• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE ILMIAH, KEHARUSAN DALAM BERARGUMENTASI

Dalam dokumen buku tutorial berpikir benar irwansyah (Halaman 65-72)

9

M

etode Ilmiah, Keharusan Dalam Berargumen

Photo by Joe Gardner on Unsplash Gw menolak percaya beberapa teori konspirasi, bumi datar dan lain sebagainya bukan karena pernyataan mereka yang salah, bisa jadi pernyataan tersebut benar adanya. Sama seperti saat gw nolak meyakini zodiak atau membaca sifat berdasarkan

METODE ILMIAH, KEHARUSAN

golongan darah, bukan berarti hasilnya salah, bisa jadi bener.

Karena yang jadi konteks bahasan bukan hasilnya. Tapi metode apa yang dipakai saat menjalankan prosesnya? Bagaimana penjelasan ilmiahnya? Bagaimana perjalanan data tersebut dari awal hingga akhirnya menjadi suatu pengetahuan. Sampai saat ini (contohnya) teori bumi datar, hanya dugaan-dugaan yang berasal dari fenomena sekitar. Yang namanya dugaan bisa menghasilkan kesimpulan lainnya juga kan? Misalnya saat mereka membantah teori bentuk bumi bulat, artinya bukan berarti bentuk bumi itu datar, bisa jadi kerucut, kubus, piramid atau bentuk lainnya. Seperti halnya mereka ga percaya satelit mengorbit, padahal udah jelas Elon Musk mengorbitkan satelit beberapa kali ke luar angkasa untuk proyek internet satelitnya yang disebut dengan Starlink. FYI, sebenernya proyek internet satelit ini bukan tujuan akhir dia, bahkan ini adalah proyek pendahuluan. Tujuan utamanya adalah bikin koloni di planet Mars. Dia pengen manusia bisa tinggal di sana. Dia bikin proyek Starlink agar semua tempat di dunia ini bisa dapet sinyal internet tanpa terkecuali. Konsepnya adalah dia luncurin sebanyak 12.000 satelit (update terbaru SpaceX minta izin untuk luncurin 42.000 satelit) ke luar angkasa, mengelilingi bumi, saling terhubung satu sama lain. Saat ini (update Desember 2019) udah ada 120 satelit yang diluncurin ke luar angkasa oleh SpaceX, diangkut pake roket Falcon 9 dan berhasil mengorbit di atas bumi. Setelah selesai misi, roket Falcon 9 itu mendarat lagi di laut atlantik, bisa dipake ulang kalo mau kirim satelit lagi. Keren sumpah ini Elon Musk.

Contoh lain, coronavirus adalah buatan manusia, bukan virus yang nyebar secara alami. Benarkah teori itu? Sebelum kita percaya, kita harus uji dulu asal mula data tersebut didapatkan.

Mereka (para penganut teori konspirasi) bilang ada sebuah video yang dituduh sebagai simulasi covid-19 pada 18 oktober 2019, 2 bulan sebelum covid-19 muncul dan nyebar di Wuhan, China. Memang betul, video tersebut adalah simulasi coronavirus, tapi bukan virus covid-19. Kita harus tahu kalo covid-19 adalah salah satu virus dari keluarga coronavirus, bukan satu-satunya. Karena ada SARS dan MERS yang sebelumnya udah nyebar di dunia. Simulasi itu dilakukan rutin oleh Center for Health Security bareng beberapa lembaga lainnya, salah satunya adalah Gates Foundation, yayasan amal milik Bill Gates. Nah, ini juga yang jadi penyebab kecurigaan kalo covid-19 adalah hasil buatan laboratorium Gates Foundation. Nyatanya, kalo emang simulasi tersebut adalah simulasi covid-19, kenapa videonya sangat mudah diakses bahkan sudah di-publish di Youtube? Harusnya kan sembunyi- sembunyi. Jawabannya, karena emang ini adalah acara rutin.

Ini buktinya kalo para penganut teori konspirasi itu senang dengan hal yang sifatnya dugaan, ga punya referensi yang kredibel. Sekalinya pake referensi kredibel, cuma ngambil artikel yang mereka mau doang.

Ada juga teori yang bilang kalo covid-19 itu hasil dari uji coba laboratorium. Benarkah? Untuk menguji teori ini, kita ga usah buktiin kalo covid-19 bukan dari lab, kita cukup buktiin kalo

covid-19 ini emang bener mutasi genetik secara alami, sehingga teori yang serupa akan runtuh dengan sendirinya.

Ada begitu banyak hipotesis yang bahas asal mula SARS-CoV- 210, tapi dari sekian banyak hipotesis itu ga ada yang bahas kalo virus ini asalnya dari buatan manusia. Mereka Cuma berdebat terkait apakah virus ini bermutasi dalam tubuh manusia, atau udah bermutasi di inang hewan sebelum mengenai manusia. Artinya ga ada pilihan/kemungkinan mutasi genetik buatan dari hipotesis-hipotesis tersebut.

Sebenernya ada banyak penjelasan yang bisa gw kutip di sini, tapi dua juga cukup kayanya untuk meruntuhkan teori-teori konspirasi tersebut,

1. Coronavirus kelelawar kemungkinan menginfeksi hewan perantara seperti trenggiling. Professor Edward Holmes (ahli virologi evolusi di University of Sidney) bilang kalo penemuan virus terkait dengan SARS-CoV-2 yang terdapat pada trenggiling membuktikan kalo virus ini ga diciptain manusia.

Bahkan profesor Nigel McMillan bilang perubahan genetik pada virus ini dapat ditemukan pada dua coronavirus lain dari kelelawar dan trenggiling, keduanya adalah sumber host (inang). Terakhir beliau bilang kalo ga ada laboratorium yang bisa bikin mutasi genetik seperti itu.

2. Pernyataan Coronavirus berasal dari laboratorium Wuhan itu sama sekali ga berdasar. SARS-CoV-2 punya kerabat terdekat

10 Nama virus dari covid-19

dengan virus kelelawar yang bernama RaTG13, disimpan di Provinsi Yunnan bukan di institut virologi Wuhan. Artinya, kalo laboratorium itu bocor maka yang kena duluan adalah daerah Yunnan bukan Wuhan. Selain itu, tingkat perbedaan urutan genom antara SARS-CoV-2 dan RaTG13 setara dengan rata-rata 50 tahun (atau mungkin 20 tahun) perubahan evolusioner. Maksudnya, untuk mengubah mutasi genetik di antara kedua virus tersebut agar sama/sesuai, butuh waktu setidaknya 20 tahun untuk berevolusi.

Para ilmuwan yang berjuang keras meneliti virus ini bukanlah orang sembarangan, mereka yang memiliki rekam jejak puluhan tahun dalam bidang tersebut. Mereka pun sama dengan kita, pengen tahu asal mula virus tersebut. Bedanya, mereka melakukan riset dengan metode ilmiah sehingga semakin dekat dengan kebenaran. Ibarat hansel and gretel yang ngikutin setiap batu yang mereka lempar saat dibawa oleh orang tuanya untuk dibuang ke hutan. Jadi, saat tersesat di hutan mereka tinggal ikutin batu-batu tersebut satu persatu sehingga bisa sampe ke rumahnya lagi.

Walaupun bukti dan hasil riset udah bilang kalo virus covid-19 ini bukan buatan, tapi para penganut teori konspirasi ga bakal puas karena mereka bilang itu juga hasil dugaan. Padahal, dugaan orang awam seperti kita ga bisa dibandingkan dengan dugaan para pakar/ilmuwan yang memang ahli di bidangnya.

Lagi pula, kalo semua orang memiliki dugaannya masing- masing, apa yang kita bisa harapkan dari ilmu pengetahuan?

Apa yang jadi sandaran kebenaran? Apa yang akan diwariskan untuk masa depan? Bagaimana caranya para penerus melanjutkan hasil kerja kita?

Para penganut teori konspirasi juga sering mendebat kita dengan mengatakan “kalian terlalu memakan segala sesuatu tanpa menyaringnya. Seakan-akan semua informasi yang kalian dapatkan itu benar adanya”.

Begini penjelasannya... Sejak sekolah kita dikasih informasi kalau 1+1=2. Betul memang, kita menelan informasi itu tanpa menyaringnya, karena kita masih belajar, kita juga masih kecil.

Kalo dikasih tau langsung penjelasan ilmiahnya, banyak anak muntah-muntah dan drop out dari sekolah. Tapi bukan berarti informasi tersebut salah, ada waktu yang tepat untuk memahaminya. Faktanya, 1+1=2 itu benar adanya. Kita bisa buktikan secara ilmiah dengan memisahkan dua apel di keranjang A, dan dua apel di keranjang B. Kemudian kita gabungkan keduanya d keranjang C. Hasilnya ada 4 apel.

Itulah kenapa kita butuh metode ilmiah. Metode ini punya sifat rasional, argumentatif, bisa dijadikan bukti valid, bisa dijadikan landasan keyakinan, menerima kritik dan revisi. Ga seperti keyakinan penganut konspirasi yangt ga punya ruang berdebat untuk orang lain. Ya gimana mau berdebat, hal yang diperdebatkannya aja ga valid, dugaan, hanya sebatas katanya.

Itu lah juga kenapa hasil riset mereka ga bisa masuk jurnal penelitian ilmiah. Kerancuan berpikir mereka pun bersumber dari narasi peneliti yang ga kredibel. Padahal, kredibilitas

adalah suatu keharusan dalam dunia sains / ilmiah. Mereka mudah percaya dengan visualisasi video konspirasi tanpa tahu siapa orang yang bikin narasinya dan apa latar belakang pendidikan orang tersebut. Sederhananya, sidang skripsi kita ga bakal sah saat disidang oleh para penguji yang bukan dari bidangnya, karena mereka adalah penanggung jawab kalo ada kesalahan atau keanehan dari hasil skripsi kita. Makanya gw pernah bilang, terkutuklah para mahasiswa yang mempercayai teori-teori konspirasi berdasarkan video-video yang sumber narasinya ga jelas dan kredibilitas orang di belakangnya dipertanyakan.

Referensi:

centerforhealthsecurity.org/event201/videos.html

https://www.scimex.org/newsfeed/expert-reaction-did-CoVid- 19-come-from-a-lab-in-wuhan

https://www.nytimes.com/2020/04/17/technology/bill-gates- virus-conspiracy-theories.html

https://leelabvirus.host/CoVid19/origins-part3

https://www.sciencealert.com/the-new-coronavirus-could- have-been-percolating-innocently-in-humans-for-years https://www.sciencealert.com/here-s-what-scientists-think-of- the-coronavirus-was-made-in-a-lab-rumour

https://www.nature.com/articles/s41591-020-0820-9

10

Jangan Berpegangan Pada Data Outlier

Photo by Spencer Backman on Unsplash Gw pernah baca hasil penelitian dari Smeru Research Institute:

mayoritas anak yang lahir dari keluarga miskin, saat dewasa akan miskin juga. Ekspresi gw saat baca hasil riset ini biasa aja sih karena ya emang kenyataannya kaya gitu. Kita ini suka

JANGAN BERPEGANGAN

Dalam dokumen buku tutorial berpikir benar irwansyah (Halaman 65-72)