BAB III
IKSS 1: Indeks persepsi TPPU dan pendanaan terorisme
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 25
kali pertama secara masif pada tingkat nasional pada tahun 2016. IPP APUPPT tahun 2018 disusun bersama-sama dengan enam belas kementerian/lembaga rezim APU PPT dan melibatkan para akademisi dari tujuh universitas yang telah memiliki MoU dengan PPATK.
Penyusunan IPP APUPPT tahun 2018 bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai hal-hal, sebagai berikut:
1. Risiko pencucian uang.
2. Risiko pendanaan terorisme.
3. Risiko radikalisme.
4. Risiko pendanaan proliferasi.
5. Risiko politik uang dan pelanggaran dana kampanye.
Gambar 3.1
Skema Rezim APUPPT Indonesia
Penyusunan indeks dilakukan berdasarkan data hasil survei dengan responden rumah tangga di Indonesia. Pemilihan sampel survei menggunakan probabilistic sampling dengan pendekatan complex random sampling. Sampel terdiri dari 11.040 rumah tangga yang tersebar di 1.104 desa/kelurahan di 172 kabupaten/kota pada 34 provinsi di Indonesia. Pada setiap desa/kelurahan dipilih 10 rumah tangga secara random. Pada setiap rumah tangga yang terpilih sebagai sampel akan dipilih seorang anggota rumah tangga berusia 17 tahun ke atas sebagai responden. Pada satu
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 26
desa/kelurahan lokus survei dipilih secara acak dan proporsional sebanyak sepuluh responden dengan profil/profesinya bersifat unik (tidak terduplikasi).
Berdasarkan konstruk variabelnya, Indeks Persepsi Publik terhadap TPPU dan TPPT dibangun berdasarkan dua dimensi utama, yaitu dimensi tingkat pemahaman publik terhadap TPPU/TPPT dan dimensi keefektifan kinerja rezim APUPPT. Dimensi tingkat pemahaman publik diukur oleh lima aspek, yakni karakteristik TPPU/TPPT, pelaku utama TPPU/TPPT, pelaku terkait TPPU/TPPT, sumber dana TPPU/TPPT, dan faktor pendorong terjadinya TPPU/TPPT. Sementara itu, dimensi keefektifan kinerja rezim APUPPT diukur oleh dua aspek, yaitu keefektifan kinerja rezim pencegahan dan keefektifan kinerja rezim pemberantasan.
Gambar 3.2
Variabel IPP APUPPT
Indeks Persepsi Publik terhadap TPPU dan TPPT diukur dalam skala 0-10. Nilai 0 menunjukkan bahwa tingkat efektivitas kinerja rezim APUPPT (dari sisi pencegahan maupun pemberantasan) di Indonesia dinilai sangat rendah (terendah) oleh publik dan nilai 10 menunjukkan bahwa tingkat efektivitas kinerja rezim APUPPT (dari sisi pencegahan maupun pemberantasan) di Indonesia dinilai sangat baik (tertinggi) oleh publik. Indeks Persepsi Publik (IPP) dihitung secara terpisah untuk TPPU dan TPPT.
Dengan demikian, terdapat dua indeks utama, yakni IPP TPPU dan IPP TPPT.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 27
Gambar 3.3
Hasil Indeks Persepsi Publik Tahun 2018
Hasil perhitungan IPP TPPU tahun 2018 sebesar 5,68 menunjukkan bahwa tingkat efektivitas rezim dalam penanganan TPPU masih belum memuaskan. Kondisi ini terlihat pada dimensi tingkat pemahaman publik terhadap TPPU sebesar 5,79 dan dimensi tingkat keefektifan kinerja rezim anti pencucian uang sebesar 5,52.
Hasil perhitungan IPP TPPT tahun 2018 sebesar 5,24 menunjukkan bahwa tingkat efektivitas rezim dalam penanganan TPPT masih belum memuaskan, bahkan lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat keefektifan penanganan TPPU sebesar 5,68.
Bila dibandingkan menurut dimensi pembentuk IPP-TPPT, penilaian publik terhadap keefektifan kinerja rezim Anti PPT sebesar 5,33 lebih baik daripada tingkat pemahaman publik terhadap TPPT sebesar 5,06.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 28
Gambar 3.4
Perbandingan Hasil IPP APU PPT Tahun 2016-2018
Berdasarkan evidence based hasil pengukuran tahun 2018, diketahui bahwa tingkat efektivitas kinerja rezim APUPPT Indonesia dinilai publik sudah cukup baik. Namun demikian, masih diperlukan upaya yang lebih taktis dari seluruh stakeholders untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap karakteristik regulasi, risiko TPPU dan TPPT, serta kinerja rezim APUPPT di Indonesia. Kondisi ini tercermin dari pencapaian nilai IPP APUPPT tahun 2018 sebesar 5,46 indeks. Publik menilai tingkat efektivitas kinerja pencegahan dan pemberantasan lebih baik pada penanganan TPPU daripada TPPT. Nilai IPP TPPU sebesar 5,68 indeks lebih tinggi dibandingkan nilai IPP TPPT sebesar 5,24 indeks.
Tabel 3.2
Perbandingan Hasil IP TPPU dan IP TPPT Tahun 2016-2018
Keterangan
Indeks persepsi TPPU Indeks persepsi TPPT Tingkat
pemahaman
Tingkat efektivitas
Tingkat pemahaman
Tingkat efektivitas Tahun 2015 Tidak diukur Tidak diukur Tidak diukur Tidak diukur Tahun 2016 5,7 indeks 5,3 indeks 4,6 indeks 5,3 indeks Tahun 2017 5,76 indeks 5,28 indeks 4,92 indeks 5,27 indeks Tahun 2018 5,79 indeks 5,52 indeks 5,06 indeks 5,33 indeks Tahun 2019 5,79 indeks* 5,52 indeks* 5,06 indeks* 5,33 indeks*
Keterangan: *= Realisasi tahun 2018
Pencapaian kinerja pencegahan dan pemberantasan TPPU dan TPPT di Indonesia secara umum masih belum memuaskan. Hasil survei tahun 2018 memperlihatkan adanya peningkatan efektivitas kinerja dibandingkan tahun 2016 dan tahun 2017. Selama
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 29
periode 2016-2018, Indeks IPP APU PPT meningkat dari 5,21 indeks menjadi 5,46 indeks. Indeks IPP TPPU meningkat dari 5,52 indeks menjadi 5,68 indeks, sedangkan IPP TPPT meningkat cukup tinggi dari 4,89 indeks menjadi 5,24 indeks.
Tabel 3.3
Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-1 Tahun 2015-2019
Keterangan: *= Realisasi tahun 2018
Pada tahun 2018, PPATK menargetkan kinerja indikator kinerja Indeks Persepsi TPPU dan Pendanaan Terorisme dengan nilai sebesar 5,15 indeks. Realisasi kinerja indikator kinerja adalah 5,46 indeks dari skala 10, sehingga capaian kinerja indikator kinerja tersebut adalah 106,02%. Realisasi kinerja pada tahun 2019 merupakan hasil realisasi kinerja pada tahun 2018 karena pada tahun 2019 tidak dilakukan pengukuran kinerja IKK Indeks Persepsi TPPU dan pendanaan terorisme. Hal ini didasarkan atas arahan pimpinan PPATK agar menindaklanjuti hasil rekomendasi indeks persepsi TPPU dan pendanaan terorisme tersebut dalam bentuk public outreach kepada masyarakat.
Selama periode Renstra PPATK Tahun 2015-2019, realisasi kinerja cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Realisasi kinerja tertinggi sebesar 5,46 indeks dengan capaian kinerja sebesar 106,02% terjadi pada tahun 2018. Capaian kinerja cenderung meningkat dari tahun ke tahun selama periode renstra. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat efektivitas kinerja rezim APUPPT dari sisi pencegahan maupun pemberantasan di Indonesia dinilai telah cukup baik oleh publik.
Indeks Persepsi TPPU dan Pendanaan Terorisme
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Target Indepth
study
5,0 indeks
5,05 indeks
5,15 indeks
Tidak ditargetkan
Realisasi 5,08
indeks
5,21 indeks
5,31 indeks
5,46 indeks
5,46*
indeks
Capaian - 104,2% 105,15% 106,02% 106,02%
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 30
Tabel 3.4
Perbandingan Realisasi IKSS ke-1 Tahun 2019 dengan Target Tahun 2015-2019
IKSS Target Tahun Realisasi
Tahun 2019
Persentase Realisasi Dibanding Target Tahun
2019 2015 2016 2017 2018 2019
Indeks Persepsi TPPU dan pendanaan terorisme
Indepth study
5 indeks
5,05 indeks
5,15 indeks
Tidak ditargetkan
5,46*
indeks
106,02%
Keterangan: *= Realisasi tahun 2018
Perbandingan realisasi kinerja tahun 2019 terhadap target kinerja adalah 106,02%
Realisasi kinerja tahun 2019 berhasil mencapai target kinerja. Keberhasilan pelaksanaan indeks persepsi TPPU dan pendanaan terorisme didukung oleh hal-hal, sebagai berikut:
1. Penginputan dan pengolahan data survei indeks persepsi TPPU menggunakan aplikasi online, sehingga data dapat terpantau secara real time.
2. Berkoordinasi dengan para akademisi dan tim ahli dari BPS dan Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi, serta para stakeholders rezim APUPPT untuk pembahasan metode dan penyusunan kuesioner.
3. Penggunaan jasa pihak ketiga dalam penyebaran kuesioner dan pelaksanaan wawancara dengan responden.
Sasaran Strategis 2 bertujuan untuk memantau tindak lanjut rekomendasi- rekomendasi PPATK dan FATF yang disampaikan kepada pemerintah di bidang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme.
Pencapaian sasaran strategis 2 diukur melalui tiga IKSS, yaitu:
1. Persentase rekomendasi PPATK dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme yang ditindaklanjuti.
2. Persentase rekomendasi FATF yang diadopsi dalam kebijakan domestik.
Sasaran Strategis 2:
Meningkatnya tindak lanjut atas rekomendasi pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 31
3. Persentase rekomendasi National Risk Assessment (NRA).
Pada tahun 2019, rata-rata pencapaian kinerja SS 2 adalah 105,93%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa capaian kinerja SS 2 sudah sangat baik.
Tabel 3.5
Capaian Kinerja Sasaran Strategis ke-2 PPATK Tahun 2019
NO. INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS (IKSS)
TARGET TAHUN 2019
REALISASI TAHUN 2019
CAPAIAN TAHUN 2019 1 Persentase rekomendasi PPATK dalam
pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme yang ditindaklanjuti.
100% 100% 100%
2 Persentase rekomendasi FATF yang diadopsi dalam kebijakan domestik.
70% 87,50% 120%
3 Persentase rekomendasi NRA yang ditindaklanjuti.
100% 97,78% 97,78%
Rata-rata capaian kinerja 105,93%
PPATK merencanakan target kinerja indikator kinerja persentase rekomendasi PPATK dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme yang ditindaklanjuti sebesar 100% dengan realisasi kinerja sebesar 100%. PPATK telah menyampaikan seluruh rekomendasi dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme kepada para pemangku kepentingan, dalam hal ini Kepolisian Negara Republik Indonesia dan seluruh rekomendasi tersebut telah ditindaklanjuti.
Dengan demikian, capaian kinerja indikator kinerja tersebut sebesar 100%.
Untuk dapat mencegah dan memberantas tindak pidana terorisme, maka unsur pendanaan merupakan salah satu faktor utama dalam setiap aksi terorisme, sehingga upaya penanggulangan tindak pidana terorisme harus diikuti dengan upaya pencegahan dan pemberantasan terhadap pendanaan terorisme. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013, transaksi keuangan mencurigakan terkait pendanaan terorisme adalah:
IKSS 2: Persentase rekomendasi PPATK dalam pencegahan dan