• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISPA

Dalam dokumen Batasan Pelindungan Hak Cipta (Halaman 186-192)

INOVASI DALAM MEMUTUS RANTAI TRANSMISI

3. ISPA

Pencegahan dan Pengendalian ISPA antara lain:

a. Koordinasi Pelaksanaan P2 Penyakit ISPA

b. Advokasi dan Sosialisasi Program P2 Penyakit ISPA

c. Media Komunikasi, Informasi, edukasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ISPA

d. Pengadaan Alat dan Bahan Kesehatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ISPA

e. Pendidikan dan Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ISPA, meliputi: Workshop deteksi dini pneumonia balita dalam rangka Hari Pneumonia Sedunia dan Orientasi Penemuan dan

174

Tata Laksana Kasus Pneumonia untuk Petugas Puskesmas secara Daring

f. Supervisi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ISPA (Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit, 2022).

4. Hepatitis dan PISP (Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan)

Strategi khusus dalam pencegahan dan pengendalian hepatitis dan PISP, antara lain:

a. Peningkatan kapasitas Pengelola program dalam tatalaksana termasuk dalam pencatatan dan pelaporan.

b. Penguatan surveilans aktif dan penemuan kasus aktif (active surveillans dan active case finding) c. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam

tatalaksana penyakit.

d. Pemanfaatan teknologi informasi untuk penguatan kapasitas, bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi program pada masa pandemi ini

e. Optimalisasi sumber daya yang ada dalam rangka percepatan pencapaian target

f. Optimalisasi integrasi lintas program

g. Integrasi data angka kesakitan dan kematian balita lintas program

h. Optimalisasi kemitraan dengan LSM, akademisi, mitra dalam dan luar negeri, ahli serta lintas program dan lintas sektor.

i. Pengendalian faktor risiko merupakan prioritas untuk mencegah terjadinya penyakit menular

175

j. Peningkatan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa penyakit menular

k. Meningkatkan Deteksi Dini Hepatitis B pada ibu hamil terintegrasi dengan kegiatan ANC terpadu l. Mengoptimalkan teknologi seperti aplikasi ZOOM,

Youtube, WhatsApp dalam meningkatkan komunikasi (koordinasi dan kerjasama) dengan Lintas Program, sektor maupun Daerah

m. Meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan baik dalam tatalaksana Hepatitis dan PISP maupun dalam pencatatan dan pelaporan

n. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam pengendalian hepatitis melalui kerjasama lokal, nasional dan regional dan global

o. Meningkatkan kolaborasi dengan Lintas Program seperti KIA, HIV-AIDS, Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan dan lain sebagainya untuk Mengembangkan kegiatan Hepatitis dan PISP

p. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas melalui peningkatan sumber daya manusia dan penguatan institusi, serta standarisasi pelayanan q. Meningkatkan surveilans epidemiologi Hepatitis

dan PISP diseluruh fasilitas pelayanan kesehatan (Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit, 2022).

5. Penyakit Tropis Menular Terabaikan

Strategi pencegahan dan pengendalian penyakit tropis terabaikan pada Filariasis antara lain:

a. Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis menggunakan regimen DA

176

(diethylcarbamazine citrate dan Albendazole) maupun regimen IDA (Ivermectine, Diethylcarbamazine citrate dan Albendazole) b. Tatalaksana kasus kronis filariasis

c. Evaluasi penilaian penularan pada kabupaten kota endemis yang sudah selesai melaksanakan POPM minimal 5 tahun berturut dengan cakupan minum obat diatas 65% dari total jumlah penduduk setiap tahunnya.

Strategi pencegahan dan pengendalian penyakit tropis terabaikan pada Schistosomiasis antara lain:

a. Pengobatan selektif pada daerah dengan prevelensi rendah dilakukan pada mereka yang terinfeksi cacing, dan Pengobatan massal, Pengobatan obat massal dilakukan melalui pemberian obat praziquantel pada kelompok berisiko (anak usia sekolah, usia prasekolah) anak-anak, masyarakat di daerah endemis tinggi, orang dewasa dalam pekerjaan melibatkan kontak dengan air yang terinfeksi)

b. Peningkatan sarana water, sanitation and hygiene (WASH) bertujuan untuk memutuskan penularan telur cacing ke keong.

c. Pengendalian keong bertujuan untuk menghilangkan keong hospes perantara untuk memutus rantai penularan, melalui metode pengendalian lingkungan, pengendalian biologis, pengendalian kimia dan lain lain.

d. Kolaborasi antar pemangku kepentingan lintas tingkat dan sektor dengan akuntabilitas yang jelas untuk memastikan pendekatan yang efektif dan sinergis dalam memberikan intervensi

177

Strategi dalam penanggulangan kusta untuk mencapai eliminasi di tahun 2024 adalah dengan melakukan pencegahan, deteksi dini dan manajemen kasus kusta antara lain:

a. Tindakan pencegahan dilakukan dengan cara pemberdayaan masyarakat, seperti kader, tokoh masyarakat, LSM setempat dll untuk terlibat dalam kegiatan penanggulangan kusta.

Menghilangkan stigma di masyarakat, dengan cara salah satunya seperti melakukan sosialisasi terhadap kusta di masyarakat, pemberdayaan OYPMK dalam memberikan informasi dan memantau pasien kusta yang dalam pengobatan serta melakukan kemoprofilaksis dengan menggunakan obat Rifampisin dosis tunggal kepada masyarakat yang kontak dengan kasus kusta, dengan kriteria tertentu juga dapat dilakukan sebagai tindakan pencegahan kusta.

b. Deteksi dini kusta dapat dilakukan dengan melakukan investigasi kontak secara aktif di masyarakat, melakukan pemeriksaan anak sekolah dengan bekerja sama dengan program UKS di Puskesmas, melakukan survei di desa, melakukan intensifikasi penemuan kasus kusta, serta diikuti dengan adanya bimbingan teknis, supervisi secara berkala oleh dinas kesehatan dan tidak kalah penting adanya peningkatan kompetensi dari petugas kesehatan di fasyankes sehingga dapat mendeteksi secara cepat dan tepat, melakukan pengobatan sampai sembuh serta pemantauan terhadap reaksi kusta diserta tatalaksananya

c. Manajemen kasus kusta sangat dibutuhkan untuk menunjang kegiatan penanggulangan kusta, yaitu adanya distribusi dari MDT kusta,

178

pencegahan terhadap disabilitas, peningkatan kompetensi terhadap pengelola program, pengelolaan terhadap pencatatan dan pelaporan yang berbasis elektronik, serta dapat melakukan surveilans resistensi obat.

Adapun Strategi penanggulangan frambusia untuk mencapai Eradikasi Frambusia tahun 2024 diantaranya antara lain:

a. Melakukan advokasi dan sosialisasi kepada pemangku kebijakan untuk mendapatkan dukungan dalam pencapaian Eradikasi Frambusia. Serta penyebarluasan informasi dengan melakukan sosialisasi kepada nakes, LP/LS dan masyarakat dan penyebaran media Komunikasi, Informasi dan Edukasi.

b. Promosi PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yang merupakan faktor resiko terhadap penularan frambusia yaitu dengan mengendalikan terhadap faktor resiko penularan diantaranya memakai pakaian yang sama atau jarang berganti pakaian, dan higiene sanitasi yang buruk.

c. Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia jika ditemukan minimal 1 kasus frambusia guna mencegah penularan dan melakukan POPM Pengobatan kasus kontak pada kasus dan kontaknya minimal 30 orang.

d. Memperkuat sistem surveilans melalui kegiatan penemuan kasus pasif di fasyankes dan penemuan kasus aktif melalui kegiatan di puskesmas keliling, dan pemeriksaan anak sekolah serta kegiatan integrasi lainnya (Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit, 2022).

179 6. Malaria

Upaya yang dapat dilakukan dalam mempercepat eliminasi malaria yaitu dengan peningkatan pendekatan EDAT (Early Diagnosis and Treatment) yaitu dengan:

a. Peningkatan kapasitas SDM

b. Pembentukan kader malaria desa untuk deteksi kasus

c. Penyediaan RDT dan obat

d. Peningkatan surveilans (Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit, 2022) Inovasi dalam Memutus Rantai Transmisi

Penyakit Menular

Beberapa inovasi yang sudah dilakukan di Indonesia dalam memutus rantai transmisi penyakit menular antara lain:

Dalam dokumen Batasan Pelindungan Hak Cipta (Halaman 186-192)