20
berargumen, kemudian mencoba untuk menyangkalnya dengan cara menyerang pribadi atau posisi lawan debat.
Ada 15 kecacatan logika yang biasa ditemui dalam kehidupan sehari-hari, kita bahas satu persatunya14.
1. Ad Hominem, ini kesalahan berlogika yang sangat sering dilakukan. Dia tidak mendebat konteks argumen, malah menyerang pribadi lawannya. Menurutnya, pendapat lawannya tidak valid karena sosok pembawanya yang tidak kredibel. Ada dua jenis ad hominem, yaitu Abuse dan Sirkumstansial. Abuse itu menyerang pribadi lawan debat, kalo Sirkumstansial menyerang lingkungan atau keyakinan lawan debat.
Contoh Ad hominem Abuse, “ah kamu masih kecil, tau apa sih masalah ginian”. Orang tersebut tidak membantah argumen, malah menyerang pribadi lawannya yang umurnya di bawah dia. Padahal ga ada urusan antara umur dan pengetahuan. Ada orang yang umurnya masih muda lebih cerdas dari pada yang lebih tua. Contoh Ad hominem Sirkumstansial “kalo bukan orang Islam, ga usah ngomong tentang agama Islam”.
Pengetahuan tentang agama Islam bisa diperoleh siapa saja walaupun orang tersebut non muslim. Bukannya menyangkal argumen, malah membahas keyakinan lawan debatnya.
14 Kalian bisa cek contoh lain juga di sini
https://ariobimoutomo.com/2019/09/21/15-tipe-kesalahan-berlogika-dan- cara-mendeteksinya/
2. Argument from consequences, kesalahan berpikir ini terjadi ketika seseorang mendukung atau menentang suatu pernyataan dengan cara memanfaatkan akibat dari pernyataan tersebut. Misalnya ada pernyataan “para ahli kesehatan setuju bahwa merokok adalah perbuatan yang dapat merusak kesehatan diri”, lalu ada orang yang menyanggah dengan kalimat “rokok itu memberikan pajak pendapatan cukai untuk negara sangat besar. Kalo ga ada rokok maka negara akan bangkrut. Sehingga merokok dapat menyelamatkan negara”.
3. Strawman (Boneka Jerami), kesalahan berpikir tipe ini paling ngeselin untuk dihadapi. Kalo ad hominem itu masih mending karena pribadi kita yang diserang, beda halnya dengan Strawman yang fungsinya memelintir pernyataan kita, lalu dia mencoba untuk menyerang argumen hasil pelintiran dia seolah-olah dia menang debat. Misalnya kita punya pernyataan “Pemerintah akan menghukum siapapun yang melawan hukum. Mau dia orang biasa, pejabat bahkan ulama sekalipun.”, lalu ada yang bantah dengan mengatakan “oh jadi lu dukung pemerintah mengkriminalisasi ulama? Wah parah.
Hidup lu ga bakal berkah, munafik banget jadi orang”.
Nah ini contoh dari strawman, pihak pembantah argumen kehilangan konteks untuk menyangkal argumen, malah memelintir pernyataan sesuai dengan kehendaknya lalu mendebat bagian yang sudah dia pelintir itu.
4. Appeal to irrelevant authority, kesalahan berpikir jenis ini sebenernya hampir bisa dikatakan mendekati kebenaran seandainya orang tersebut tidak salah menyandarkan pendapatnya. Dalam kecacatan berpikir jenis ini, seseorang mencoba untuk menyandarkan pendapatnya pada orang lain (sebut saja si A) namun si A ini ga punya otoritas dalam bidang tersebut. Misalnya
“saya didiagnosis punya penyakit usus buntu oleh seorang kuli bangunan.” Atau “kata guru agama saya, matahari mengelilingi bumi bukan sebaliknya”.
5. Slippery Slop, merupakan kesalahan berlogika saat kita beranggapan bahwa suatu hal kecil bisa memiliki efek domino yang sangat besar. Kenapa hal ini bisa masuk ke dalam kesalahan berlogika? Karena orang tersebut mengasumsikan kondisi-kondisi ekstrim yang akan terjadi walaupun tanpa adanya landasan yang valid di balik itu. Contohnya, “Suku A adalah minoritas di negara ini. Hari ini mereka minta kesetaraan hak, besok mereka minta hak yang lebih dari kaum mayoritas, besoknya lagi mereka bisa jadi minta hak yang lebih lagi, akhirnya mereka menindas kita dan kita jadi minoritas. Makanya, jangan kasih suku A kesetaraan hak”.
Slippery Slop memang sering digunakan untuk menakut-nakuti atau membawa terror pada orang lain.
Kalo contoh di atas ga mau dibilang kesalahan
berlogika, tinggal kasih hubungan antara kalimat- kalimat tersebut.
6. Red Herring, kesalahan berlogika jenis ini muncul karena pembantah tidak menyangkal argumen sama sekali, malah memunculkan pernyataan baru yang ga ada hubungannya dengan yang sedang dibahas.
Misalnya “Lihatlah banyak warga Palestina yang tewas ditembaki zionis, kita dukung dana untuk mereka”, lalu pembantah menjawab “jangan lupa kalo di negara ini juga banyak yang masih kesusahan”. Saat kita membahas dukungan terhadap rakyat Palestina, bukan berarti kita sedang mengabaikan rakyat negeri sendiri, itu beda urusan.
7. False Dichotomy, kesalahan berlogika jenis ini muncul karena adanya anggapan bahwa hanya ada dua kemungkinan, mengabaikan segala kemungkinan yang dapat terjadi. Contohnya banyak banget seperti “kalo ngeritik pemerintah berarti kadrun”, “kamu kok ga belajar, pasti maen game”, lebih baik nikah muda dari pada zina” dan masih banyak contoh lain yang sejenis.
Ini salah satu kesalahan berlogika yang sangat mudah dipahami.
8. Tu Quoque, merupakan bahasa latin yang artinya
“kamu juga begitu”. Untuk memenangkan argumennya, dia mengajak kita sesuai dengan yang diinginkannya.
Misalnya kita bilang “heh ga boleh pacaran, dilarang dalam agama”, lalu pembantah menjawab “lu juga dulu
suka pacaran”. Pembantah bukannya menyangkal argumen kita malah mencoba untuk mengajak kita sesuai dengan asumsi dia. Andai kita juga pernah pacaran, hal itu ga membatalkan pendapat kita kalo pacaran itu dilarang dalam agama.
9. No True Scotsman, artinya bukan golongan kami.
Kesalahan berlogika ini muncul karena seseorang mencoba untuk berpegang pada generalisasi sekuat mungkin, saat ada contoh yang berlawanan dengan pegangannya, dia mementahkan atau mengecualikan hal tersebut. Contohnya gini “partai kami anti korupsi”, lalu kita bilang “kemaren anggota partainya kena OTT KPK”, lalu orang tersebut jawab “oh kalo itu bukan anggota partai kami”. Metode cuci tangan seperti ini sangat mudah dilakukan apa lagi kalo partai tersebut sedang berkuasa. Menara Pisa adalah suatu kesalahan konstruksi, tapi semua orang bangga dengan itu. Karena ia diperkenalkan sebagai satu keajaiban. Begitulah jika kebohongan dilakukan berulang kali. Ia akan dianggap sebagai suatu kebenaran.
10. Anecdotal, merupakan kesalahan berlogika ketika kita berargumen dengan pengalaman pribadi untuk menyangkal suatu argumen, bukan dengan data yang valid. Contohnya “Anak saya ga diimunisasi tapi kebal virus cacar kok”, atau “Gw sering merokok tapi ga kena penyakit” dan masih banyak lagi contoh lainnya yang bisa ditambahkan sendiri. Kedua contoh tersebut dapat
dikatakan bukan kesalahan logika kalo kita bisa bawa bukti yang menunjukkan tidak adanya hubungan antara imunisasi dan wabah virus cacar, bukan hanya karena anaknya sehat ga kena cacar.
11. Personal incredulity, kesalahan berlogika jenis ini ada karena kita menganggap sesuatu tidak mungkin terjadi hanya karena sulit dipahami. Contohnya “ga mungkin itu pesulap bisa terbang, pasti pake sihir”, atau “ga mungkinlah manusia bisa ke luar angkasa dan memotret bumi, pasti itu cuma efek CGI”. Orang tersebut sulit memahami mekanisme yang terjadi pada suatu fenomena sehingga mencari jalan pintas untuk menyangkal hal tersebut. Beberapa teori konspirasi berawal dari sini.
12. Burden of Proof, merupakan kesalahan berlogika saat seseorang memindahkan beban pembuktian pada orang yang menerima klaim kita. Contohnya “di kehidupan sebelumnya, gw seorang raja di daerah mesir. Percaya ga?”, lalu kita jawab “gw ga percaya lah”, kemudian dia jawab “buktiin aja kalo gw salah. Bisa ga? Ga bisa kan? Berarti gw bener dong”. Harusnya orang tersebut yang membuktikan klaimnya, bukan kita. Saat kita ga mampu membuktikannya, bukan berarti klaim dia benar.
13. Appeal to popularity, menyerahkan kebenaran pada mayoritas. Kebenaran muncul karena banyak orang yang menganggapnya benar juga. Contohnya saat
ditilang, orang tersebut bilang “yang ga pake helm bukan saya aja pak. Itu yang lain juga ga pake helm”, atau banyak orang yang bilang bumi itu datar, jadi people power ga mungkin salah”.
14. False cause, kesalahan berlogika ini muncul akibat mengasosiasikan sesuatu teradap hal yang sama sekali tidak berkaitan. Misalnya ada yang bilang “lu tau ga pohon itu angker banget, kita menanggapi “tau dari mana bro?”, dia jawab “kemaren ada yang lewat situ besoknya meninggal”. Contoh seperti ini disebut dengan cocoklogi, karena mengaitkan sesuatu pada hal yang tidak berkaitan. Dari sekian banyak orang yang melewati pohon tersebut, lalu hanya karena satu orang yang besoknya meninggal, itu tidak bisa dijadikan bukti valid kalau meninggalnya orang tadi terkait dengan angkernya pohon tersebut.
15. Circular reasoning, kesalahan berlogika jenis ini muncul ketika mulai argumen dengan suatu pernyataan, lalu pernyataan tersebut kita gunakan sebagai kesimpulan di akhir. Misalnya ada yang bilang “cewek selalu benar”, kita jawab “tau dari mana bro?”, dia bilang “karena cewek bilang gitu bro”, kita jawab lagi
“kalo cewek itu ngelakuin kesalahan gimana?”, dia jawab lagi “cewek ga pernah salah bro”. Pada contoh tersebut, orang tadi tidak berusaha untuk membuktikan validnya pernyataan dia, tapi hanya mengulang
pernyataan tersebut dan menjadikannya sebagai kesimpulan dalam berargumen.
Seluruh kesalahan berlogika yang udah dibahas di atas sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari, cuma kadang kita ga tau nama dari kesalahan berlogika tersebut. Kalo udah paham jenis—jenisnya, semoga terhindar dari kesalahan berlogika seperti itu dan bisa membantah mereka (yang menggunakan salah satunya) dengan argumen yang valid, bukan malah ikut- ikutan hanya karena terburu-buru ingin mengalahkan lawan debat.