• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Efektif

Dalam dokumen Strategi pembelajaran inovatif (Halaman 58-71)

37

38

Pembelajaran yang efektif tidak terlepas dari peran guru yang efektif, kondisi pembelajaran yang efektif, keterlibatan peserta didik, dan sumber/lingkungan belajar yang mendukung. Berdasarkan kondisi tersebut, pada kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran dan kegiatan membangkitkan motivasi belajar bagi peserta didik. Aktivitas lain yang dilakukan pada kegiatan pendahuluan adalah aprepsi, yakni mengecek pemahaman awal peserta didik agar mereka “siap” menerima informasi atauu keterampilan baru.

Pada umumnya, peserta didik dapat menyerap materi pembelajaran secara efektif jika pelajaran diterapkan dalam kondisi nyata yang dialami oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip belajar tentu akan membantu kita dalam memperoleh pedoman yang jelas selama proses belajar. Selain itu juga dapat membuat kita relatif lebih mudah dan lebih cepat berhasil dalam belajar. Kemudian jika berpedoman pada prinsip-prinsip belajar berikut tentu akan menemukan metode belajar yang efektif. Prinsip-prinsip belajar yang dimaksud sebagai berikut29 :

1) Belajar harus Berorientasi pada Tujuan yang Jelas

Dengan menetapkan suatu tujuan yang jelas, setiap orang akan dapat mennetukan arah dan juga tahap-tahap belajar yang harus dilalui dalam mencapai tujuan belajar.

Kemudian, dengan adanya tujuan belajar yang jelas,

29 Hakim, Thursan, Belajar Secara Efektif. (Jakarta: Puspa Swara, 2005), hlm.

76.

39

keberhasilan seseorang dapat dilihat dari sejauh mana ia mampu mencapai tujuan belajarnya itu.

2) Proses Belajar akan Terjadi bila Seseorang Dihadapkan pada Situasi Problematis

Sesuatu yang bersifat problematis (mengandung masalah dengan tingkat kesulitan), akan merangsang sesorang untuk berpikir dalam memecahkannya. Semakin sulit masalah atau problem yang dihadapi sesorang makan akan semakin berusaha keras orang tersebut berpikir untuk menyelesaikannya. Sesuatu yang bersifat problematik tentu memerlukan pemahaman yang mendalam untuk dapat dipecahkan. Oleh sebab itu, setiap guru yang baik tentu akan menghadapkan muridnya pada situasi yang mengandung problematis sesering mungkin.

3) Belajar dengan Pemahaman akan Lebih Bermakna daripada Belajar dengan Hafalan

Belajar dengan pemahaman akan lebih memungkin seseorang untuk lebih berhasil dalam menerapkan dan mengembangkan segala hal yang sudah dipelajari dan dimengerti. Sebaliknya, belajar dengan hafalan hanya tampak dalam kemampuan mengingat pelajaran atau materi itu saja yang berakibat pada jika suatu materi yang dipelajari sanngat banyak maka kemampuan dalam menerapkan atau mengembangkannya menjadi suatu pemikiran baru atau yang lebih bermanfaat akan kurang dibandingkan dengan metode memahami.

4) Belajar Merupakan Proses yang Kontinu

40

Belajar merupakan suatu proses yang membutuhkan waktu dan manusia memiliki keterbatasan dalam menyerap ilmu dalam jumlah banyak secara sekaligus. Oleh karena itu, belajar harus dilakukan secara kontinu di dalam jadwal waktu tertentu dengan jumlah materi yang sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Hal ini hampir sama dengan kemampuan perut dalam menyerap makanan sebanyak Sembilan piring;

untuk jadwal normal tentu kita memerlukan waktu tiga hari dengan jadwal makan tiga kali sehari. Kita tidak akan mungkin memakasn nasi sebanyak sembilan piring dalam waktu yang sama yang bisa membuat kita tahan lapar dalam waktu 3 hari. Begitu dengan belajar.

Sangat perlu diketahui bahwa belajar secara continue walaupun sedikit, akan jauh lebih baik dan bermanaat daripada belajar banyak dalam waktu satu malam seklaigus. Prinsip ini berlaku untuk proses belajar dengan hafalan, pengertian, ataupun keterampilan.

5) Belajar Memerlukan Kemauan yang Kuat

Keberhasilan dalam bidang apapun memerlukan kemauan yang kuat. Hal yang sering menjadi masalah adalah bagaimana membuat kemauan belajar itu kuat dan stabil. Bukankah kemauan belajar seseorang itu sering kali menjadi semakin lemah dan membuat ia malas belajar.

Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus kembali pada prinsip belajar yang pertama, yaitu belajar harus mempunyai tujuan yang jelas. Untuk memiliki kemauan belajar yang kuat, yang terutama harus kita lakukan adalah menetapkan tujuan yang jelas sebelum memuilih bidang

41

studi tertentu untuk dipelajari. Tujuan yang jelas dan benar-benar diingini seseorang, akan menyebabkan orang tersebut selalu berusaha untuk belajar dengan rajin agar apa yang menjadi tujuannya itu tercapai.

Untuk lebih memperjelas pengertian di atas, berikut ini kami berikan sebuah contoh. Orang yang berjalan kaki dengan arah tujuan yang jelas, tentu saja kemauannya untuk berjalan akan lebih kuat dan pasti daripada orang lain yang berjalan kaki hanya untuk luntang lantung tanpa tujuan yang pasti.

b. Hakikat Pembelajaran Efektif

Belajar pada hakikatnya merupakan suatu usaha, suatu proses perubahan yang terjadi pada individu sebagai hasil dari pengalaman atau hasil dari pengalaman interaksi dengan lingkungannya30. Belajar dimaknai sebagai proses perubahan perilaku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku terhadap hasil belajar bersifat continiu, fungsional, positif, aktif, dan terarah.

Proses perubahan tingkah laku dapat terjadi dalam berbagai kondisi berdasarkan penjelasan dari para ahli pendidikan dan psikologi. Adapun pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik, dengan bahan pelajaran, metode penyampaian, strategi pembelajaran, dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar31.

30 Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian ke 3. Pendidikan Disiplin Ilmu. (Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan: Universitas Pendidikan Indonesia. 2007), hlm. 78.

31 Pane A. & Dasopang, M. D., Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta. PT.

Graha, 2017), hlm.115.

42

Sedangkan hakikat pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka. Pembelajaran efektif juga akan melatih dan menanamkan sikap demokratis bagi peserta didik. pembelajaran efektif juga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga memberikan kreatifitas peserta didik untuk mampu belajar dengan potensi yang sudah mereka miliki yaitu dengan memberikan kebebasan dalam melaksanakan pembelajaran dengan cara belajarnya sendiri. Di dalam menempuh dan mewujudkan tujuan pembelajaran yang efektif maka perlu dilakukan sebuah cara agar proses pembelajaran yang diinginkan tercapai yaitu dengan cara belajar efektif. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif perlu adanya bimbingan dari guru32.

Efektivitas pembelajaran juga menjadi ukuran bagi semua guru untuk melihat keberhasilannya dalam melaksanakan tugas profesionalnya sebagai guru. Aspek efektivitas pembelajaran merupakan kriteria penting dalam setiap pembelajaran yakni tercapainya tujuan pembelajaran.

Tujuan yang diinginkan dalam pembelajaran itu mencakup penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan sebagai bahan

32 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 1995), hlm.97.

43

ajar, tetapi juga pembentukan keterampilan/kemampuan belajar yang lebih efektif dan efisien (belajar bagaimana belajar), bahkan pembentukan kemampuan meta-kognisi (kemampuan pengendalian proses kognitif itu sendiri).

Efektivitas pembelajaran tampak pada perubahan perilaku (kognitif/afektif,psikomotorik) yang relatif tetap seperti yang ditetapkan sebagai tujuan pembelajaran/

indikator/kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Pencapaian tujuan pembelajaran itu haruslah di dalam latar pencapaian tujuan pendidikan yang lebih umum (seperti yang ditetapkan dalam Tujuan Umum Pendidikan Nasional). Secara khusus efektivitas pembelajaran dapat dilihat seberapa jauh kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum yang diberlakukan di sekolah tersebut dapat tercapai, atau kompetensi lulusan seperti yang ditetapkan dalam standar kompetensi lulusan.

Pembelajaran yang efektif, sesungguhnya bukan sesuatu yang mudah dan sederhana. Pembelajaran yang efektif, bukan hanya masalah tercapainya seluruh tujuan khusus pembelajaran. Banyak aspek yang terlibat di dalamnya. Kita nampaknya sepaham bahwa sebagian besar kajian atau literature menyatakan pembelajaran yang efektif itu merupakan suatu proses yang benar-benar kompleks33. Pembelajaran efektif sesungguhnya terkait dengan aspek- aspek pembelajaran dan seberapa kemampuan guru menentukan suatu pengalaman belajar yang mengarah pada

33 Mc. Gregor, D. Developing Thinking, Developing Learning. (New York:

McGraw-Hill. 2007), hlm. 121.

44

pencapaian hasil (belajar) yang diharapkan. Agar supaya hal ini bisa terwujud, maka setiap peserta didik harus dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran.

Pembelajarann yang efektif itu mencakup dua hal pokok, yaitu waktu belajar aktif ‘active learning time’ dan kualitas pembelajaran ‘quality of instruction’. Hal yang pertama berkenaan dengan jumlah waktu yang dicurahkan oleh peserta didik selama dalam pelajaran berlangsung. Bagaimana para peserta didik terlibat dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Hal yang kedua berkaitan dengan kualitas aktual belajar itu sendiri. Artinya, bagaimana proses atau interaksi pembelajaran dapat berlangsung antara guru-peserta didik, peserta didik-peserta didik dan peserta didik-sumber belajar. Oleh karena itu pembelajaran yang berkualitas merupakan hasil dari pembelajaran yang efektif yang terjadi selama proses pembelajaran34.

c. Karakteristik Pembelajaran Efektif

Pembelajaran dapat efektif apabila mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan sesuai dengan indikator pencapaian. Untuk mengetahui bagaimana memperoleh hasil yang efektif dalam proses pembelajaran, maka sangat penting untuk mengetahui ciri-cirinya. Adapun karakteristik pembelajaran yang efektif dapat diketahui sebagai berikut35 : 1) Belajar secara aktif baik mental maupun fisik. Aktif secara

mental ditunjukkan dengan mengembangkan kemampuan

34 Kyriacou, Chris. Effective Teaching: Theory and Practice. Third Edition Delta Place, Cheltenham. (UK : Nelson Thornes Ltd. 2009), hlm. 147.

35 Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya…hlm. 86.

45

intelektualnya, kemampuan berfikir kritis. Dan secara fisik, misalnya menyusun intisari pelajaran, membuat peta dan lainlain.

2) Metode yang bervariasi, sehingga mudah menarik perhatian peserta didik dan kelas menjadi hidup

3) Motivasi guru terhadap pembelajaran di kelas. Semakin tinggi motivasi seorang guru akan mendorong peserta didik untuk giat dalam belajar.

4) Suasana demokratis di sekolah, yakni dengan menciptakan lingkungan yang saling menghormati, dapat mengerti kebutuhan peserta didik, tenggang rasa, memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mandiri, menghargai pendapat orang lain.

5) Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata.

6) Interaksi belajar yang kondusif, dengan memberikan kebebasan untuk mencari sendiri, sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar pada pekerjaannya dan lebih percaya diri sehingga anak tidak menggantungkan pada diri orang lain.

7) Pemberian remedial dan diagnosa pada kesulitan belajar yang muncul, mencari faktor penyebab dan memberikan pengajaran remedial sebagai perbaikan.

d. Faktor yang Memengaruhi Keefektifan Belajar

1) Faktor Internal Peserta didik

46

Faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik terdiri dari dua aspek, Yaitu aspek fisiologis dan aspek psikologis36 :

a) Aspek Fisiologis

Kondisi kesehatan tubuh secara umum memengaruhi semangat daya konsentrasi belajar peserta didik dalam mengikuti pelajaran. Tubuh yang lemah dan mudah sakit dapat menurunkan kualitas kognitif peserta didik, sehingga materi pelajaran menjadi sulit dicerna. Selain kebugaran tubuh, kondisi organ. organ tubuh lainnya perlu mendapat perhatian, karena tingkat kesehatan indera pendengaran dan penglihatan sangat memengaruhi kemampuan peserta didik dalam menyerap informasi.

Faktor kelemahan fisik yang terdapat pada peserta didik yang dapat memengaruhi efektivitas pembelajaran, yaitu37: (1)Pusat susunan saraf tidak berkembang secara sempurna karena luka atau cacat atau sakit sehingga membaca gangguan yang cenderung menetap

(2) Pancaindera (mata, telinga, alat bicara) berkembang kurang sempurna, sehingga menyulitkan proses interaksi secara efektif:

(3) Ketidakseimbangan perkembangan dan reproduksi serta berfungsinya kelenjar tubuh, sehingga mengakibatkan kelainan perilaku dan gangguan emosional,

36 Hamzah B. Uno dan Nurdin Muhammad, Belajar Dengan Pendekatan.

PAILKEM (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2015), hlm. 132.

37Hamzah B. Uno dan Nurdin Muhammad, Belajar Dengan Pendekatan.

PAIKEM…hlm.117.

47

(4)Cacat tubuh atau pertumbuhan yang kurang sempurna, yang dapat mengakibatkan kurang percaya diri peserta didik,

(5) Penyakit menahun yang dapat mengakibatkan hambatan pada peserta didik dalam belajar secara optimal.

b) Aspek Psikologis

Banyak faktor psikologis yang dapat memengaruhi kuantitas dan kualitas pembelajaran yang dapat diperoleh peserta didik, yaitu:

(1) Tingkat Kecerdasan atau Intelegensi Peserta didik Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik yntuk mereaksi terhadap rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat38. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa intelegensi tidak semata-mata mengenai kualitas otak saja, tetapi juga kualitas organ tubuh lainnya, walau peran otak dalam hubungannya dengan integensi, lebih menonjol dibandingkan dengan organ tubuh lainnya karena otak sebagai menara mengontrol seluruh aktivitas manusia.

Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) berpengaruh terhadap keberhasilan belajar peserta didik. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi

38 Reber, AS. The Penguin Dictionary Of Psychology. (Ringwood Victoria:

Penguin Books Australia Ltd., 1988), hlm.154.

48

tingkat intelegensi peserta didik, maka semakin besar kemampuan peserta didik tersebut untuk mencapai hasil yang optimal. Intelegensi dianggap sebagai suatu norma umum dalam keberhasilan belajar. Intelegensi normal berada pada rentangan angka antara 85-115.

(2) Sikap Peserta didik

Sikap adalah gejala internal berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap suatu objek, baik yang berupa orang, barang, dan lain sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Kecenderungan tersebut dapat memberikan penilaian tentang sesuatu, yang mengakibatkan terjadinya sikap menerima, Menolak atau mengabaikan. Peserta didik memperoleh kesempatan belajar, namun ia dapat menerima, menolak atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut. Akibat dari penerimaan, penolakan, dan mengabaikan kesempatan belajar tersebut akan berpengaruh terhadap sikap belajarnya.

Peserta didik yang memiliki sikap yang positif terhadap pelajaran dan guru yang menyampaikan pelajaran merupakan suatu awal yang baik bagi proses pembelajaran selanjutnya.39.

(3) Bakat Peserta didik

Bakat adalah kemampuan potensial individu untuk mencapai keberhasila di masa yang akan

39 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. (Bandung.

:Remaja Rosdakarya, 1996), hlm. 102.

49

datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap ana memiliki bakat dalam arti berpotensi dalam mencapai prestasi sampj dengan tingkat tertentu sesuai dengan kapasitasnya masing-masing Dengan demikian secara umum bakat tersebut hampir sama dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sanga cerdas (superior) disebut juga dengan talented child atau anak berbakat40.

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah segala sesuatu yang berasal dari luar diri individu yang dapat mempengaruhi keefektifan belajar. Sesuatu yang berasal dari luar ini dapat di klasifikasikan menjadi lima, yaitu:

a) Lingkungan fisik antara lain terdiri atas: geografis, rumah, sekolah, pasar tempat permain, dan sebagainya.

b) Lingkungan psikis meliputi: aspirasi, harapan-harapan, cita-cita, dan masalah yang dihadapi.

c) Lingkungan personal meliputi: teman sebaya, orang tua, guru, tokoh masyarakat dan seterusnya.

d) Lingkungan nonpersonal di antaranya meliputi: rumah, peralatan, pepohonan, gunung, dan sebagainya.

e) Jika dilihat dari sudut kelembagaan dan pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar, lingkungan terdiri atas:

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.41

40 Uno & Mohammad, ….hlm.82

41 Karwono dan Heni Mularsih, Belajar dan Pembelajaran, (Depok : PT RajaGrafindo Persada, 2017), hlm. 50

50

Dalam dokumen Strategi pembelajaran inovatif (Halaman 58-71)