• Tidak ada hasil yang ditemukan

39

Bukan Ga Punya Waktu, Tapi Ga Nyempetin Waktu

Photo by Chris Ried on Unsplash Sekitar tahun 2009, umur gw berarti 17 tahun. Saat itu HP mana ada WhatsApp. Sinyal h+ aja udah syukur banget, malah banyakan simbol E nya. Download apapun pasti ke waptrick (kalian yang hidup zaman ini pasti tau tentang website ini).

BUKAN GA PUNYA WAKTU,

Mau nyari ebook susahnya minta ampun, banyak yang berbayar. Jangankan buka YouTube buat nyari tutorial, Facebook aja pake 0.facebook.com biar ringan32.

Untuk baca buku, gw rela nunggu perpustakaan dirapiin.

Karena gw ga punya duit sepeser pun untuk sewa buku. Saat perpustakaan dirapiin, biasanya ada buku-buku yang dianggap kadaluarsa. Dan gw ambil buku-buku tersebut yang warna kertasnya udah kuning dan memudar, kalo lembarnya dikibas dikit langsung copot dari covernya. Ga peduli judul, buku apapun itu gw bakal ambil.

Karena waktu itu belum kerja dan cuma numpang tidur di pesantren, ada beberapa buku yang bisa tamat dalam satu kali duduk di majlis. Hampir tiap hari terus kaya gitu. Sebenernya di majlis ada etalase buku untuk dijual, tapi etalasenya dikunci.

Biar gw bisa baca buku-buku itu, gw inisiatif jualan buku tiap ada kegiatan besar d majlis. Gw jejerin buku-buku itu di atas meja, sambil duduk, gw bacain isinya. Ga laku, ga apa-apa. Ga digaji, gapapa. Yang penting tujuan gw tercapai. Baca buku.

Itu aja.

Andai waktu itu udah ada wifi di majlis, mungkin gw jauh lebih cerdas dari yang sekarang. Karena saat buku bacaan gw abis, gw cuma bisa ngulang-ngulang buku yang ada. Kalo pengen buku baru, gw harus nunggu perpustakaan dibersihin lagi.

32 Mengakses situs facebook dengan link itu akan menyebabkan tidak munculnya semua foto dan gambar.

Di semester 3, gw kerja di toko buku. Gajinya jauh d bawah UMR. Tapi kenapa gw mau? Karena gw punya target yaitu bisa baca buku yang banyak di sana. Gw anggap hobi yang dibayar. Bahkan gw kadang jadi reviewer buku kalo ada calon konsumen nanya buku apa yang bagus buat dibaca. Tapi imbasnya gw suka dimarahin atasan karena suka lebih fokus baca dibanding tugas jagain buku. Ya gimana lagi, kenikmatan baca buku itu bikin gw seakan-akan masuk ke dunia sendiri.

Malemnya gw kuliah, terus kaya gitu sampe satu tahun. Andai waktu itu akses edukasi di internet banyak banget, dan kecepatan internet seperti sekarang, mungkin gw udah download ratusan buku PDF dan nonton berbagai video edukasi yang bisa nambah pengetahuan.

Tahun 2020, kalian yang masih umur belasan tahun, dengan kecepatan internet 4G, dengan akses edukasi gratis, dengan banyaknya sumber daya yang bisa diakses di internet, tapi ternyata yang kalian lakuin malah komentar di akun orang yang ga kalian kenal dan report akun tersebut sampe akun itu ilang. Kalian malah ribut masalah hobi, kalian ribut lagu indi vs metal, kalian ribut kpop vs anime, kalian ribut idol dihina, kalian ribut masalah-masalah seperti itu. Betapa bermanfaatnya semua yang kalian ributkan. Betapa bermanfaatnya waktu luang kalian. Betapa banyaknya waktu luang kalian sehingga bisa mengurusi hal-hal seperti itu. Betapa tingginya kecerdasan yang kalian dapatkan setelah membahas hal-hal itu.

Kita coba kembali pada masa beberapa puluh tahun sebelumnya, sebut saja Imam nawawi yang meninggal di usia 40 tahunan, bahkan beliau belum sempat menikah. Tapi tahukah kalian kalo beliau mengarang kitab begitu banyaknya?

Bahkan beliau jadi salah satu ulama mazhab syafi’i yang punya kedudukan sangat tinggi. Berikut kitab karangan beliau,

1. Al Minhaj bi Sharh Sahih Muslim (ملسم حيحص حرش), 2. Riyadh as-Saaliheen (نيحلاصلا ضاير);

3. Al-Majmu' sharh al-Muhadhdhab (بذهملا حرش عومجملا), 4. Minhaj al-Talibin (يعفاشلا ماملإا هقف يف نيتفملا ةدمعو نيبلاطلا جاهنم), 5. Tahdhib al-Asma wa'l-Lughat (ءامسلأا بيذهت),

6. Taqrib al-Taisir (ريذنلا ريشبلا ننس ةفرعمل ريسيتلاو بيرقتلا), 7. Al-Arbaʿīn al-Nawawiyya (ةيوونلا نوعبرلأا)

8. Ma Tamas ilayhi hajat al-Qari li Saheeh al-Bukhaari ( سمت ام يراخـبلا حيحـصل يراقلا ةجاس هيلإ)

9. Tahrir al-Tanbih (هيبنتلا ريرحت)

10. Kitab al-Adhkar (راربلأا ديس ملاك نم ةبختنملا راكذلأا);

11. Al-Tibyan fi adab Hamalat al-Quran ( ةلمس بادآ يف نايبتلا نآرقلا)

12. Adab al-fatwa wa al-Mufti wa al-Mustafti ( يتفملاو ىوتفلا بادآ يتفتسملاو)

13. al-Tarkhis fi al-Qiyam ( لهح نم ةيزملاو لضفلا يوذل مايقلاب صيخرتلا ملاسلإا)

14. Manasik (كسانملا يف حاضيلإا نتم) 15. Sharh Sunan Abu Dawood 16. Sharh Sahih al-Bukhari 17. Mukhtasar at-Tirmidhi 18. Tabaqat ash-Shafi'iyah 19. Rawdhat al-Talibeen 20. Bustan al-`arifin

Kitab-kitab yang disebutkan di atas bahkan ada yang berjilid- jilid. Belum lagi catatan-catatan beliau yang dimusnahkan oleh muridnya atas perintah beliau karena khawatir adanya kesalahan dalam catatan tersebut. Belum lagi kitab-kitab yang belum selesai ditulis oleh beliau.

Coba kita bagi umur tersebut. Untuk belajar membutuhkan lebih dari 20 tahun, berarti sisa 20 tahun. Beliau juga mengajar.

Jika sehari adalah 24 jam, dikurangi mengajar, shalat fardhu, shalat sunnah, makan, mandi, buang air, menerima tamu, dan lain-lain. Dalam sehari, sisa berapa jam untuk mengarang kitab sebanyak itu? Belum lagi saat menulis, harus dicek apakah hadits ini shahih atau tidak, bagaimana pendapat ulama lain tentang kasus tersebut, pendapat ulama manakah yang dianggap unggul dalam kasus tersebut, kenapa ulama itu mengunggulkan pendapat ini? dalilnya apa? di kitab apa? dan

lain sebagainya. Itu semua harus dicek bukan? Bagaimana mungkin waktu 24 jam dapat menampung itu semua?

Jika menggunakan hitungan matematis, tidak akan masuk akal.

Inilah yang disebut oleh guru gw, bahwa para ulama itu memiliki jumlah waktu berbeda dari kebanyakan orang lain.

Seperti yang dikatakan enstein tentang teori relativitas waktu.

Contoh: si A dan si B dalam waktu yang sama (1 jam) dan keadaan yg berbeda. Si A sedang menunggu temannya. Si B sedang maen game online. Menurut si A, waktu 1 jam begitu lama saat menunggu. Lain halnya dengan si B, waktu 1 jam begitu singkat.

Begitupun para ulama dahulu, teori relativitas waktunya berada pada kualitas (baca: keberkahan)nya, bukan pada kuantitas waktunya.

Pertanyaannya sekarang adalah berapa umur kita sekarang?

bagaimana dengan kualitas waktu kita sehari-hari ini?

Pertanyaan paling utama adalah, apa yang telah dihasilkan dari umur kita yang sudah lewat?

Tidak usah dijawab, ratapi saja diri kita masing-masing.

Karena ternyata kita bukan ga punya waktu, tapi ga menyempatkan waktu.

40

Dalam dokumen buku tutorial berpikir benar irwansyah (Halaman 190-196)