BAB III
IKSS 6: Persentase kerja sama yang ditindaklanjuti
2. Perluasan akses sumber data yang dimiliki oleh PPATK
Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) merupakan kejahatan luar biasa yang berkembang semakin kompleks, menggunakan modus yang semakin variatif, memanfaatkan lembaga di luar sistem keuangan, dan telah merambah ke berbagai sektor. Oleh karena itu, PPATK terus berupaya meningkatkan kualitas informasi intelijen keuangan berupa Hasil Analisis, Hasil Pemeriksaan, dan Informasi yang disampaikan kepada aparat penegak hukum.
Peningkatan kualitas produk memerlukan sumber data yang semakin lengkap atau variatif untuk diolah, sehingga informasi PPATK semakin akurat dan bermanfaat bagi apgakum.
PPATK berwenang untuk meminta dan mendapatkan data dan informasi dari instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta yang memiliki kewenangan mengelola data dan informasi. Wewenang PPATK tersebut juga mencakup PPATK memperoleh hak akses ke sistem teknologi informasi atau aplikasi yang dikelola oleh instansi pemerintah.
Wewenang PPATK untuk memperoleh hak akses ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyampaian Data dan Informasi oleh Instansi Pemerintah dan/atau Lembaga Swasta dalam Pencegahan dan Pemberantasan TPPU sebagai delegasi dari Pasal 41 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan TPPU.
Implementasi konkret PPATK untuk memperluas sumber data melalui web portal telah diwujudkan pada tahun 2019 melalui kerja sama dan penyamaan persepsi dengan instansi terkait, sehingga PPATK telah berhasil melakukan perluasan hak akses ke sumber data yang dikelola oleh instansi pemilik data, antara lain:
Tabel 3.22
Implementasi Kerja sama Tahun 2019
No. Dasar Kerja sama dengan Instansi Pemilik Data
Sumber Data Data yang Diperoleh PPATK 1. Implementasi Perjanjian Kerja Sama
(PKS) antara PPATK dengan Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Kemenkumham
Sistem AHU Online, yaitu pada aplikasi Sistem Administrasi Badan Hukum
a) Data Perseroan Terbatas;
b) Data Yayasan; dan c) Data Perkumpulan
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 63
No. Dasar Kerja sama dengan Instansi Pemilik Data
Sumber Data Data yang Diperoleh PPATK tanggal 6 Maret 2019. Sistem AHU Online,
yaitu pada aplikasi Sistem Badan Usaha.
a) Data Persekutuan Komanditer (CV).
b) Data Persekutuan Firma.
c) Data Persekutuan Perdata.
Aplikasi Pelaporan Beneficial Owner
a) Data Beneficial Owner b) Data Korporasi 2. Implementasi PKS antara PPATK
dengan Badan Kepegawaian Negara tanggal 3 Oktober 2018.
Informasi Pegawai Aparatur Sipil Negara
Data Pegawai Aparatur Sipil Negara, meliputi data ASN, data keluarga, dan data riwayat.
3. Implementasi Nota Kesepahaman antara PPATK dengan Komisi Pemberantasan Korupsi.
Sistem Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara Elektronis (e- LHKPN)
Data Penyelenggara Negara
4. Implementasi PKS antara PPATK dengan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil Kemendagri tanggal 9 April 2019.
Sistem mengenai kependudukan dan catatan sipil
Pemanfaatan data Nomor Induk Kependudukan, Data Kependudukan, dan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP)
5. Implementasi PKS antara PPATK dengan Ditjen Imigrasi tanggal 31 Mei 2018.
Sistem Informasi Manajemen
Keimigrasian (SIMKIM)
Informasi paspor Warga Negara Indonesia (WNI), perlintasan WNI, dan perlintasan Warga Negara Asing (WNA)
3. Peningkatan kualitas sumber daya manusia pegawai PPATK
MoU dan PKS bermanfaat bagi pengembangan sumber daya manusia di PPATK, meliputi:
a) MoU dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kemenkeu pada 8 Mei 2019 dan PKS dengan LPDP pada 30 September 2019 yang khusus mengatur pemberian kesempatan kepada pegawai PPATK untuk memperoleh beasiswa LPDP dalam melanjutkan jenjang pendidikan tinggi pada perguruan tinggi baik dalam negeri maupun luar negeri.
b) MoU dengan Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) pada 7 Maret 2017 sebagai dasar PPATK dalam mengikuti program pendidikan dan pelatihan dalam sektor jasa keuangan upaya penguatan pemahaman mengenai rezim APU PPT.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 64
4. Penambahan jumlah pegawai PPATK yang berkualitas dalam bidang administrasi dan keuangan negara
MoU berdampak positif bagi PPATK untuk memenuhi pegawai PPATK yang berkualitas dalam bidang administrasi dan keuangan negara melalui MoU dengan Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan pada 4 Oktober 2018 dan 31 Oktober 2019 tentang Penempatan Lulusan Politeknik Keuangan Negara STAN tahun 2019 di luar Kementerian Keuangan yang telah lulus seleksi kompetensi dasar. Hasilnya, PPATK telah menerima sejumlah pegawai baru lulusan PKN STAN pada tahun 2018 dan 2019 untuk meningkatkan kualitas pengelolaan administrasi dan keuangan di PPATK.
Dampak positif capaian IKSS Persentase kerja sama yang ditindaklanjuti terhadap sasaran strategi meningkatnya efektivitas kerja sama pencegahan dan pemberantasan TPPU adalah:
1. Tindak lanjut kerja sama melalui Komite TPPU telah mendorong efektivitas Indonesia dalam mempersiapkan proses penilaian MER FATF agar dapat memperoleh penilaian yang memuaskan. Hal ini dilaksanakan dalam untuk memenuhi rekomendasi FATF dan peningkatan status Indonesia dalam proses pengajuan Indonesia menjadi anggota FATF, sehingga harus berkoordinasi dengan berbagai instansi. Dalam menghadapi MER FATF, PPATK pada tahun 2019 telah menindaklanjuti kerja sama dalam Komite TPPU dengan hasil, sebagai berikut:
a. Indonesia telah menetapkan Rencana Aksi Tahun 2019 sebagai kelanjutan dari pelaksanaan Rencana Aksi Tahun 2019 dalam rerangka Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme (Stranas TPPU dan TPPT) periode 2017-2019 pada 28 Mei 2019. Rencana Aksi Tahun 2019 adalah melanjutkan Rencana Aksi Tahun 2018 yang belum selesai dilaksanakan dan memperbaiki kekurangan (deficiencies) Indonesia sebagaimana temuan yang dipublikasikan dalam hasil MER Indonesia oleh APG tahun 2018.
b. Komite TPPU telah menyampaikan Dokumen Kepatuhan Teknis pada 23 September 2019 dan Dokumen Penilaian Efektivitas pada 11 November 2019 kepada Sekretariat FATF.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 65
c. Komite TPPU telah mempersiapkan on site visit MER FATF yang akan dilaksanakan pada 4-20 Maret 2020 di Indonesia dengan memberikan arahan kepada seluruh anggota Komite TPPU untuk melaksanakan priority actions teknis untuk mengatasi defisiensi yang masih dimiliki Indonesia dalam memenuhi Rekomendasi FATF.
2. Tindak lanjut kerja sama melalui Komite TPPU telah mendorong Indonesia menetapkan Rencana Aksi Tahun 2019 dalam Stranas TPPU dan TPPT Tahun 2017-2019 untuk memperkuat rezim APU-PPT melalui pendekatan berbasis risiko.
3. Efektivitas kerja sama dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU juga ditingkatkan dengan diterapkannya sistem aplikasi SIPPENAS dalam upaya pelaporan Strategi Nasional PP TPPU oleh setiap anggota komite TPPU. Seluruh anggota Komite TPPU telah melaporkan capaian kinerjanya melalui aplikasi tersebut.
4. Efektivitas kerja sama pencegahan dan pemberantasan pendanaan terorisme diwujudkan melalui kesuksesan PPATK menjadi co-host kegiatan 5th Counter Terrorism Financing Summit (CTF Summit) pada 12-15 November 2019 di Manila, Filipina. Kegiatan 5th CTF Summit telah menghasilkan dokumen Manila Communiqué.
PPATK melakukan upaya-upaya yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja pada periode pengukuran kinerja selanjutnya, antara lain:
1. PPATK telah menyusun SOP pelaksanaan kerja sama dengan pihak dalam dan luar negeri. Hasil pembahasan tersebut adalah pengesahan Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-12/1.03/PPATK/08/15 tentang Pedoman Penyusunan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Perjanjian dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme. Peraturan kepala tersebut mengatur pedoman yang dapat menyelesaikan kendala dalam hal-hal strategis, sebagai berikut:
a. Pedoman analisis kriteria kelayakan pihak dalam dan luar negeri dan identifikasi kebutuhan kerja sama dalam proses penyusunan perjanjian.
b. Pedoman dalam proses penjajakan, penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi perjanjian.
2. PPATK akan membuat database seluruh dokumen kerja sama dalam bentuk MoU dan Perjanjian Kerja Sama yang memuat inventarisasi ketentuan-ketentuan perjanjian yang strategis yang meliputi hal-hal, sebagai berikut:
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 66
a. Masa berlaku.
b. Waktu diperlukannya peninjauan kembali.
c. Ruang lingkup kerja sama.
d. Keterangan terkait masa berlakunya kerja sama.
e. Bentuk tindak lanjut kerja sama pada tahun berjalan.
3. Untuk memastikan dokumen kerja sama dapat ditindaklanjuti, PPATK telah menyusun analisis kelayakan kerja sama dalam negeri di dalam setiap penjajakan kerja sama dengan calon mitra kerja sama yang baru ataupun proses penjajakan dalam pembaruan dokumen kerja sama. Analisis tersebut disampaikan kepada Direktorat Hukum untuk dilakukan penyusunan legal drafting. Analisis kelayakan kerja sama tersebut merujuk pada amanat yang tercantum pada pasal 8 ayat (1) Peraturan Kepala PPATK Nomor:
PER-12/1.03/PPATK/08/15 tentang Pedoman Penyusunan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Perjanjian dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme dengan melakukan analisis terkait aspek-aspek, sebagai berikut:
a. Kejelasan status hukum.
b. Kemanfaatan.
c. Kesediaan untuk menjalin kerja sama.
d. Komitmen yang baik dan saling percaya.
e. Kesediaan untuk menaati peraturan perundang-undangan.
Sasaran strategis 5 dimaksudkan agar PPATK dapat mengukur kualitas hasil riset yang dilakukan PPATK, sehingga diketahui manfaat hasil riset bagi pihak eksternal dalam upaya mendorong usaha pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme. Sasaran strategis 5 dipantau keberhasilannya melalui satu IKSS, yaitu Tingkat kualitas hasil riset TPPU dan pendanaan terorisme. Pencapaian kinerja SS 5 pada tahun 2019 adalah cukup baik dengan capaian kinerja sebesar 97%.
Sasaran Strategis 5:
Meningkatnya kualitas hasil riset TPPU dan pendanaan terorisme
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O19 67
Tingkat kualitas Hasil Riset TPPU dan Pendanaan Terorisme adalah hasil penilaian oleh pengguna Laporan Hasil Riset (LHR) untuk mengukur kualitas LHR melalui kuesioner kepada pengguna LHR, sehingga diketahui manfaat LHR bagi pihak eksternal dalam upaya mendorong usaha pencegahan dan pemberantasan TPPU. Pada tahun 2019, PPATK mengirimkan kuesioner LHR kepada tiga puluh lima instansi, yaitu instansi yang memiliki hubungan kerja dengan PPATK maupun yang memiliki MoU dengan PPATK, antara lain perbankan, aparat penegak hukum, akademisi, asosiasi pihak pelapor, dan regulator. Aspek yang dinilai dalam kuesioner tingkat kualitas LHR adalah aspek penyajian, aspek kekinian, aspek manfaat, dan aspek persepsi kepuasan. Jumlah kuesioner yang kembali sebanyak 18 kuesioner, sehingga diperoleh respon rate sebesar 51,43%. Berdasarkan hasil pengolahan kuesioner, diperoleh nilai kualitas LHR sebesar 3,88 indeks dari skala 4. Hasil ini menunjukkan bahwa kualitas hasil riset TPPU dan pendanaan terorisme menurut persepsi pengguna LHR PPATK adalah sangat memuaskan.
PPATK telah melakukan riset TPPU dan pendanaan terorisme terhadap beberapa isu strategis nasional dalam topik riset, sebagai berikut:
1. Penilaian Risiko Sektoral Perdagangan Aset Kripto di Indonesia.
2. Penilaian Risiko Sektoral terhadap Organisasi Kemasyarakatan 2019.
3. Penilaian Risiko Kampanye Pemilu sebagai Sarana Pencucian Uang Tahun 2019.
4. Tipologi Pencucian Uang Berdasarkan Putusan Pengadilan Tahun 2018.
5. 13 laporan statistik.
IKSS 7: Tingkat kualitas hasil riset TPPU dan pendanaan