena sebagian oknum “sumbu pendek” malah bikin seakan-akan ajaran Islam ini keras dan radikal. Jauh dari tuntunan Nabi yang bilang kalo Islam ini rahmat bagi seluruh alam. Ga mungkin kita bisa bawa rahmat dengan strategi marah-marah, ga bisa, mustahil.

Ada juga kasus seperti ini,

"Islam klo minoritas, pasti ditindas. Liat aja d Kashmir India, Rohingya Myanmar, Uighur China."

Kalimat ini biasanya diucapkan oleh golongan kanan. Jangan suka bilang gitu di negara yang kita bangun bersama. Kalo kita sama-sama tau diri di mana kita tinggal, kayanya hidup santai aja. Misalnya muslim yang hidup d daerah Manado, mereka minoritas tapi Alhamdulillah baik-baik aja.

Jangan menilai sesuatu hanya karena beberapa sampel negatif yang jumlahnya lebih sedikit dibanding sampel positif yang jumlahnya lebih besar dalam populasi. Buktinya, di negara- negara Eropa yang mayoritas Kristen, Islam itu agama minoritas tapi dilindungi negara kok. Klo masalah penindasan di kalimat pertama kebetulan mereka apes aja punya pemerintah yang ga memihak mereka. Dan jangan lupa juga,

kisah hijrah pertama para sahabat nabi itu ke daerah Etiopia yg penguasanya Kristen, mereka dilindungi di sana, ga ada masalah. Bahkan saat raja dikompori oleh Amru bin ash (delegasi kafir Quraisy), raja malah membela kaum muslim untuk tetap tinggal di negaranya selama mereka mau.

Golongan kiri juga biasanya mengambil perannya sebagai anti tesa dari golongan kanan. Padahal, para liberalis ini logikanya ga lebih baik juga dari golongan kanan. Dan sayangnya, liberalis di Indonesia ini masih kurang kaffah (menyeluruh), mereka biasa disebut dengan golongan libtard atau singkatan dari liberalis retard, ga seperti di Eropa atau Amerika sana.

Liberalis itu sebenernya membebaskan diri dan orang lain sesuai hak asasi masing-masing. Masalahnya, di Indonesia ini masih banyak liberalis yang nyinyir terkait hukum syariat seperti poligami, hijab, cadar dan ajaran lainnya. Liberalis sejati itu harusnya membebaskan orang lain sesuai pilihan mereka, selama ga mengganggu dirinya. Orang lain mau pakai cadar, ya terserah dia, mau pake rok mini, ya terserah dia, mau poligami ya terserah dia.

Ada contoh terakhir dari bab ini yang mau gw kasih.

Takut pada orang Islam hanya karena banyaknya teroris di Indonesia yang beragama Islam pun disebut generalisir.

Jangankan di Indonesia, di negara barat yang disebut maju pun sama. Mereka takut pada Islam karena banyak media yang beritakan orang Islam itu teroris. Padahal, andaikan asumsi itu

benar, harusnya berbagai orang di luar agama Islam yang hidup di negara-negara Arab itu udah tewas semua. Nyatanya kan itu ga terjadi. Generalisir ga muncul dari suatu ajaran tertentu, tapi dari pola pikir seseorang yang dipengaruhi oleh faktor internal ataupun eksternal. Oknum yang melakukan generalisir akan selalu muncul dari komunitas apapun dan manapun.

Selain karena kebencian, generalisir juga bisa datang karena dukungan yang berlebih terhadap suatu objek. Misalnya ada influencer yang suka badword dan toxic21, lalu dia nyumbang untuk orang miskin. Para pendukungnya seketika berkicau “tuh liat... dia udah banyak nyumbang. Lah lu bisanya ngejelekin dia doang”.

Tanggapan gw: Heh palkon... gw kasih tau ya, kegiatan baik yang dia lakuin itu bukan serta merta jadi legalitas kegiatan buruk yang lebih banyak dia lakuin.

21 Ngomong kasar dan punya perilaku ga baik

25

Merendahkan Orang Lain

Photo by Robin Canfield on Unsplash Saat kita merendahkan orang lain, hakikatnya kita sedang merendahkan diri kita sendiri di hadapan orang tersebut.

Karena pada akhirnya mereka akan tau akhlak buruk yang kita miliki. Kita memang punya tujuan untuk mengalahkan dia di hadapan banyak orang, tapi karena pengetahuan kita yang

MERENDAHKAN ORANG

Dalam dokumen buku tutorial berpikir benar irwansyah (Halaman 135-140)