• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Pembelajaran Kooperatif

Dalam dokumen Strategi pembelajaran inovatif (Halaman 152-168)

131

mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka don interaksi pribadi.

4) Komunikasi antar anggota

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelaiar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi.

Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.

Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan untuk mengutarakan pendapat mereka.

Ada kalanya pembelajar perlu diberi tahu secara eksplisit mengenai cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana caranya menyanggah pendapat orang lain dengan mengajarka peserta didik beberapa ungkapan positif atau sanggahan dalam ungkapan yang lebih halus.

5) Evaluasi

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali melaksanakan pembelajaran kooperatif.

132

Diantaranya STAD (Student Teams Achievment Divisions), TGT (Team-Game-Turnament), dan Jigsaw.

a. STAD (Student Teams Achievment Divisions) 1) Pengantar tentang STAD

STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. STAD merupakan strategi pembelajaran kooperatif yang member tim yang berkemampuan majemuk latihan untuk mempelajarai konsep dan keahlian bersama para siswanya (Slavin,1995).86

2) Tahapan atau komponen STAD

STAD ini terdiri atas lima kompnen utama yaitu : a) Presentasi atau Penyajian Kelas

Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau didiskusikan dan pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya Presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-bena, berfokus pada unit STAD.

Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh

86 Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran ; Mengajarakan Konten dan Keterampilan Berpikir Edisi 6 (Jakarta : PT Indeks, 2016), hlm. 144

133

selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.

b) Menetapkan siswa dan kelompok

Kelompok terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakilj seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas.

Fungsi utama dari kelompok ini adalah memastikan bahwa semua anggota kelompok benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.

Setelah guru menyampaikan materinya, kelompok berkumpul untuk mempelajari lembar-kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalah bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota kelompok ada yang membuat kesalahan.

kelompok adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota kelompok melakukan yang terbaik untuk kelompok, dan kelompok pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.

kelompok ini memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam pembelajaran, dan itu adalah untuk memberikan perhatian dan respek yang mutual yang penting untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antar kelompok, rasa harga diri, penerimaan terhadap siswa-siswa mainstream.

134 c) Kuis

Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan prensentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik kelompok para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya.

b. Skor Kemajuan Individual

Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan nilai yang lebih baik daripada sebelumnya Tiap siswa dapat membenkan kontnbusi poin yang maksimal kepada kelompok nya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakulannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik Tiap siswa diberikan skor “awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengenakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.

Menurut Slavin perkembangan skor individu dihitung seperti tabel berikut :

Tabel 6. Perhitungan Perkembangan Skor Individu

No. Nilai Tes Skor

Perkembangan

135

1 Lebih dari 10 poin di bawah skor

dasar 0

2 10 ampai 1 poin di bawah skor dasar 10 3 Skor 0 sampai 10 poin di atas skor

dasar 20

4 Lebih dari 10 poin di atas skor di atas

skor dasar pekerjaan sempurna 30 Sedangkan untuk menghitung rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yakni menjumlahkan semuaskor perkembangan individu anggota kelompok, kemudian membagi sesuai jumlah anggota dalam kelompok tersebut. Rata-rata skor perkembangan kelompok dapat disesuaikan dengan tabel 6.

Tabel 7. Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok No. Rata-rata Skor Kualifikasi

1 0 ≤ N ≤ 5 -

2 6 ≤ N ≤ 15 Kelompok baik (Good team) 3 16 ≤ N ≤ 20 Kelompok baik sekali (Great team) 4 21 ≤ N ≤ 30 Kelompok istimewa (Super team)

c. Rekognisi Kelompok

Kelompok akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor kelompok siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka87.

87 Robert E. Slavin, Cooperative Learning : Teori, Riset, dan Praktik.

(Bandung : Penerbit Nusa Media, 2005), hlm. 125.

136

b. TGT (Team Games Tournament) 1) Pengantar tentang TGT

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT atau pertandingan permainan tim dikembangkan oleh David De Vries dan Keath Edward (1995). Pada model ini siswa memainkan permainan dengan anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka. TGT dapat digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran, day ilmu-ilmu eksak, ilmu sosial, maupun bahasa dari jenjang pendidikay dasar (SD, SMP) hingga perguruan tinggi: TGT sangat cocok untuk mengajar tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban benar. Meski demikian, TGT juga dapat diadaptasi untuk digunakan dengan tujuan yang dirumuskan dengan kurang tajam dengan menggunakan penilaian yang bersifat terbuka, misalnya esaj atau kinerja88

2) Langkah-langkah Pembelajaran TGT

Secara runut implementasi TGT terdiri atas empat komponen utama, yaitu :

a) Guru menyiapkan alat dan bahan, kartu soal dan lembar kerja siswa

b) Siswa dibagi atas beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 orang.

c) Guru mengarahkan aturan permainannya.

88 Trianto Ibnu Badar al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual (Jakarta : Kencana, 2015) hlm. 131-132

137

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut : a) Presentasi atau Penyajian Kelas

guru akan mengutarakan bahan materi ajar, esensi materi, manfaat pembelajaran, tujuan pembelajaran.

Pilih topik instruksional dan presentasikan kepada siswa. Ketika presentasi kelas, seluruh kelas dituntut untuk fokus menyimak agar materi bisa dimengerti dengan baik. Ini bisa menolong siswa agar pembelajaran selanjutnya dalam diskusi grup dan permainan game bisa lebih efektif dan efisien.

b) Kelompok (Teams)

pada TGT siswa ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Manfaat grup adalah untuk memahami materi lebih dalam dan menyiapkan mental setiap anggota grup agar lebih maksimal saat game dilaksanakan terutama dalam bekerja sama. Setelah guru seleai menyampaikan materi, kelompok berkumpul mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnyayang sudah disiapkan guru. Pada umumnya pembelajaran ini membutuhkan pembahasan permasalahan bersama, saling membandingkan jawaban serta menialai apabila ada kesalahan pemahaman anggota kelompok.

c) Permainan (Games)

Permainan diikuti oleh anggota kelompok dari masing-masing kelompok yang berbeda. Tujuan permainan ini untuk mengetahui apakah semua

138

anggota kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan berhubungan dengan materi yang telah di diskusikan dalam kegiatan kelompok.mayoritas permainan hanya berupa nomor pertanyaanyang ditulis pada lembar kertas yang sama Pada waktu kuis ini mereka tidak dapat saling membantu.

Seorang siswa akan mengambil satu kartu bernomor kemudian harus menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor yang tertulis dalam kartu tersebut. Siswa dari kelompok lain diperbolehkan untuk saling menantang jawaban masing-masing pemain (Taneradja, dkk., 2011)89

Aturan Permainan :

Dalam satu permainan terdiri dari : kelompok pembaca, kelompok penantang I, kelompok penantang II dan seterusnya untuk sejumlah kelompok yang ada. (1) Kelompok pembaca bertugas : Mengambil kartu bernomor dan mencari pertanyaan pada lembar permainan, Membaca pertanyaan dengan suara keras, serta Memberi jawaban. (2) Kelompok penantang pertama bertugas : menyetujui pembaca atau memberi jawaban yang berbeda. (3) Adapun kelompok penantang kedua memiliki tugas : Menyetujui pembaca atau memberi jawaban yang berbeda, Mengecek lembar jawaban.

d) Turnamen (Tournament)

89 Ponidi, dkk., Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. (Jakarta: Adab. 2021) hlm 34-35

139

Turnamen adalah sebuah struktur permainan gabungan, biasanya dilakukan di akhir minggu atau akhir bab, sesudah guru memberikan preentasi di kelas dan kelompok telah melaksanakan kerja secara berkelompok menggunakan lembar kegiatan.

Pada kegiatan turnamen pertama : guru menunjuk peserta didik agar berada pada meja turnamen dengan komposisi tiga peserta didik yang memiliki prestasi paling tinggipada meja 1, tiga peserta didik dengan prestasi berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Kompetisi yang homogen secara kemampuan akademik memungkinkan peserta didik dari seluruh tingkatan kinerja ebelumnya memberikan kontribusi maksimal untuk skor kelompok mereka.

Setelah turnamen pertama, peserta didik akan bertukar meja bergantung pada kinerja yang mereka peroleh pada turnamen terakhir. Pemenang pada tiap meja “naik tingkat” ke meja berikutnya yang lebih tinggi (mia=sal , dari meja 5 ke 4): skor tertinggi kedua tetap berada pada meja yang sama;

dan skor terendah “diturunkankan “.

140

Gambar 3. Pengaturan Turnamen

Sistem Penghitungan Poin Turnamen

Pada tahap ini skor siswa dibandingkan dengan rata-rata dari skor yang selalu mereka sendiri an poin diberikan berdasarkan pada seberapa jauh siswa menyamai atau melampaui prestasinya terdahulu. Poin tiap anggota tim dijumlahkan untuk mendapatkan skor tim dan tim yang mencapai criteria tertentu dapat diberi sertifikat atau hadiah yang lain.

Tabel 8. Perhitungan Poin Turnamen untuk 4 pemain Player No

Ties Tie for Top

Tie for Middle

Tie for Low

3-Way- Tie For Top

3-Way- Tie for Low

4-Wa y-Tie

Tie for Low &

High

Top 60 50 60 60 50 60 40 50

141 scorer

High middle scorer

40 50 40 40 50 30 40 50

Low middle scorer

30 30 40 30 50 30 40 30

Low scorer 20 20 20 20 30 30 40 30 Tabel 9. Perhitungan Poin Turnamen untuk 2 Pemain

Tabel 10. Kriteria Skor Penghargaan

e) Penghargaan (rekognition)

Kelompok akan mendapatkan penghargaan jika skor rata-rata bisa mencapai kriteria tertentu yang telah ditetapkan.

c. Jigsaw

1) Pengantar tentang Jigsaw

Jigsaw merupakan strategi pembelajaran diamana siswa secara individu menjadi pakar tentang sub-bagian atau topik dan mengajarkan sub-bagian itu kepada orang lain.

Jigsaw memiliki dua ciri utama : (a) Jigsaw dirancang

Player No Ties Tie

Top Scorer 60 40

Low Scorer 20 40

Kriteria

(Skor Rata-rata kelompo) Kategori

30-40 Good team

40-45 Great team

45-ke atas Super team

142

untuk mengajarkan bangunan pengetahuan sistematis (organized bodies knowledge). (b) Jigsaw mencakup satu elemen yaitu spesialisasi tugas (task specialization).

Jigsaw bisa digunakan untuk meningkatkan pemahaman tentang materi yang sudah tertulis sebelumnya, seperti buku teks siswa. Sebelum pembahasan kelas-utuh, setiap kelompok dapat berbagi kepakaran mereka tentang topik-topik ini di dalam kelompok kecil mereka.90

2) Langkah-langkah Pembelajaran Jigsaw

a) Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok, tiap kelompok anggotanya 5-6 orang.

b) Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub-bab.

c) Setiap anggota kelompok membaca sub-bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.

d) Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari subbab yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikannya

e) Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.

f) Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.

90 Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran…hlm.

137-138

143

g) Persyaratan lain yang diperlukan antara lain : (1) bahan kuis; (2) lembar kerja siswa (LKS); (3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)91

Jigsaw II

1) Pengantar tentang Jigsaw II

Jigsaw tipe II dikembangkan oleh Slavin dengan sedikit perbedaan. Dalam belajar kooperatif tipe Jigsaw, secara umum siswa dikelompokkan secara heterogen dalam kemampuan, siswa diberi materi yang baru atau pendalaman dari materi sebelumnya untuk dipelajari.

Masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi ahli (expert) pada suatu aspek tertentu dari materi tersebut. Setelah membaca dan mempelajari materi, “ahli” dari kelompok berbeda berkumpul untuk mendiskusikan topik yang sama dari kelompok lain sampai mereka menjadi “ahli” di konsep yang pelajari.

Kemudian kembali ke kelompok semula untuk mengajarkan topik yang mereka kuasai kepada teman sekelompoknya. Terakhir diberikan tes atau asesmen yang lain pada semua topik yang diberikan. Ada perbedaan mendasar antara pembelajaran Jigsaw I dan Jigsaw II, kalau pada pada tipe I, awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang akan menjadi spesialisasinya semantara konsep yang lain ia dapatkan melalui diskusi

91Trianto Ibnu Badar al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran..hlm.

123-124

144

dengan teman se-grupnya. Pada tipe II setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep (scan read) sebelum ia belajar spesialisasinya untu menjadi expert: Hal ini untuk memperoleh gambaran menyeluruh dari konsep yang Akan dibicarakan.

2) Langkah-langkah Pembelajaran dengan Jigsaw II a) Orientasi

Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Memberikan penekatanan tentang manfaat penggunaan metode Jigsaw dalam proses belajar mengajar. Mengingatkan senantiasa percaya diri, kritsi, kooperatif dalam model pembelajaran ini.

Peserta didik diminta belajar konsep secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep.

b) Pengelompokkan

Peserta didik dikelompokkan. Misalkan dalam kelas ada 16 siswa, yang kita tahu kemampuan matematikanya dan sudah di-ranking (siswa tidak perlu tahu), kita bagi menjadi: 25% kelompok Sangat baik (rangking 1-5), 25% kelompok baik (ranking 6- 10), 25% selanjutnya (ranking 11-15) kelompok sedang, dan 25% (ranking 15-20) kelompok rendah disebut kelompok asal. Masing-masing anggota dalam kelompok asal diberi tugas yang berbeda.

Anggota dari kelompok asal yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru, kita akan membaginya menjadi enam grup (A-F) yang isi tiap-tiap grupnya heterogen dalam kemampuan

145

matematika yang disebut kelompok ahli, berilah indeks 1 untuk siswa dalam kelompok sangat baik, indeks 2 untuk kelompok baik, indeks 3 untuk kelompok sedang, dan indeks 4 untuk kelompok rendah. Misalkan A: berarti grup A dari kelompok sangat baik, ...., 𝐴4 grup A dari kelompok rendah.

Tiap grup akan berisi:

Grup A (𝐴1, 𝐴2 , 𝐴3, 𝐴4 )-- Grup B (𝐵1, 𝐵2, 𝐵3, 𝐵4) --Grup C (𝐶1, 𝐶2, 𝐶3,𝐶4) --Grup D (𝐷1, 𝐷2, 𝐷3, 𝐷4).

Setelah kelompok Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal masing-masing dan menjelaskan kepada anggota kelompok asal tentang subbab yang mereka kuasai Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.

Gambar 4. Pengaturan Kelompok

3) Tes

146

Setiap peserta didik mengerjakan tes/kuis individual yang materinya mencakup seluruh topik. Metode menghitung skor baik individu ataupun kelompok mengacu pada metode menghitung skor STAD. Setelah pelaksanaan tes/kuis, segera menghitung skor kemajuan baik individu ataupun kelompok.

4) Penghargaan (Rekognition)

Berdasarkan perhitungan skor, guru memberikan penghargaan pada peserta didik.

. Gambar 5. Perbedaan Langkah STAD, TGT dan Jigsaw92

92 Slavin, R. E.. Student Team Learning: A Practical Guide to Cooperative Learning. (Washington DC: National Education Association. 1991), hlm 133-135.

147

Dalam dokumen Strategi pembelajaran inovatif (Halaman 152-168)