• Tidak ada hasil yang ditemukan

Imbuhan meng- n dan meng-

Dalam dokumen Bahasa dan Sastra - Indonesia (Halaman 93-96)

B. Pola bergerak

6.2 Imbuhan meng- n dan meng-

Bentuklah kelompok diskusi, setiap kelompok 46 orang, ke- mudian ikuti tahapan berikut ini:

1. Carilah dua artikel yang bertema ketenagakerjaan!

2. Setiap anggota kelompok se- cara berpasangan membaca artikel tersebut dengan teknik membaca cepat untuk mencari ide pokok. Satu orang membaca dan satu yang lain mengamati.

3. Setelah selesai membaca, diskusikan ide pokok yang ditemukan.

4. Tuliskan hasil diskusi dalam bentuk tabel!

1. Tentukan makna imbuhan meng-kan dan meng-i pada tiap kalimat berikut ! a. Adik sedang membukai al-

bum.

b. Siapa yang merusakkan pa- gar ini?

c. Kedua anak itu sedang me- nandatangani surat per- nyataan.

d. Kami sedang menomori meja peserta ujian.

e. Panitia akan mendatangkan penyanyi terkenal pada acara ini.

2. Pakailah kata-kata berim- buhan meng-kan atau meng-i di bawah ini untuk menyusun sebuah kalimat, lalu tentukan makna im- buhan tersebut!

a. mengatakan b. mengatai c. mengambilkan d. mengambili e. menyamakan f. menyejahterakan g. menandatangani h. meniduri i. memetikkan Rupanya David membawakansaya bingkisan khusus.

b. Kausatif

1. Menyebabkan seseorang atau sesuatu tindakan seperti yang disebutkan pada kata dasarnya. Contoh:

Pemerintahmendatangkanpaha ayam dari Amerika.

2. Menyebabkan seseorang atau sesuatu menjadi seperti yang disebutkan pada kata dasarnya. Contoh:

Sebaiknya kamu membetulkankonsep ini sebelum kamu ajukan ke gurumu!

3. Menyebabkan jadi atau menganggap sebagai apa yang disebut kata dasarnya. Contoh:

Sebaiknya kita jangan terlalumendewakanuang.

4. Membawa ke tempat yang disebut pada kata dasarnya. Contoh:

Perusahan itu memejahijaukansalah satu karyawannya karena memakai sandal bolong.

6.2.3 Makna Imbuhan meng-

Makna imbuhan meng-i dibedakan menjadi imbuhan bermakna kuantitatif, berarti memberi, dan berhubungan dengan tempat.

a. Kuantitatif

Melakukan sesuatu atau tindakan yang berulang-ulang seperti yang disebutkan oleh kata dasarnya. Contoh:

Merekamemukulipencopet itu.

b. Memberi

Melakukan tindakan memberi kepada seseorang atau sesuatu seperti yang disebutkan oleh kata dasarnya. Contoh:

Percuma saja, perbuatanmu itu bagaikan menggarami laut.

c. Tempat

Melakukan tindakan terhadap orang atau sesuatu yang ber- hubungan dengan tempat seperti yang disebutkan oleh kata dasarnya. Contoh:

Teguh mendatangirumah pacarnya.

d. Kausatif Contoh:

Air matanya telah membasahipipinya yang merah.

Mitos Keka aan

Siapa di antara Anda yang tidak ingin menjadi kaya? Kaya di sini tentu saja dalam artian memiliki aset yang lebih dari cukup, baik itu aset likuid maupun nonlikuid. Tapi, sebagian dari Anda boleh jadi akan menjawab bahwa kekayaan bukan hal penting.

Yang terpenting adalah bagaimana bisa hidup bahagia.

Untuk tidak terjebak pada makna kekayaan, baik dalam pandangan yang menganggap kekayaan adalah segalanya dan juga sebaliknya, tidak salah jika kita cermati beberapa mitos yang mengemukakan dalam masyarakat berkaitan dengan uang atau pun kekayaan.

Pertama, uang tidak pernah cukup, maka harus dikejar terus.

Mitos ini salah kaprah, karena pada galibnya uang selalu cukup sepanjang kita tahu bagaimana memanfaatkan dan mengelolanya.

Untuk mengelola uang sehingga bisa bertumbuh dan menjadi cukup, selayaknya setiap orang memililiki perencanaan bagaimana mencari dan menggunakan uang.

Salah satu cara yang paling sederhana adalah menentukan lebih dulu berapa uang yang Anda perlukan untuk memenuhi kebu- tuhan primer, sekunder, dan tersier. Memang, tingkat kehidupan yang Anda inginkan harus ditetapkan dahulu.

Setelah itu, Anda tentu akan mencari penghasilan. Di sini yang perlu Anda pastikan bukan mencari penghasilan sebesar-besarnya, melainkan bagaimana Anda memiliki kemampuan menghasilkan uang secara langgeng dan mampu memenuhi kebutuhan hidup Anda.

Jadi, bukan bagaimana mencari uang sebanyak-banyak- nya,melainkan mengkondisikan keadaan sehingga Anda memiliki uang yang cukup secara langgeng. Konkretnya, buat apa Anda memiliki uang dalam jumlah besar, kalau beberapa saat kemudian uang tersebut habis. Jauh lebih baik jika Anda memiliki uang cukup, namun terus berkelanjutan.

Kedua, jika memiliki uang, orang dapat memenuhi semua keinginannya. Ini juga keliru. Tidak semua hal di dunia ini bisa dibeli dengan uang. Hal-hal yang menyangkut “rasa” di hati, kerap tidak terkait dengan uang. Kalau pun ada yang mencoba mem- beli, sifatnya artifisial dan hanya sementara. Jadi, kalau pada dasarnya memang tidak bahagia, maka kendati memiliki uang berkarung-karung tetap saja tidak bahagia.

Oleh karena itu, jangan pernah berpikir uang merupakan satu- satunya cara mencapai tujuan hidup Anda. Atau di sisi lain, jika Anda masih merasa belum mampu mendapatkan dalam jumlah memadai, bukan berarti kiamat. Berapa pun uang Anda, sebenarnya, tetap cukup, sepanjang Anda mau melakukan penyesuaian.

Ketiga, uang perlu dicari agar bisa pensiun segera dan tidak perlu bekerja lagi. Ini juga tidak terlalu tepat. Bekerja dan mencari uang adalah dua hal berbeda. Artinya, jika mencintai pekerjaan WACANA A

1. Bentuklah kelompok! Setiap kelompok 3—4 siswa.

2. Datalah kata-kata yang berim- buhan meng-kan dan meng-i dariWACANA A dan tentukan pula maknanya! Tuliskan dalam bentuk tabel seperti TABEL B sesudah wacana!

3. Buatlah paragraf yang mengan- dung 5 kata berim-buhan meng- kan!

4. Buatlah paragraf yang mengan- dung 5 kata berimbuhan meng-i!

Gbr. 6.3

Banyaknya uang yang dimiliki, dapat mengukur kekayaan

seseorang

GPM doc.

dan mendapatkan makna hidup di situ, mengapa mesti pensiun? Dengan kata lain, bekerja tidak selalu identik demi uang. Akan tetapi, jika peker- jaan Anda hanya memberi beban hidup, kendati menghasilkan banyak uang, untuk apa Anda lanjut- kan? Pekerjaan dan uang itu mungkin sudah tidak bisa dinikmati lagi.

Di sisi lain, jika Anda merasa klop dengan pekerjaan, kendati uang yang dihasilkan tidak terlalu banyak, namun bisa memberi kelang- gengan, sebaiknya Anda berpikir dua kali soal uang. Hal yang penting, penghasilan Anda mema- dai, dalam arti dapat memenuhi kebutuhan Anda dalam jangka panjang, bahkan sampai pensiun.

Keempat, untuk menjadi kaya harus berpen- didikan tinggi. Mitos ini ada benarnya, tetapi tidak seratus persen. Realitasnya, kita melihat banyak orang tidak berpendidikan tinggi, tetapi memiliki aset sangat besar. Sebaliknya, tidak sedikit ka- langan memiliki latar pendidikan tinggi, tetapi hidup serba kekurangan. Yang benar adalah bagai- mana memanfaatkan pendidikan tinggi yang dimiliki untuk bekerja atau memilih pekerjaan sesuai dengan minat dan memberikan penghasilan memadai.

Kelima, jika berhasil memiliki uang lebih banyak, akan lebih besar kesempatan menabung.

Ini benar-benar pelecehan, sebab menabung bisa

dilakukan pada jumlah berapa pun. Menabung tidak bergantung pada besarnya pendapatan, tetapi lebih pada kemauan. Lebih dari itu, kebia- saan banyak orang, semakin tinggi pendapatan maka semakin besar pula pengeluaran.

Selain kelima hal tersebut, masih banyak mi- tos lain berkaitan dengan uang dan kekayaan yang berkembang di masyarakat. Namun, lepas apakah ada yang percaya dan terpengaruh atau tidak, intinya sebagian mitos tersebut tidak berdasar.

Oleh karena itu, ada baiknya Anda mengubah para- digma dan menjadikan mitos sebagai referensi mencari kekayaan.

Hal yang utama, tentukan kembali tujuan hidup Anda. Kalau Anda tidak punya tujuan hidup, buat apa hidup? Tentu saja tujuan hidup setiap orang berbeda dan setiap orang berhak menen- tukan tujuan hidup masing-masing.

Untuk mencapai tujuan hidup tersebut, siapa pun selayaknya memiliki perencanaan. Lazimnya, salah satu bagian dari tujuan hidup adalah me- miliki tujuan keuangan, sekaligus membuat pe- rencanaan. Dalam kaitan perencanaan keuangan inilah Anda mesti mampu menghindarkan diri dari mitos-mitos keuangan. Elvyn G Masassya, “Praktisi Keuangan”

Sumber:Kompas, 6 Februari 2005

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

No Kata berimbuhan

meng-kan dan meng-i Kalimat Makna imbuhan

1.

2.

3.

4.

5.

TABEL B

Dalam dokumen Bahasa dan Sastra - Indonesia (Halaman 93-96)