• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Teori Belajar terhadap Pembelajaran

Dalam dokumen Strategi pembelajaran inovatif (Halaman 42-49)

meningkatkan kemampuan pendidik, mereka harus memiliki

8 Andy Carvin. 1986. Trends in Education Reform.

22

dasar empiris yang kuat untuk mendukung profesi mereka sebagai pengajar. Kenyataan yang ada, kurikulum yang selama ini diajarkan di sekolah menengah kurang mampu mempersiapkan peserta didik untuk masuk ke perguruan tinggi. Kemudian kurangnya pemahaman akan pentingnya relevansi pendidikan untuk mengatasi masalah-masalah sosial dan budaya, serta bagaimana bentuk pengajaran untuk peserta didik dengan beragam kemampuan intelektual9.

a. Teori Behaviorisme

Teori behaviorisme dengan model hubungan S-R mendudukkan peserta didik sebagai individu yang pasif.

Respon atau perilaku tertentu yang diharapkan diraih dengan menggunakanmetode drill atau pembiasan semata. Teori ini sampai saat ini masih merajai praktik dunia pendidikan di Indonesia, dari usia dini sampai perguruan tinggi, metode mengajar dengan cara drill untuk pembiasaan disertai dengan reinforcement dan hukuman masih sering dilakukan.

Dalam proses belajar mengajar peserta didik dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pengajar. Oleh karena itu, kurikulum dikembangkan secara terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus diraih oleh peserta didik. Dalam penilaian (asesmen) hasil belajar, peserta didik hanya diukur pada hal-hal yang nyata, misalnya hasil tes tulis, hasil uji kinerja yang dapat diamati (observable), sehingga hal-hal yang tidak teramati

9 Nurhadi, Teori Belajar dan Pembelajaran Kognitivistik. (Program Magister Pasca Sarjana (Pps) Prodi Pendidikan Agama Islam UIN Sutan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, 2018), hlm.132.

23

seperti sikap, minat, bakat, motivasi dan sebagainya kurang dijangkau oleh penilaian. Thorndike kemudian merumuskan peran yang harus dilakukan guru dalam proses

pembelajaran, yaitu10:

1) Membentuk kebiasaan peserta didik. Jangan berharap kebiasaan itu akan terbentuk dengan sendirinya

2) Berhati hati jangan smpai membentuk kebiasaan yang nantinya harus diubah. Karena mengubah kebiasaan yang telah terbentuk adalah hal yang sangat sulit.

3) Jangan membentuk dua atau lebih kebiasaan, jika satu kebiasaan saja sudah cukup

4) Bentuklah kebiasaan dengan cara yang sesuai dengan bagaimana kebiasaan itu akan digunakan.

Behaviorisme sering diterapkan oleh guru yang menyukai pemberian hadiah (reward) dan hukuman (punishment) terhadap perilaku peserta didik. Kecuali itu behaviorisme memang memiliki kekuatan dalam perencanaan dan penilaian pembelajaran. Pada jaman modern ini, aplikasi teori behavioristik berkembang pada pembelajaran dengan powerpoint dan multimedia.

b. Teori Kognitivisme

Dalam pembelajaran, menemukan tujuan belajar, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavioristik. Kebebasan dan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi peserta didik. Sedangkan

10 Schunk, Dale. H., Learning Theories: An Educational Perspectives, 6th. Edition.

(New York: Pearson Education Inc., 2012), hlm. 102.

24

kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut11:

1) Peserta didik bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berfikirnya.Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.

2) Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik terutama jika mendengarkan benda- benda kongrit.

3) Keterlibatan peserta didik secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan peserta didik maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.

4) Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah memiliki si belajar.

5) Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.

6) Belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar mneghafal.

7) Adanya perbedaan individual pada diri peserta didik pelu diperhatikan karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik.

c. Teori Konstruktivisme

Paradigma konstruktivisme memandang peserta didik sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu meskipun kemampuan awal tersebut

11Budiningsih, Asri., Belajar dan pembelajaran…..hlm. 125.

25

masih sangat sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat guru, sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan.

1) Guru atau pendidik berperan membantu agar proses mengkonstruksi pengetahuan oleh peserta didik berjalan lancar.

2) Guru hanya membantu peserta didik untuk membentuk pengetahuannya sendiri.

3) Guru dituntut lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang peserta didik dalam belaajar.

4) Guru tidak dapat mengklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan kemauannya.

5) Guru harus merencanakan kurikulum yang berkembang sesuai dengan peningkatan logika anak dan pertumbuhan konseptual anak.

6) guru harus lebih menekankan pentingnya peran pengalaman bagi anak, atau interaksi anak dengan lingkungan di sekelilingnya. Misalnya guru harus mencermati peran penting konsep-konsep fundamental, seperti kelestarian objek-objek, serta permainan-permainan yang menunjang struktur kognitif.

d. Pengalaman Pembelajaran berdasarkan Teori Belajar

Untuk belajar terdapat kapasitas yang diperoleh pembelajar dari berbagai pola tingkah laku yang hampir- hampir tidak ada batasnya. Oleh karena itu, tugas teori belajar adalah mengenali asas-asas yang dapat menjelaskan hakikat belajar pada manusia yang kompleks dalam segala

26

keragamannya. Melalui belajar diperoleh berbagai keterampilan, pengetahuan dan sikap serta nilai, karena itu belajar akan menghasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan, yang oleh Gagne disebut sebagai kapabilitas.

Kapabilitas diperoleh seseorang dari (1) stimulus yang berasal dari lingkungan, (2) proses kognitif yang dilakukan oleh si belajar.

Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan antara variabel-variabel yang menentukan hasil belajar, dan bagaimana seseorang belajar. Teori belajar selalu mengungkapkan hubungan antara kegiatan, si belajar dengan proses-proses psikologis, serta fenomena dalam diri si belajar.

Dalam kegiatan belajar, yang dapat diamati yaitu adanya perubahan pada pengetahuan, keterampilan ataupun sikap, merupakan kriteria atau ukuran pembelajaran12.

Brunner (1964) telah meletakkan landasan tentang perbedaan teori belajar dan teori pembelajaran. Menurut Brunner, teori belajar adalah deskriptif, sedangkan teori pembelajaran adalah preskriptif. Jadi teori belajar mendeskripsikan terjadinya proses belajar, sedangkan teori pembelajaran mempreskripsikan strategi atau metode pembelajaran optimal agar terjadinya proses belajar. Gleser (1976), tokoh ini menekankan pentingnya ilmu penghubung (linking science) antar teori belajar dan praktik pembelajaran dan mengemukakan perlunya ilmu merancang pembelajaran (a design science) untuk memperbaiki kualitas pembelajaran..

12 Gagne. R.M. The Condition of Learning 3rd edition. (New York: Holt Rinehart and Winston Inc., 1977), hlm.100.

27

Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan diantara variabel-variabel yang menentukan hasil belajar dan menaruh perhatian pada bagaimana seseorang belajar. Sedangkan teori pembelajaran sebaliknya menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi perbuatan belajar. Dengan kata lain, teori pembelajaran berurusan dengan upaya mengontrol variabel-variabel yang dispesifikasi dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar. Teori pembelajaran mengungkapkan hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan proses-proses psikologis dalam diri si pembelajar, sedangkan teori belajar mengungkapkan hubungan antara kegiatan si pembelajar dengan proses-proses psikologis dalam diri si belajar. Teori pembelajar mengungkapkan hubungan antar fenomena-fenomena yang ada dalam diri si belajar.

Pengalaman belajar perlu dirumuskan, sebagai acuan bagi guru dalam mengembangkan strategi atau metode pembelajaran. Pengalaman belajar dapat diperoleh melalui berbagai macam aktivitas dan kegiatan secara fisik dan mental baik di kelas maupun di luar kelas. Pengalaman belajar dalam kelas dapat dilakukan oleh peserta didik melalui interaksi antara peserta didik dengan objek / sumber belajar, sesuai dengan uraian materi pembelajaran yang tela dirumuskan.

Bentuknya berupa mendengarkan materi, membaca, menyimpulkan materi, diskusi kelompok, praktek laboratorium, dan lain sebagainya.

Sedangkan pengalaman belajar di luar kelas, dapat diperoleh peserta didik melalui kegiatan peserta didik dalam berinteraksi dengan objek atau sumber belajar seperti proses observasi, mengamati aktivitas sosial keagamaan masyarakat, memperhatikan alam sekitar. Pada mata pelajaran sains

28

pengalaman belajar dapat dikemas dalam bentuk mengamati ragam macam tumbuhan, makhluk hidup, sesuai dengan karakteristik habitatnya. Pada ilmu sosial biasa juga diperoleh melalui pengamatan pada perdagangan di pasar tradisional dan pasar modern, interaksi sosial antar komunitas seagama/berbeda agama, praktik kebudayaan masyarakat, praktik pelaksanaan suatu aturan hukum dan lain sebagainya.

Dalam dokumen Strategi pembelajaran inovatif (Halaman 42-49)