• Tidak ada hasil yang ditemukan

Batasan Pelindungan Hak Cipta

N/A
N/A
Hamdan Alwi Tahir

Academic year: 2024

Membagikan "Batasan Pelindungan Hak Cipta"

Copied!
268
0
0

Teks penuh

(1)

COVER

(2)

BUNGA RAMPAI

PRINSIP-PRINSIP

PENGENDALIAN PENYAKIT

(3)

Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4

Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.

Pembatasan Pelindungan Pasal 26

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap:

i Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual;

ii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian ilmu pengetahuan;

iii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan ajar; dan

iv Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.

Sanksi Pelanggaran Pasal 113

1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(4)

PRINSIP-PRINSIP PENGENDALIAN PENYAKIT

Ni Kadek Sutini Komang Ayu Henny Achjar

Hamdan Nia Asriani Dwi Wahyu Balebu

Ilham Salam Riski Akbarani Jonesius Eden Manoppo

Rahmat Santoso Eva Inayatul Faiza

Made Suandika Syamsul Bakhri Juwita Desri Ayu

Nurul Hadi

Penerbit

CV. MEDIA SAINS INDONESIA Melong Asih Regency B40 - Cijerah

Kota Bandung - Jawa Barat www.medsan.co.id

Anggota IKAPI No. 370/JBA/2020

(5)

Ni Kadek Sutini Komang Ayu Henny Achjar

Hamdan Nia Asriani Dwi Wahyu Balebu

Ilham Salam Riski Akbarani Jonesius Eden Manoppo

Rahmat Santoso Eva Inayatul Faiza

Made Suandika Syamsul Bakhri Juwita Desri Ayu

Nurul Hadi Editor:

Hairil Akbar Tata Letak:

Anjar Rahman Desain Cover:

Nathanael Ukuran:

A5 Unesco: 15,5 x 23 cm Halaman:

viii, 254 ISBN:

978-623-195-636-1 Terbit Pada:

November 2023

Hak Cipta 2023 @ Media Sains Indonesia dan Penulis

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit atau Penulis.

PENERBIT MEDIA SAINS INDONESIA (CV. MEDIA SAINS INDONESIA) Melong Asih Regency B40 - Cijerah Kota Bandung - Jawa Barat www.medsan.co.id

(6)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga buku kolaborasi dalam bentuk buku dapat dipublikasikan dan dapat sampai di hadapan pembaca. Buku ini disusun oleh sejumlah dosen dan praktisi sesuai dengan kepakarannya masing-masing. Buku ini diharapkan dapat hadir dan memberi kontribusi positif dalam ilmu pengetahuan khususnya terkait dengan “Prinsip-Prinsip Pengendalian Penyakit, buku ini memberikan nuansa berbeda yang saling menyempurnakan dari setiap pembahasannya, bukan hanya dari segi konsep yang tertuang dengan detail, melainkan contoh yang sesuai dan mudah dipahami terkait Prinsip-Prinsip Pengendalian Penyakit.

Sistematika buku ini dengan judul “Prinsip-Prinsip Pengendalian Penyakit”, mengacu pada konsep dan pembahasan hal yang terkait. Buku ini terdiri atas 14 bab yang dijelaskan secara rinci dalam pembahasan antara lain mengenai Konsep Dasar Penyakit Menular; Konsep Dasar Penyakit Tidak Menular; Strategi Pengendalian Penyakit Pada Penduduk Miskin; Pengendalian Penyakit Tidak Menular Berbasis Bukti; Dinamika Penularan dan Perjalanan Alamiah Penyakit Menular; Perilaku Sehat dalam Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular; Pendekatan Biopsikososial dalam Pengendalian Penyakit; Strategi Memutus Rantai Transmisi Penyakit Menular; Peran Perbaikan Lingkungan dan Konseling Genetik dalam Pengendalian Penyakit Tidak Menular;

Inovasi Dalam Memutus Rantai Transmisi Penyakit Menular; Kebijakan Kesehatan dalam Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular; Pendekatan Transdisiplin Dalam Konsep One Health; Peran Sistem Kesehatan dalam Pengendalian Kematian Ibu dan Bayi;

(7)

ii

serta Peran Social Support dan Social Network Dalam Pengendalian Penyakit Pada Lansia.

Buku ini memberikan nuansa yang berbeda dengan buku lainnya, karena membahas berbagai Prinsip-Prinsip Pengendalian Penyakit sesuai dengan update keilmuan.

Akhirnya kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah mendukung dalam proses penyusunan dan penerbitan buku ini, secara khusus kepada Penerbit Media Sains Indonesia sebagai inisiator buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian

(8)

iii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

1 KONSEP DASAR PENYAKIT MENULAR ... 1

Pendahuluan ... 1

Definisi Penyakit Menular ... 1

Patofisiologi Penyakit Menular ... 3

Riwayat Alamiah Penyakit ... 10

Teori Terjadinya Penyakit ... 13

2 KONSEP DASAR PENYAKIT TIDAK MENULAR ... 19

Pendahuluan ... 19

Pengertian Penyakit Tidak Menular (PTM) ... 21

Jenis Penyakit Tidak Menular ... 22

Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular (PTM)... 23

Pencegahan PTM ... 26

Jenis Penyakit Tidak Menular (PTM) yang Sering Terjadi ... 29

3 STRATEGI PENGENDALIAN PENYAKIT PADA PENDUDUK MISKIN ... 37

Strategi Pengentasan Kemiskinan ... 37

Strategi Penanganan Stunting ... 43

Kasus Penyebab ... 43

Faktor Risiko ... 46

Pencegahan atau Penanggulangan ... 47

(9)

iv

4 PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK

MENULAR BERBASIS BUKTI ... 55

Strategi Pengendalian Penyakit Tidak Menular di Indonesia ... 56

Program Pengendalian PTM Berbasis Bukti ... 57

5 DINAMIKA PENULARAN DAN PERJALANAN ALAMIAH PENYAKIT MENULAR ... 71

Komponen Penyakit Menular ... 71

Jenis Penularan ... 74

Penularan/Transmisi ... 76

Riwayat Alamiah Penyakit ... 77

Tahapan Riwayat Alamiah Penyakit ... 78

Manfaat Riwayat Alamiah Penyakit ... 80

6 PERILAKU SEHAT DALAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR ... 85

7 PENDEKATAN BIOPSIKOSOSIAL DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT ... 107

Sejarah Model Biopsikososial ... 107

Konsep Biopsikososial ... 108

Pendekatan Model Biopsikososial ... 109

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ... 114

Strategis Pengendalian dan Pencegahan Penyakit ... 115

Implementasi Pendekatan Biopsikososial dalam Pengendalian Penyakit ... 116

8 STRATEGI MEMUTUS RANTAI TRANSMISI PENYAKIT MENULAR ... 123

Konsep Dasar Penyakit Menular ... 123

(10)

v

Komponen Rantai Transmisi ... 125

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rantai Transmisi ... 125

Peran Lintas Sektor dalam Memutus Rantai Transmisi ... 126

Strategi Pencegahan Penyakit Menular ... 128

Vaksinasi ... 128

Edukasi dan Kesadaran Masyarakat ... 130

Karantina dan Isolasi ... 131

Deteksi Dini dan Diagnosis ... 132

Tindakan Perlindungan Diri ... 134

Tindakan Lingkungan ... 135

Tindakan Jarak Sosial ... 137

9 PERAN PERBAIKAN LINGKUNGAN DAN KONSELING GENETIK DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR .... 145

Pendahuluan ... 145

Tujuan dan Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan ... 145

Masalah Kesehatan Lingkungan di Indonesia ... 146

Kesimpulan ... 160

Arah Masa Depan Kesehatan Genetik ... 160

10 INOVASI DALAM MEMUTUS RANTAI TRANSMISI PENYAKIT MENULAR ... 167

Transmisi Penyakit Menular ... 167

Upaya Memutus Rantai Transmisi Penyakit Menular ... 169

Strategi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular ... 172

(11)

vi

Inovasi dalam Memutus Rantai

Transmisi Penyakit Menular ... 179

11 KEBIJAKAN KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR ... 185

Pengantar Kebijakan Kesehatan dalam Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular ... 185

Kebijakan Strategis dalam Pengendalian Penyakit Tidak Menular ... 187

Kebijakan Program Khusus dalam Pengendalian Penyakit Tidak Menular ... 189

Kebijakan Program Rencana Pada Periode 2019 – 2024 dalam Pengendalian Penyakit Tidak Menular ... 191

12 PENDEKATAN TRANSDISIPLIN DALAM KONSEP ONE HEALTH ... 197

Pendahuluan ... 197

Pengertian One Health ... 198

Tujuan One Health ... 199

Konsep One Health ... 200

Ruang Lingkup One Health ... 201

Implementasi One Health di Indonesia pada Tataran Pendidikan ... 203

Aplikasi One Health dalam Kedokteran Hewan .... 205

13 PERAN SISTEM KESEHATAN DALAM PENGENDALIAN KEMATIAN IBU DAN BAYI ... 215

Pendahuluan ... 215

Dasar Urgensi Sistem Kesehatan dalam Pengendalian Kematian Ibu dan Bayi ... 217

(12)

vii

Peran Sistem Kesehatan dalam

Pengendalian Kematian Ibu dan Bayi ... 218

Faktor-Faktor yang Memengaruhi dalam Sistem Pengendalian Kematian Ibu dan Bayi ... 222

Tantangan dan Cara Penanggulangan dalam Sistem Pengendalian Kematian Ibu dan Bayi ... 224

Program-Program Pendukung dalam Sistem Pengendalian Kematian Ibu dan Bayi ... 226

Kualifikasi Petugas Kesehatan dalam Sistem Pengendalian Kematian Ibu dan Bayi ... 229

Inovasi Teknologi dalam Pelayanan Sistem Pengendalian Kematian Ibu dan Bayi ... 231

14 PERAN SOCIAL SUPPORT DAN SOCIAL NETWORK DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT PADA LANSIA ... 237

Lanjut Usia (Lansia) dan Permasalahan Kesehatan ... 237

Penyakit pada Lansia ... 238

Sindrom pada Lansia ... 239

Masalah Gizi pada Lansia ... 240

Masalah Mental pada Lansia ... 240

Masalah Gigi dan Mulut... 241

Masalah Kesehatan Reproduksi ... 241

Social Support untuk Pengendalian Penyakit Lansia ... 241

Implementasi Social Support untuk Pencegahan Penyakit pada Lansia ... 244

Social Support dalam Bentuk Pelayanan Kesehatan bagi Lansia Sebagai Upaya Pengendalian Penyakit ... 245

(13)

viii

Posyandu Lanjut Usia ... 245 Pelayanan Home Care ... 245 Social Network (Jaringan Sosial) untuk

Pengendalian Penyakit pada Lansia ... 246 Social Network dalam Bentuk Pelayanan

Kesehatan Bagi Lansia Sebagai

Upaya Pengendalian ... 249

(14)

1

1

KONSEP DASAR PENYAKIT MENULAR

Ns. Ni Kadek Sutini, S.Kep., M.Kes.

Institut Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali

Pendahuluan

Penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan secara global dan nasional termasuk Indonesia. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan dalam pengendalian penyakit ini, namun morbiditas dan mortalitas penyakit tetap dilaporkan terjadi (Dressler, 2022). Penyakit menular umumnya disebabkan oleh patogen berupa mikroorganisme dan dapat menular secara langsung maupun tidak langsung kepada orang lain. Saat ini tidak hanya patogen baru yang terus menerus bermunculan seperti contoh kasus Covid-19, namun patogen lama sering muncul kembali seperti demam berdarah dengue dan rabies. Interaksi tiga faktor utama dalam proses penyakit meliputi bibit penyakit (agent), penjamu (host) dan lingkungan (environment) sangat mempengaruhi terjadinya sehat dan sakit (Irwan, 2017).

Definisi Penyakit Menular

Penyakit menunjukkan suatu kondisi adanya gangguan pada struktur dan fungsi tubuh manusia sehingga berada pada keadaan tidak normal. Gold Medical Dictionary mendefinisikan penyakit sebagai kegagalan dari

(15)

2

mekanisme adaptasi suatu organisme untuk bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan sehingga timbul gangguan pada fungsi atau struktur dari sistem tubuh (Irwan, 2017). Gangguan ini dapat menimbulkan tanda dan gejala, persepsi sakit yang dirasakan dan penurunan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari bagi individu yang terpapar.

Penyakit menular atau communicable disease adalah penyakit yang disebabkan oleh transmisi infeksius agen dengan produk toksinnya dari individu (reservoir) ke individu lain yang rentan (susceptible host). Penyakit menular dapat didefinisikan juga sebagai penyakit yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain, baik secara langsung maupun melalui perantara (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan tingkat patogenesisnya, dalam epidemiologi penyakit menular dibagi menjadi tiga yaitu

1. Penyakit menular yang sangat berbahaya, angka kematian cukup tinggi

2. Penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan kematian dan cacat, walaupun akibatnya lebih ringan dari yang pertama

3. Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian dan cacat tetapi dapat mewabah dan menimbulkan kerugian materi.

Selanjutnya berdasarkan kerentanan, efek, durasi, keparahan dan keluasan maka penyakit menular dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu penyakit akut dan penyakit kronis. Berikut adalah perbedaan karakteristik penyakit yang dimaksud.

(16)

3

Tabel 1.1 Perbandingan Penyakit Kronis dan Akut

Karakteristik Kronis Akut

Agen atau faktor penyebab

Lingkungan, bahan kimia, perilaku dan gaya hidup

Patogen

(mikroorganisme) Perjalanan

penyakit dan perubahan patologis

Penyakit biasanya tidak menyerang ulang

Kemungkinan besar penyakit menyerang kembali Durasi penyakit Jangka panjang

dan bisa sampai meninggal

Jangka pendek atau singkat

Pengobatan

Pengobatan sesuai gejala dan manajemen nyeri serta perawatan minimal

Antibiotik atau obat lainnya untuk membunuh

patogen

Sasaran perawatan

Menghambat perkembangan penyakit, mengendalikan penyakit,

memelihara atau merehabilitasi

Perawatan total

Durasi perawatan Jangka panjang Jangka pendek Sumber: (Irwan, 2017a)

Patofisiologi Penyakit Menular

Trias epidemiologi atau yang dikenal dengan segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar yang mendeskripsikan hubungan tiga faktor utama yang memiliki peran dalam terjadinya masalah kesehatan atau penyakit khususnya penyakit infeksi. Ketiga faktor tersebut adalah host, agent, dan environment (Irwan, 2017). Hubungan antara host, agent, dan environment ini merupakan suatu kesatuan yang dinamis yang berada dalam keseimbangan (disequilibrium) pada seseorang yang sehat (Akbar Hairil, 2018).

(17)

4

Konsep ini menjelaskan timbulnya penyakit karena terjadinya ketidakseimbangan ketiga faktor tersebut.

Hubungan antara ketiga komponen tersebut digambarkan seperti tuas dan timbangan. Host dan agent berada di ujung masing-masing tuas, sedangkan environment sebagai penumpunya.

Gambar 1.1 Triangle Theory

Gambar 1.1 menjelaskan adanya keseimbangan antara host, agent dan environment, individu dalam kondisi ini disebut sehat.

Interaksi ketidak seimbangan tiga faktor tersebut untuk menimbulkan sakit dan penyakit dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Interaksi Antara Agent dan Environment

Interaksi ini menunjukkan terpengaruhnya agent penyakit secara langsung oleh environment yang tentunya akan menguntungkan agent. Pada interaksi ini agent memberatkan keseimbangan sehingga batang pengungkit mengarah kearah agent. Kondisi ini menyebabkan agent mendapatkan kemudahan untuk menyebabkan penyakit pada host. Contoh, mutasi pada virus influenza mudah menyebabkan penyakit pada host karena host belum memiliki sistem kekebalan terhadap virus baru hasil dari mutasi.

(18)

5

Gambar 1.2 Ketidakseimbangan agent dan environment 2. Interaksi Antara Host dan Environment

Interaksi ini menunjukkan terpengaruhnya host secara langsung oleh environment. Pada interaksi ini, host memberatkan keseimbangan sehingga pengungkit miring kearah host. Dalam kondisi ini host sangat peka terhadap agent. Contoh tingginya angka kejadian diare pada anak dan lansia pasca musibah banjir bandang. Pergeseran environment menyebabkan agent mendapatkan kemudahan masuk kedalam tubuh host dan menimbulkan penyakit.

Gambar 1.3 Ketidakseimbangan host dan evironment 3. Interaksi Antara Host dan Agent

Interaksi ini menunjukkan suatu keadaan agent penyakit yang menetap, berkembang biak dan dapat merangsang host untuk menimbulkan respon berupa tanda dan gejala. Pada interaksi ini terjadi pergeseran pada environment sehingga host memberatkan keseimbangan yang menyebabkan host peka terhadap agent. Contoh pencemaran udara menyebabkan saluran paru-paru menyempit sebagai upaya

(19)

6

meminimalkan racun masuk ke sitem pernafasan, namun mengakibatkan paru-paru kekurangan oksigen sehingga host menjadi lemah dan mengalami kelainan paru.

Gambar 1.4 Ketidakseimbangan Host dan Agent 4. Interaksi Agent, Host dan Environment

Interaksi ini menunjukkan keadaan saling mempengaruhi antara agent, host dan environment secara bersama-sama dan keadaan tersebut memperberat satu sama lainnya sehingga memudahkan agent masuk ke dalam tubuh host.

Gambar 1.5 Interaksi Agent, Host dan Environment Adanya interaksi antara host, agent dan environment pada proses terjadinya penyakit menular dipengaruhi oleh enam komponen yaitu 1). agent), 2). reservoir, 3). portal of exit, 4). transmisi, 5). portal of entry, dan 6). kerentanan penjamu (Hulu et al., 2020). Penjelasan masing-masing komponen sebagai berikut:

(20)

7 1. Penyebab (Agent)

Penyebab penyakit dapat berupa benda hidup, benda mati maupun faktor lainnya (Chandra, 2013). Tabel berikut memaparkan beberapa penyebab dan jenis penyakit.

Tabel 1.2 Agen Penyebab Penyakit Menular dan Jenis Penyakit

Sumber: (Irwan, 2017)

Kemampuan agent menyebabkan penyakit pada host tergantung pada beberapa kondisi yaitu

a. Infektivitas, kemampuan agent penyebab penyakit untuk beradaptasi terhadap lingkungan host sehingga agent bisa hidup dan berkembangbiak dalam jaringan host.

b. Patogenesitas, kesanggupan agent menimbulkan reaksi patologis penyakit pada host pada proses infeksi.

c. Virulensi, kesanggupan agent menghasilkan reaksi patologis berat yang dapat menimbulkan kematian.

d. Toksisitas, kesanggupan agent untuk memproduksi toksin yang merusak jaringan tubuh host.

Agen Penyebab dan Penyakitnya Bibit Penyakit

(agent) Virus; cacar, campak, poliomyelitis

Ricketsia: rocky mountain, spot fever

Fungi; taenea pedis

Bakteri; typhoid, tuberculosis

Protozoa: malaria, amoeba

Metazoa; cacing tambang, cacing gelang,cshistosoma

(21)

8

e. Invasivitas, kesanggupan untuk melakukan penetrasi dan menyebarkan diri ke jaringan dalam tubuh host.

f. Antigenisitas, kesanggupan agent untuk merangsang reaksi imunitas host

2. Reservoir Penyebab Penyakit

Merupakan habitat bagi agent untuk hidup dan berkembangbiak baik pada manusia, hewan maupun lingkungan (Nugrahaeni, 2014). Reservoir ini dapat menjadi sumber agent ditularkan ke penjamu. Seperti reservoir dari clostridium botulinum adalah tanah (Najmah, 2016).

3. Tempat Keluarnya Bibit Penyakit (Portal of Exit)

Tempat keluarnya bibit penyakit dari reservoir manusia dan hewan disebut dengan Portal of Exit.

Pintu keluar merupakan jalan bibit penyakit keluar dari inang sehingga bisa masuk ke penjamu yang baru. Ada beberapa cara agent keluar dari tubuh host diantaranya, melalui 1). Konjungtiva pada penyakit mata. 2). Droplet (udara) melalui bersin, batuk dan bicara pada kasus influensa dan tuberkolusis. 3).

Saluran pencernaan melalui saliva, muntah, dan tinja pada kasus kolera, tifus abdominalis, cacingan, darah. 4). Seksualitas seperti pada kasus hepatitis, AIDS, dan sipilis. 5). Gigitan vector seperti malaria, demam berdarah dan rabies (Irwan, 2017).

4. Transmisi

Mode of transmission agent ke dalam tubuh host, bisa melalui penularan langsung dan penularan tidak langsung. Penularan langsung (direct contact) adalah penularan penyakit yang terjadi secara langsung dari penderita (reservoir), langsung ke penjamu yang rentan (Irwan, 2017). Penularan langsung dapat melalui skin to skin, ciuman, dan hubungan seksual.

(22)

9

Penularan tidak langsung adalah penularan agent infeksius dari reservoir ke host melalui partikel tersuspensi udara (airbone), benda mati (vehicle) dan vector (Najmah, 2016). Berikut diuraikan penyebaran penyakit secara tidak langsung berdasarkan medianya.

Tabel 1.3 Media Penularan Penyakit dan Jenis Penyakit

Sumber: (Irwan, 2017)

No Media Penularan Penyakit Jenis Penyakit 1 Penularan Melalui Air (Water

Borne Diseasse)

Water Born Disesase, penyakit yang disebabkan oleh air minum mengandung patogen

Diare, Kholera, Dysentri, Hepatitis, Gastrointeritis

Water Washed Diseases,

penyakit disebabkan kurangnya air bersih, hygiene

yang buruk

Scabies,

Conjuctivitis/tracho ma

Water Bashed Diseases, penyakit yang disebabkan oleh agen penyakit yang siklus hidupnya di air

Schitosomiasis

Water Related Insect Vectors, penyakit yang ditularkan melalui vektornya yang hidup di air

Demam Berdarah, Malaria, Filariasis, Yellow Fever

2 Penularan Melalui Media

Udara (Air Borne Deseasse) Tubercolusis, Influenza, Covid-19 34 Penularan Penyakit Melalui Kontak Langsung Sifilis, GO, Hepatitis

dan AIDS Penularan Melalui Makan

(Food Borne Deseasse) Diare, Disentri, Demam Typoid 5 Penularan Melalui Vektor

(Vektor Borne Diseasse)

Mosquito borne disease Demam Berdarah, Malaria, Yellow Fever, Encephalitis

Louse borne disease Epidemic Tifus Feverpes, Tifus Murin

6 Penularan dari Hewan ke

manusia Rabies

7 Penularan dari tumbuhan ke

orang Jamur

(23)

10

5. Tempat Masuknya Bibit Penyakit (Portal of Entry) Merupakan tempat masuknya bibit penyakit ke penjamu yang baru melalui jaringan tubuh dimana patogen dapat berkembangbiak (Najmah, 2016).

Dalam hal ini portal of entry sama dengan portal of exit.

6. Kerentanan Penjamu

Kerentanan penjamu mengacu pada kemampuan penjamu yang terpapar agent penyakit untuk melakukan perlawanan sehingga tidak menjadi sakit.

Banyak faktor yang mempengaruhi kerentanan host terhadap paparan agent diantaranya status gizi dan riwayat penyakit penyerta. Faktor genetik, respon imun bawaan dan respon kekebalan spesifik yang didapat setelah vaksinasi merupakan faktor lainnya yang mempengaruhi kerentanan host. Berikut diuraikan perbandingan imunitas bawaan dan respon imun didapat.

Tabel 1.4 Perbandingan Imunitas Bawaan dan Adaptif

RESPON IMUN BAWAAN RESPON IMUN ADAPTIF Tanggapan segera: dimulai

dalam hitungan detik

Tanggap bertahap; awalnya dihasilkan selama 3-4 hari (tanggapan primer)

Menargetkan kelompok

pathogen yang luas Menargetkan pathogen spesifik

Imun bawaan (neutrophil, makrofag dan sel dendritic)

Imunitas sel T (imunitas yang diperantai sel)

Imunitas sel B (Imunitas humoral atau imunitas yang dimediasi antibody)

Sumber: (Hulu et al., 2020) Riwayat Alamiah Penyakit

Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah perjalanan perkembangan penyakit secara alami tanpa adanya suatu intervensi untuk mengatasinya (Hikmawati, 2011). Studi riwayat penyakit ini memiliki

(24)

11

tujuan untuk mengukur status kesehatan (health outcome) individu yang diperoleh saat sakit jika tidak mendapatkan pengobotan. Riwayat ilmiah penyakit memberikan gambaran perjalanan penyakit mulai dari awal paparan bibit penyakit sampai terjangkit atau sakit, cacat atau kambuh (Hulu et al., 2020; Irwan, 2017).

Riwayat alamiah penyakit dibagi atas beberapa tahap yaitu:

1. Fase Rentan (Suseptibel)

Pada fase ini telah terjadi paparan agent terhadap host untuk pertamakalinya, namun belum menimbulkan penyakit karena daya tahan tubuh masih kuat. Pada kondisi ini host masih tampak sehat namun agent mulai melakukan invasi dan meletakkan dasar-dasar bagi perkembangan agent untuk menyebabkan kondisi sakit.

2. Fase Subklinis atau Asimtomatis (Stage of Subclinical Disease)

Pada fase ini telah terjadi interaki antara host, agent dan environment yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan patologis namun belum menunjukkan tanda dan gejala. Perubahan yang terjadi masih berada dibawah garis clinical horizon (perbatasan penyakit dengan tanda penyakit yang jelas). Fase ini disebut juga sebagai fase pragejala yang memiliki ciri ciri 1). perubahan belum tampak, dan 2).

sudah terjadi perkembangbiakan mikroorganisme patogen. Pada tahap ini penyakit sulit untuk didiagnosa klinis namun diagnosa dini dapat ditegakkan karena sudah mengalami pathologic change.

(25)

12

3. Fase Klinis (Stage of Clinical Disease)

Pada fase ini kelainan patologis dan gejala penyakit bertambah jelas sehingga diagnosis bisa ditegakkan.

Meskipun diagnosis bisa ditegakkan namun gejala penyakit yang tidak selalu sama menyebabkan kesulitan, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium tertentu untuk menegakkan diagnostik pasti. Pada tahap ini penderita penyakit memerlukan penatalaksaaan medis untuk mengobati penyakit.

4. Fase Terminal

Pada tahap ini dampak penyakit mulai terlihat, mungkin sembuh spontan, sembuh dengan terapi, kambuhan, kecacatan atau kematian. Pada kasus kambuhan, host bisa menjadi karier dimana perjalanan penyakit seolah olah terhenti karena manifestasi klinis tidak tampak lagi, namun dalam tubuh host masih ada agent yang suatu saat bisa aktif dan menimbulkan penyakit. Pada saat imunitas tubuh host baik, maka akan tampak sehat namun bila kondisi imunitas sebaliknya, maka akan muncul sakit.

Dengan mengetahui tiap fase alamiah penyakit maka studi ini digunakan untuk kepentingan diagnostik dalam menentukan masa inkubasi penyakit, penentuan masa penyakit, penatalaksaaan dan pengobatan penyakit terkait pencegahan, penghentian penyebaran penyakit seperti gambar di bawah ini.

(26)

13

Gambar 1.6 Riwayat Alamiah Penyakit Teori Terjadinya Penyakit

Selain teori segitiga (triangle theory) yang menjelaskan tentang terjadinya penyakit, namun ada beberapa teori lain yang di kembangkan oleh beberapa ahli (Irwan, 2017;

Najmah, 2016). Berikut beberapa teori yang dimaksud dan penjelasannya.

1. Jaring-jaring Sebab Akibat (The Web of Causation) Teori ini disebut juga sebagai konsep multi factorial, yang dikembangkan oleh Mac Mohan dan Pugh (1970). Teori ini menjelaskan penyakit terjadi karena adanya interaksi dari beberapa faktor, perubahan pada salah satu faktor mampu mengubah keseimbangan antar mereka yang dapat menyebabkan bertambah atau berkurangnya suatu penyakit. Model ini sangat cocok untuk menggambarkan kejadian penyakit yang disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup.

(27)

14

Gambar 1.7 Jaring-jaring Sebab Akibat Penyakit Teori ini menjelaskan bahwa penyakit tidak hanya disebabkan oleh penyebab tunggal melainkan banyak penyebab yang saling berkaitan sehingga membentuk jaring. Memotong mata rantai pada suatu titik tertentu mampu mencegah atau mengendalikan satu penyakit.

2. Teori Roda (The Well of Causation)

Model teori ini tidak menekankan pentingnya agent namun lebih mementingkan hubungan manusia sebagai hots dengan lingkungannya. Manusia sebagai host ada pada bagian intinya, dan komponen lingkungan mengelilingi host. Identifikasi yang tepat terhadap berbagai faktor risiko yang berperan menyebabkan penyakit merupakan hal penting yang harus dilakukan dalam model teori ini. Sama seperti teori the web of causation, teori ini juga menekankan bahwa memotong mata rantai diberbagai faktor dapat mencegah dan menghentikan penyakit.

(28)

15

Gambar 1.8 Model Roda

Peranan masing-masing lingkungan pada teori ini tergantung pada penyakitnya. Pada penyakit campak status imunitas penjamu dan lingkungan biologik lebih penting daripada faktor genetik sedangkan peranan lingkungan sosial lebih besar dalam penyakit stres mental.

3. Teori Contagion (Contagion Theory)

Teori ini menyatakan bahwa penyakit bisa terjadi karena ada kontak antara individu satu dengan individu lainnya melalui zat penular yang disebut dengan kontangion. Ada tiga jenis kontangion yaitu: 1).

Kontak langsung seperti, bersentuhan, berciuman dan hubungan seksual, 2). Benda perantara seperti, sapu tangan dan handuk, 3). Kontangion yang menularkan dalam jarak jauh seperti, bersin dan batuk. Teori ini dikembangkan oleh Fracastoro (1483- 1553).

4. Teori Hyppocrates (Hippocratic Theory)

Teori ini menyatakan bahwa penyakit terjadi karena adanya kontak dengan jasad hidup, lingkungan eksternal maupun internal tubuh,. Masalah lingkungan serta perilaku individu dapat

(29)

16

mempengaruhi persebaran penyakit di masyarakat.

Model teori ini dikembangkan oleh Hippocrates (460- 377 SM).

5. Teori Miasma (Miasmatic Theory)

Teori ini menyatakan bahwa penyakit dapat disebabkan oleh miasma. Miasma adalah udara buruk atau polusi berupa gas yang terbentuk dari sisa-sisa mahluk hidup yang mengalami proses pembusukan, barang yang membusuk atau buangan limbah yang tergenang sehingga mengotori udara.

Teori ini dikembangkan oleh William Farr dalam pengembangan kausa epidemi kolera.

6. Teori Jasad Renik (Teori Germ)

Teori ini menyatakan bahwa penyakit muncul karena adanya invasi agent berupa mikroorganisme ke dalam tubuh host. Penemuan mikroskop mampu menunjang perkembangan teori ini sehingga mikroorganisme penyebab dari infeksi bisa diidentifikasi. Penemuan obat-obat antibiotika dan antimikroba, vaksin, sterilisai, dan program sanitasi publik membantu mencegah dan mengobati penyakit.

(30)

17 Daftar Pustaka

Akbar, Hairil. (2018). Pengantar Epidemiologi. Bandung.

PT. Refika Aditama.

Chandra, B. (2013). Kontrol Penyakit Menular Pada Manusia. Yogyakarta. EGC.

Dressler, A. (2022). Pathophysiology and Treatment of Infectious Diseases. Journal of Current Synthetic and Systems Biology, 10(1000006), 1–2.

https://doi.org/10.35248/2332- 0737.22.10.006.Citation

Hikmawati. (2011). Buku Ajar Epidemiologi.

Yogyakarta.Nuha Medika.

Hulu, V. T., Salman, Supinganto, A., Amalia, L., Khariri, Sianturi, E., Nilasari, Siagian, N., Hastuti, P., &

Syamdarniati. (2020). Epidemiologi Penyakit Menular:

Riwayat, Penularan dan Pencegahan. Medan.Yayasan Kita Menulis.

Irwan. (2017). Epidemiologi Penyakit Menular. Yogyakarta.

CV. Absolute Media.

Najmah. (2016). Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta.

Trans Info Media.

Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar). Jakarta. Rineka Cipta.

Nugrahaeni, D. K. (2014). Konsep Dasar Epidemiologi.

Yogyakarta. EGC.

(31)

18 Profil Penulis

Ns. Ni Kadek Sutini, S.Kep., M.Kes.

Lahir di Desa Blahkiuh, Abiansemal Badung, 25 Desember 1980. Riwayat pendidikan penulis diawali dari Diploma III Keperawatan di Akademi Keperawatan PPNI padatahun 1999 sampai dengan 2002. Setelah lulus dengan gelar Ahli Madya Keperawatan, penulis aktif sebagai asisten dosen di Akademi Keperawatan PPNI. Selanjutnya pada tahun 2009 sampai dengan 2011 penulis melanjutkan pendidikan strata I (S1) di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Bali. Pada tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikan strata II (S2) di Fakultas Kedokteran Udayana dengan mengambil Magister of Publich Health dengan konsentrasi epidemiologi. Sejak tahun 2012 sampai dengan sekarang penulis aktif sebagai tenaga Dosen pada Program Studi Sarjana Keperawatan di Institut Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali. Beberapa mata kuliah yang diampu adalah Epidemiologi, Biostatistik, Promosi Kesehatan dan Keperawatan Medikal Bedah. Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat penulis berfokus pada Penyakit Tidak Menular (PTM). Beberapa penelitian yang telah dilakukan didanai oleh internal perguruan tinggi dan juga eksternal dari Kemenristek DIKTI.

Email Penulis: [email protected]

(32)

19

2

KONSEP DASAR PENYAKIT TIDAK MENULAR

Dr. Ns. Komang Ayu Henny Achjar, M.Kep., SpKom Poltekkes Kemenkes Denpasar

Pendahuluan

Pola hidup sehat sangat dianjurkan karena dapat mengurangi risiko terkena penyakit tidak menular (PTM).

Tindakan pencegahan jauh lebih baik daripada harus mengobati. Saat ini, Indonesia berada pada kondisi terjadi pergeseran pola penyakit yaitu dari penyakit akibat lingkungan yang buruk dan adanya penyakit infeksi menuju pergeseran adanya penyakit pembuluh darah, kardiovaskuler dan penyakit tidak menular lainnya, gangguan kejiwaan seperti psikosa, neurosa dan bunuh diri. Indonesia berada pada kondisi perubahan demografi dan epidemiologi, kondisi rentan bencana, perubahan iklin dan sosial ekonomi serta antisipasi adanya pandemi di masa depan, sangat berpengaruh pada sistem dan derajat kesehatan nasional, sehingga diperlukan transformasi sistem kesehatan. Potensi dan permasalahan yang ada di Indonesia diakibatkan karena sumber daya manusia (SDM) yang masih inadekuat, rendahnya kualitas dan kapasitas pelayanan, ketidaktersediaan obat dan alat kesehatan serta terkait dengan permasalahan anggaran dan pelaporan, juga pelayanan yang ada masih fokus pada pelayanan kesehatan perorangan dibandingkan pelayanan kesehatan masyarakat (UKM).

(33)

20

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia melalui program transformasi Sistem Kesehatan 2021-2024, yang terdidi dari 6 pilar utama transformasi antara lain : Transformasi layanan primer, Transformasi layanan rujukan. Transformasi sistem ketahanan kesehatan, Transformasi sistem pembiayaan kesehatan, Transformasi SDM Kesehatan dan Transformasi teknologi kesehatan. Pada transformasi layanan primer fokus utama pada penguatan upaya promotif dan preventif.

Program utama untuk penguatan preventif di layanan primer berupa Imunisasi rutin dari 11 menjadi 14 jenis vaksin yaitu BCG, DPT-Hib, Hep B, MMR/MR,Polio (OPV- IPV), TT/DT/td, JE, HPV,PCV, Rotavirus. Kanker Serviks merupakan satu satunya kanker yang bisa dicegah dengan imunisasi Human Papillomavirus (HPV).

Perluasan deteksi dini melalui skrining penyakit penyebab kematian tertinggi di setiap sasaran usia seperti Hipotiroid kongenital, Thalasemia, Anemia dan kanker anak, Stroke, Serangan jantung, Hipertensi, Penyakit paru non-infeksi, Tuberkulosis, Kanker paru, Hepatitis, Diabetes Mellitus (DM), Kanker payudara, Kanker serviks. Peningkatan kesehatan ibu dan anak melalui kegiatan pemantauan tumbuh kembang anak di Posyandu dengan alat antropometri terstandar, Pemeriksaan kehamilan (ANC) dari empat kali menjadi enam kali, termasuk dua kali USG dengan dokter pada trimester satu dan trimester ketiga kehamilan.

Sedangkan Edukasi kesehatan sebagai upaya promotif ditujukan pada program penguatan peran kader sebagai agen dan aktivis pemberdayaan kesehatan masyarakat di lingkungannya, penguatan kampanye dan gerakan terutama untuk program prioritas secara mandiri maupun melalui kerja sama dengan organisasi massa lainnya serta penggunaan platform dan media edukasi terintegrasi untuk menjangkau masyarakat secara luas.

(34)

21

Transformasi sistem kesehatan 2021-2024 dijelaskan seperti gambar 2.1. berikut

Gambar 2.1 Transformasi sitem kesehatan 2021-2014 Pengertian Penyakit Tidak Menular (PTM)

Ada beberapa pengertian tentang Penyakit Tidak Menular (PTM), diantaranya:

1. Suatu penyakit yang tidak ditularkan dari individu ke individu yang lain.

2. Penyakit non infeksi yang berlangsung seumur hidup dan membutuhkan pengobatan dan perawatan jangka panjang.

3. Penyakit yang tidak bisa ditularkan dari orang ke orang, yang perkembangannya berjalan perlahan dalam jangka waktu yang lama.

4. Disebut juga dengan penyakit kronis (penyakit menahun) dan penyakit non infeksi.

5. Disebut juga dengan penyakit degeneratif, yaitu penyakit yang terjadi akibat perubahan fungsi sel sel tubuh yang mempengaruhi organ, penyakit ini juga akibat perubahan usia.

(35)

22

Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti kardiovaskuler, stroke, diabetes mellitus, penyakit paru obstruktif dan kanker tertentu, dalam kesehatan masyarakat sebenarnya dapat digolongkan sebagai satu kelompok PTM utama yang mempunyai Faktor risiko sama (common underlying risk factor).

Adapun nama lain penyakit tidak menular (PTM) bervariasi, di antaranya:

1. Penyakit kronis yaitu penyakit yang menurunkan kondisi penderitanya secara bertahap dalam waktu yang lama atau menahun. Jenis penyakit ini umumnya mengindikasikan para pengidapnya menderita penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan kematian.

2. Penyakit non-infeksi, ialah penyakit yang disebabkan bakteri, virus, parasit, jamur, dan mikroorganisme lainnya. Umumnya, jenis penyakit non-infeksi ditemukan pada sel dalam diri individu yang tumbuh secara tak normal.

3. Non communicable disease, yakni istilah lain dari penyakit tidak menular. Jenis penyakit ini disebabkan oleh infeksi dan tak dapat ditularkan ke orang lain.

4. Penyakit degeneratif, merupakan jenis penyakit yang muncul akibat perubahan fungsi sel-sel pada tubuh yang memengaruhi fungsi organ. Penyakit degeneratif juga dapat muncul akibat perubahan usia.

Jenis Penyakit Tidak Menular

Penyakit tidak menular (PTM) dapat terjadi pada seseorang di berbagai usia dan agregat tumbuh kembang, serta dapat menimbulkan angka kematian tinggi tiap tahunnya. Terdapat beberapa jenis penyakit tidak menular antara lain:

(36)

23

1. Penyakit kardiovaskuler yang berkaitan dengan naiknya tekanan darah, gula darah, obesitas.

2. Penyakit kanker

3. Penyakit pernafasan kronis seperti asma, hipertensi, paru

4. Diabetes Mellitus

Jenis PTM tercantum dalam Klasifikasi Internasional Penyakit (International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems), dikelompokkan berdasarkan sistem dan organ tubuh meliputi:

1. Penyakit keganasan;

2. Penyakit endokrin, nutrisi, dan metabolik;

3. Penyakit sistem saraf;

4. Penyakit sistem pernapasan;

5. Penyakit sistem sirkulasi;

6. Penyakit mata dan adnexa;

7. Penyakit telinga dan mastoid;

8. Penyakit kulit dan jaringan subkutanius;

9. Penyakit sistem musculoskeletal dan jaringan penyambung;

10. Penyakit sistem genitourinaria;

11. Penyakit gangguan mental dan perilaku;

12. Penyakit kelainan darah dan gangguan pembentukan organ darah.

Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular (PTM)

Faktor risiko penyakit tidak menular dibedakan menjadi dua yaitu: 1) Faktor risiko yang tidak dapat dirubah/

dimodifikasi seperti usia, jenis kelamin dan riwayat

(37)

24

keturunan/genetik 2) Faktor risiko yang dapat dirubah/dimodifikasi, faktor ini sangat terkait dengan perilaku diantaranya pola makan yang tidak seimbang, gaya hidup, kurang aktifitas fisik, stress, obesitas, merokok, mengkonsumsi alkohol, mengkonsumsi narkoba, terpapar radiasi atau agent kimiawi, dan sebagainya. Selain itu terdapat faktor risiko lingkungan yang turut mempengaruhi kejadian penyakit tidak menular yaitu sosial ekonomi, budaya, dan polusi.

Beberapa faktor risiko pemcu terjadinya penyakit tidak menular disebabkan oleh perilaku manusia. Faktor risiko perilaku yang dapat diubah meliputi:

1. Merokok

Berbagai risiko penyakit tidak menular yang akan muncul akibat perilaku merokok diantaranya tekanan darah tinggi, gangguan pada jantung, dan berbagai penyakit yang berkaitan dengan sistem pernapasan.

2. Pola hidup tidak sehat dan kurang aktifitas fisik Pola hidup tak sehat seperti kurangnya aktifitas fisik, diet makanan yang tidak sehat, konsumsi minuman beralkohol dapat memicu seseorang menderita stroke, jantung koroner, diabetes, hipertensi, dan berbagai jenis penyakit lainnya.

3. Konsumsi minuman beralkohol

Konsumsi minuman beralkohol dapat meningkatkan kadar trigliserida yang berpotensi menumpuk di pembuluh darah, sehingga dapat menimbulkan gangguan pada jantung. dapat meningkatkan kerusakan hati dan saluran pencernaan.

4. Lingkungan yang tidak sehat

Lingkungan yang tidak sehat dapat memicu penyakit tidak menular. Lingkungan dimaksud selain

(38)

25

lingkungan fisik, sosial ekonomi juga budaya. Stres menjadi penyebab tertinggi seseorang mengalami penyakit seperti hipertensi dan diabetes mellitus.

Faktor pemicu terjadinya penyakit tidak menular (PTM) merupakan kondisi yang potensial berbahaya dan dapat memicu terjadinya PTM pada seseorang, seperti:

1. Kebiasaan merokok 2. konsumsi alkohol

3. Pola hidup tidak sehat seperti kurangnya aktivitas fisik

4. Pola makan sembarangan, seperti konsumsi gula, garam dan lemak berlebih

5. Periksa kesehatan secara rutin

6. Mengubah gaya hidup sehat serta memahami konsep, penyebab dan cara pencegahannya,

7. Obesitas,

8. Hiperglikemia (tingginya kadar glukosa darah), hipertensi, hiperkolesterol,

9. Perilaku yang berkaitan dengan kecelakaan dan cedera

Beragam faktor dapat meningkatkan risiko PTM. Penyakit ini bisa muncul karena kombinasi faktor genetik, lingkungan dan gaya hidup seseorang, seperti:

1. Memiliki anggota keluarga dengan kondisi serupa.

2. Pola makan tidak sehat, terutama kurang mengkonsumsi buah dan sayur.

3. Malas bergerak atau kurang aktivitas.

4. Merokok atau menjadi perokok pasif

(39)

26 Pencegahan PTM

Pencegahan penyakit tidak menular (PTM) dapat dilakukan melalui kegiatan:

1. Promosi kesehatan,

Promosi kesehatan PTM ditujukan untuk mewujudkan PHBS dengan menciptakan dan mentradisikan perilaku CERDIK masyarakat, yaitu;

Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat dan gizi seimbang, Istirahat yang cukup, dan Kelola stress. Promosi kesehatan dapat dilakukan dengan strategi advokasi, pemberdayaan masyarakat, dan kemitraan

2. Deteksi dini faktor risiko,

Deteksi dini dilakukan untuk menemukan faktor risiko PTM sedini mungkin. Deteksi dini dilakukan terhadap individu dan/atau kelompok yang berisiko atau tidak berisiko secara rutin melalui wawancara, pengukuran dan pemeriksaan

3. Perlindungan khusus.

Perlindungan khusus dilakukan untuk pencegahan penyakit dengan pemberian kekebalan/imunisasi.

hanya dapat dilakukan terhadap jenis PTM yang memungkinkan secara keilmuan di bidang kesehatan Pengendalian dilaksanakan melalui kegiatan penemuan dini kasus dan tata laksana dini. Penyelenggaraan Penanggulangan PTM diprioritaskan pada jenis PTM yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, dengan kriteria:

1. Tingginya angka kematian atau kecacatan;

2. Tingginya angka kesakitan atau tingginya beban biaya pengobatan;

3. Memiliki faktor risiko yang dapat diubah.

(40)

27

Adapun cara mencegah penyakit tidak menular diantaranya:

1. Hindari kebiasaan merokok dan minum alkohol berlebih

Salah satu faktor penyebab penyakit tidak menular, yakni kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol secara berlebih. Dengan menghindari kebiasaan tersebut, tubuh akan terbebas dari risiko munculnya penyakit tidak menular.

2. Batasi konsumsi gula, garam, lemak berlebih

Menurut Kementerian Kesehatan, konsumsi gula per hari untuk setiap individu, yakni 5 hingga 9 sendok teh atau setara 50 gram gula. Sementara menurut Healthline, kadar garam yang dibutuhkan tubuh yakni tidak kurang dari seperempat sendok teh per harinya. Sedangkan untuk kadar konsumsi lemak disarankan sebanyak 20 hingga 30 gram per hari.

3. Rutin melakukan aktivitas fisik

Aktivitas fisik ringan yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya PTM menurut Kementerian Kesehatan diantaranya jalan cepat di sekeliling rumah, naik turun tangga selama 10 hingga 15 menit sebanyak dua atau tiga kali dalam sehari, hingga lompat tali. Berbagai aktivitas fisik tersebut dapat memperlambat denyut nadi yang menyebabkan kinerja jantung menjadi lebih baik. Tak hanya itu, rutin melakukan aktivitas fisik dapat membakar lemak sehingga terhindar dari risiko obesitas.

4. Rajin mengonsumsi buah dan sayur

Melengkapi konsumsi harian dengan buah dan sayur mampu mencegah risiko terjangkit PTM. WHO merekomendasikan untuk mengkonsumsi 400 gram buah dan sayur per hari. Sementara itu, Kementerian

(41)

28

Kesehatan melalui Pedoman Gizi Seimbang, Undang- Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 merekomendasikan konsumsi 3-5 porsi sayur dan 2- 3 porsi buah per hari.

5. Cek kesehatan secara teratur

Hal yang tak kalah penting dilakukan untuk mencegah timbulnya PTM ialah mengecek kesehatan secara rutin. Umumnya pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam kurun waktu enam bulan.

Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.

Perilaku ini mencakup antara lain:

1. Makanan dengan menu seimbang (appropriate diet).

Menu seimbang disini dalam arti kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak lebih). Secara kualitas mungkin di Indonesia dikenal dengan ungkapan empat sehat lima sempurna.

2. Olah raga teratur, juga mencakup kualitas (gerakan) dan kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olah raga.

3. Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam penyakit.

4. Tidak minum-minuman keras dan narkoba

5. Istirahat yang cukup. dengan meningkatkan kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian dengan lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga waktu

(42)

29

istirahat berkurang. Hal ini juga dapat membahayakan kesehatan.

6. Mengendalikan stress. Stess akan terjadi pada siapa saja dan akibatnya bermacam-macam bagi kesehatan.

Stress tidak dapat kita hindari, yang penting dijaga agar stress tidak menyebabkan gangguan kesehatan.

7. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya penyesuaian diri kita dengan lingkungan.

Masyarakat baik secara perorangan maupun kelompok berperan aktif dalam Penanggulangan PTM. Peran serta masyarakat melalui kegiatan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) dengan membentuk dan mengembangkan Pos Pembinaan Terpadu PTM (Posbindu PTM). Melalui Posbindu PTM dapat dilaksanakan kegiatan deteksi dini, monitoring dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM secara mandiri dan berkesinambungan di bawah pembinaan Puskesmas.

Pada umumnya, penyebab dari penyakit yang tidak menular adalah faktor genetik serta efek dari pola hidup yang kurang seimbang dan kurang sehat. Penyakit tidak menular saat ini masih dipersepsikan oleh masyarakat sebagai penyakit yang tak berbahaya ketimbang penyakit yang menular, inilah yang menyebabkan angka kesakitan dan kematian selalu tinggi.

Jenis Penyakit Tidak Menular (PTM) yang Sering Terjadi

Terdapat beberapa Jenis Penyakit tidak menular yang sering terjadi di masyarakat dan mempunyai risiko kematian yang tinggi, antara lain:

(43)

30 1. Penyakit kardiovaskular

Secara umum, penyakit kardiovaskular disebabkan oleh peradangan, penyumbatan, kerusakan, atau kelainan pada jantung, otot, maupun pembuluh darah di sekitarnya. Di Indonesia, kematian akibat penyakit ini paling banyak terjadi pada kelompok usia 75 tahun ke atas. Mayoritas kasusnya berawal dari kebiasaan merokok dan pola makan tidak sehat.

Beberapa jenis penyakit kardiovaskular yang sering terjadi seperti penyempitan atau pengerasan pembuluh darah arteri akibat penumpukan plak (aterosklerosis), Penyakit jantung koroner, gangguan irama jantung (aritmia), cacat jantung bawaan, kerusakan katup jantung, peradangan lapisan dalam jantung (endokarditis).

2. Kanker

Kanker merupakan penyebab kematian terbanyak kedua di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkontrol, yang kemudian menyebar ke jaringan atau organ tubuh lainnya. Di Indonesia, kanker payudara menjadi jenis kanker dengan jumlah kasus dan kematian tertinggi. Tingginya angka kematian disebabkan oleh keterlambatan dalam penanganan kanker. Penyakit ini bisa dideteksi dan ditangani sedini mungkin sebelum bertambah parah.

3. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)

Penyakit paru obstruktif kronis disebabkan oleh adanya sumbatan pada saluran udara pada paru- paru. PPOK juga menjadi penyebab kematian tertinggi ketiga di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh kebiasaan merokok. Kemunculan penyakit ini ditandai dengan gejala seperti sesak napas dan batuk berdahak yang berkepanjangan. Dua jenis PPOK yang

(44)

31

paling banyak terjadi yaitu bronkitis kronis dan emfisema. Dalam beberapa kasus, pengidap PPOK berpeluang untuk terkena kedua jenis penyakit ini.

4. Penyakit ginjal

Ginjal memiliki fungsi penting bagi tubuh, terutama menyaring darah. Saat fungsinya terganggu, darah rentan terkontaminasi racun berbahaya. Risiko penyakit ini biasanya meningkat pada pengidap hipertensi dan diabetes. Jika tak segera mendapat penanganan, berisiko mengalami komplikasi seperti infeksi ginjal, batu ginjal, gagal ginjal, kista ginjal, dan kanker ginjal. Angka kematian akibat penyakit ginjal pun terbilang tinggi. Penyakit ini menempati posisi 10 sebagai penyebab kematian tertinggi di dunia.

5. Diabetes Mellitus (DM)

Menurut data Riskesdas tahun 2018, Diabetes mellitus lmenjadi salah satu penyakit tidak menular dengan angka kematian tertinggi. Penyakit ini ditandai dengan tingginya kadar gula darah. Penyakit ini terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, dan gestasional. Dari ketiga jenis tersebut, diabetes mellitus tipe 2 merupakan DM tertinggi yang paling banyak terjadi di masyarakat. Diabetes meliitus merupakan penyakit yang perlu ditangani dengan serius. Jika dibiarkan, penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi seperti sakit jantung, stroke, dan gagal ginjal. Sampai saat ini penyakit DM masih dikatakan penyakit keturunan dan juga akibat gaya hidup tidak sehat.

6. Gangguan mental

Gangguan mental sering kali diabaikan pengidapnya.

Selain karena gejalanya yang kerap tidak disadari, penyakit yang tidak menular ini memiliki stigma

(45)

32

dalam masyarakat. Gangguan mental menjadi masalah kesehatan akibat keturunan, stress, depresi, saat ini kejadian gangguan mental cenderung meningkat akibat tekanan hidup dan faktor lingkungan lainnya. Angka kematian akibat gangguan mental terbilang tinggi antara lain bunuh diri akbiat depresi berkepanjangan.

7. Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit akibat faktor genetika yang bisa memperbesar peluang seseorang dalam mengidap penyakit ini. Ketika tekanan darah meningkat, maka otomatis jantung harus kerja secara lebih keras untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh lewat pembuluh darah. Hipertensi ada 2 jenis, yakni hipertensi esensial atau primer. Hipertensi sekunder biasanya dipicu oleh faktor sistem endokrin, jantung, arteri dan bahkan juga ginjal. Pencegahan hipertensi pada seseorang dapat dilakukan dengan cara mengkonsumsi makanan yang mengandung serat tinggi, menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi, menjaga berat badan ideal (turunkan berat badan apabila merasa obesitas), menjauhi minuman keras. terapi relaksasi, perbanyak olahraga, jauhi kafein, jauhi rokok (baik itu kegiatan merokok aktif maupun asapnya).

8. Rematik

Penyakit rematik merupakan penyakit persendian, seperti tangan, lutut dan juga bagian sendi lain. Yang ditandai adanya peradangan sendi di mana sendi sulit digerakkan, terasa panas, sekaligus membengkak dan kemerahan. Penyakit rematik yang paling umum terjadi dimasyarakat seperti osteoarthritis atau yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem daya

(46)

33

tahan tubuh penderita serta asam urat yang terjadi akibat dari adanya zat asam yang menumpuk pada sendi. Pencegahan dapat dilakukan antara lain terapi relaksasi, mengonsumsi banyak sayur dan buah, hindari makanan yang merupakan sumber dari lemak hewani, hindari obesitas dengan menjaga berat badan ideal, tidak melakukan kegiatan fisik secara berlebihan, berolahraga yang ringan dan aman dengan pemanasan sebelumnya, tidak mengenakan sepatu berhak tinggi, hindari kebiasaan terlalu lama di depan komputer maupun menonton TV.

9. Asma

Penyakit asma tidak menular, namun seseorang bisa saja terkena asma karena faktor debu, makanan/minuman dingin, stress, alergi makanan.

Penyakit kronis yang terjadi di saluran pernapasan seperti batuk, nyeri di bagian dada, sesak nafas mengi merupakan gejala dari asma. Pencegahan asma dapat dilakukan antara lain olahraga ringan secara rutin dan jauhi jenis olahraga berat, minum teh herbal beberapa waktu sekali, hindari asap rokok, makanan penyebab alergi, debu, dan juga alergen lainnya, hindari depresi dan stress serta hindari tempat dengan udara dingin.

Menurut WHO, penyakit tidak menular meliputi penyakit kardiovaskular (seperti penyakit jantung dan stroke), kanker, penyakit pernapasan kronis (seperti PPOK dan asma) dan Diabetes Mellitus. Unicef menambahkan, ada beberapa jenis penyakit tidak menular lain, seperti gangguan mental dan cidera.

Penyakit kardiovaskular adalah kondisi yang mempengaruhi jantung dan pembuluh darah, biasanya juga berhubungan dengan penumpukan timbunan lemak di dalam arteri dan meningkatkan risiko pembekuan darah. Jenis Penyakit

(47)

34

Kardiovaskular antara lain p,enyakit jantung coroner, stroke, arterosklerosis, aritmia, cacat jantung bawaan, endocarditis, trombosis vena dalam.

(48)

35 Daftar Pustaka

Aikins., Ama,G., & Charles,A. (2016). “Introduction:

Addrressing the Choronic Non-communicable Disease Burden in Low-and-Middle-income Countries”.

London: CAB Publishing.

Darmawan, A. ( 2016) Epidemiologi Penyakit Menular Dan Penyakit Tidak Menular. JMJ, Vol 4, No 2, Hal: 195 – 200.

Direktorat Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular. (2019). Manajemen Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit (2019) Strategi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Diakses Pada : http://www.p2ptm.kemkes.go.id/profil-

p2ptm/latarbelakang /strategi-pencegahan-dan- pengendalian-ptm-diindonesia, tanggal 25 Agustus 2022.

Kementrian Kesehatan (2015). Peraturan Menteri Kesehatan R.I no 71 tahun 2015 tentang penanggulangan penyakit tidak menular.

Kementrian Kesehatan. Deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular dan faktor risiki PTM, http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id

Sudayasa,P.I. et.al. (2020). Deteksi Dini Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular Pada Masyarakat Desa Andepali Kecamatan Sampara Kabupaten Konawe . Journal of Community Engagement in Health. Vol.3 No.1. Page.60-66. ISSN: 2620-3758 (print); 2620-3766 (online). http:jceh.org

Szklo, M., & Nieto, F. J. (2019). Epidemiology: Beyond the Basics. Jones & Bartlett Learning

World Health Organisation (WHO). (2020).Vector-borne diseases. https://www.who.int/news-room/fact- Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular 47 sheet/detai/ Vector-borne diseases 2020 (diakses tanggal 18 Juli 2021

(49)

36 Profil Penulis

Dr. Ns. Komang Ayu Henny Achjar, M.Kep., SpKom Penulis dilahirkan di Lumajang Jawa Timur pada 21 Maret. Ketertarikan penulis terhadap ilmu kesehatan dimulai saat menempuh pendidikan Magister (S2) Keperawatan di Universitas Indonesia Jakarta, lalu melanjutkan ke Spesialis (Sp) Keperawatan Komunitas di Universitas Indonesia Jakarta serta menempuh pendidikan Doktoral (S3) Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia Jakarta juga. Saat ini penulis bekerja sebagai dosen tetap di Poltekkes Kemenkes Denpasar. Penulis pernah menjabat sebagai sekretaris Jurusan Keperawatan dan sekarang menjabat sebagai Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan. Penulis juga aktif dalam kegiatan ilmiah dan organisasi keprofesian yaitu Ketua Pembina Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia (IPKKI) Provinsi Bali, asesor BKD Nasional, detaser pada program detasering, asesor ISO, reviewer penelitian nasional, reviewer pengabmas nasional, Chief Editor jurnal nasional terakreditasi, reviewer di beberapa jurnal nasional terakreditasi, pembicara webinar internasional

& nasional, dosen berprestasi tingkat nasional tahun 2021.

Sehari-harinya bekerja sebagai dosen pengampu mata kuliah keperawatan keluarga, keperawatan komunitas, health tourism.

Selain itu penulis juga aktif dalam menulis jurnal serta aktif menulis buku ajar dan book chapter seperti Aplikasi praktis asuhan keperawatan Keluarga, (penerbit CV Sagung Seto), Asuhan keperawatan komunitas (penerbit EGC). Penerbit UI Press Jakarta pada buku Model keperawatan wisatawan pantai melalui pembentukan pos kesehatan pantai (poskespan), modul kegawatdaruratan pencegahan & penanganan kasus di pantai, modul kader poskespan/ tim penyelamat pantai, Asuhan keperawatan kelompok khusus masyarakat pantai, modul bagi perawat poskespan, Buku kerja perawat di pos kesehatan pantai serta Buku kerja kader poskespan (tim penyelamat pantai). Siaga Hadapi Varian Omicron dan buku Dosen Berprestasi untuk Negeri (Penerbit Talenta Indonesia Mandiri), Buku Manajemen Bencana dan Kegawatdaruratan (Penerbit PT Global Eksekutif Tehnologi), Keperawatan Keluarga, keperawatan komunitas, keperawatan holistik, metode penelitian kualitatif serta falsafah teori keperawatan: penerbit PT Sonpedia Publishing Indonesia.

Email Penulis: [email protected]

(50)

37

3

STRATEGI PENGENDALIAN PENYAKIT PADA PENDUDUK MISKIN

Hamdan, SKM., M.K.M.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan Strategi Pengentasan Kemiskinan

Strategi yang dilakukan oleh berbagai pihak terutama bagi pemerintah diantaranya dapat melindungi keluarga dan kelompok masyarakat yang mengalami kemiskinan keronis dengan cara memberdayakan dan dapat mencegah terjadinya kemiskinan baru. Upaya yang dilakukan dapat menciptakan kesadaran masyarakat tentang kemiskinan yang dihadapi baik individu maupun kelompok, masyarakat dapat mengambil tindakan sendiri dalam mengatasi kemiskinan dengan cara bekerja masif atau kerja fisik yang positif, pemerintah dapat memberikan donasi atau bantuan terhadap masyarakat yang mengalami kemiskinan tersebut, menghilangkan kepentingan gender masyarakat yang kaya dapat membantu masyarakat yang berada ditaraf kemiskinan, ciptakan pekerjaan bagi para masyarakat yang mengalami kemiskinan dengan memberikan pelatihan gratis dan meningkatkan skil dan pengetahuan supaya dapat memberikan kontribusi untuk hidupnya dimasa akan datang, pemerintah dapat meningkatkan akses sanitasi layak air bersih, mendidik semua orang agar memiliki kesadaran tentang keberdayaan ekonomi.

(51)

38

Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang menerapkan asas desentralisasi dalam melaksanakan dan menjalankan pemerintahannya. Asas desentralisasi yang dapat diartikan sebagai sebuah kewenangan ataupun otoritas yang dilimpahkan oleh pemerintah pusat kepada daerah untuk menjalankan serta menyelenggarakan Otonomi Daerah. Otonomi daerah diterapkan dengan tujuan untuk memberikan kebebasan bagi pemerintah daerah dalam meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan terhadap masyarakat, serta memudahkan Pemerintah Daerah (Pemda) dalam menetapkan prioritas dan kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat.

Otonomi daerah memberikan kebebasan bagi Pemerintanahan Daerah dalam mengatur kehidupan rumah tangganya sendiri. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa pemerintah daerah merupakan unsur pelaksanaan pemerintahan daerah yang membidangi urusan pemerintahan daerah dalam menjalankan kewenangan sebagai daerah otonom. Dalam pelaksanaan penyelenggaraan otonomi daerah khususnya di bidang ketertiban dan ketentraman masyarakat dibentuklah suatu badan atau instansi yang secara khusus membidangi permasalahan tersebut yaitu Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Permasalahan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat merupakan hal penting yang menjadi prioritas penanganan dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Berdasarkan UU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik adalah meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan Publik untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas, dimana setiap orang berhak memperoleh informasi baik secara elektronik maupun non elektronik. Undang- undang yang terdiri dari 64 pasal ini pada intinya memberikan kewajiban kepada setiap Badan Publik untuk

(52)

39

membuka akses bagi setiap pemohon informasi publik untuk mendapatkan informasi publik, kecuali beberapa informasi tertentu.

Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional: 1) pilar paradigma sehat di lakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat; 2) penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan; 3) sementara itu jaminan kesehatan nasional dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya.

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kuningan untuk mewujudkan Visi Kabupaten Kuningan Tahun 2018-2023 adalah: “Kuningan MAJU (Ma’mur, Agamis, Pinunjul)

Gambar

Tabel 1.1 Perbandingan Penyakit Kronis dan Akut
Gambar 1.1 Triangle Theory
Gambar 1.2 Ketidakseimbangan agent dan environment  2.  Interaksi Antara Host dan Environment
Gambar 1.4 Ketidakseimbangan Host dan Agent  4.  Interaksi Agent, Host dan Environment
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hak dari Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 tidak berlaku terhadap Ciptaan yang berada pada pihak yang dengan itikad baik memperoleh Ciptaan tersebut semata-

Karya Cipta yang telah terdaftar dalam Daftar Umum Ciptaan Direktorat Hak Cipta, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum Dan Hak Asasi

Dalam Pasal 64 ayat (2) ditegaskan bahwa pencatatan ciptaan tersebut bukan merupakan syarat untuk mendapatkan hak cipta dan hak terkait, jadi, dengan penjelasan

Pelanggaran hak cipta adalah penggunaan karya dilindungi oleh hukum hak cipta tanpa izin, melanggar hak eksklusif tertentu yang diberikan kepada pemegang hak

Selain daripada itu, Undang-Undang Hak Cipta juga mengatur hak pemerintah Indonesia untuk memanfaatkan atau mewajibkan pihak tertentu memperbanyak ciptaan, berhak cipta demi

Penggantian UU No. 19 Tahun 2002 dengan UU Hak Cipta merupakan upaya sungguh- sungguh dari negara untuk melindungi hak ekonomi dan hak moral pencipta dan pemilik hak terkait

Hak Cipta terdiri atas hak ekonomi dan hak moral. Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk hak terkait. Hak moral adalah

Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang hak cipta atau pemegang hak terkait kepada pihak lain untuk mengumumkan dan/atau memperbanyak ciptaannya atau