• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN BIOPSIKOSOSIAL DALAM PENGENDALIAN

Dalam dokumen Batasan Pelindungan Hak Cipta (Halaman 120-136)

PENYAKIT

Riski Akbarani, S.KM., M.Kes STIKes Kendedes Malang

Sejarah Model Biopsikososial

Konsep biopsikososial pertama kali diperkenalkan oleh George Engel, seorang profesor psikiatri dari Universitas Rochester, Amerika Serikat pada tahun 1977. Engel merasa bahwa pandangan medis yang dominan saat itu, yang hanya memfokuskan pada faktor biologis dalam penanganan penyakit, tidak mampu menjelaskan banyak masalah kesehatan yang kompleks (Engel, 1977).

Engel menolak paradigma biomedis yang menyatakan tubuh sebagai mesin, penyakit sebagai konsekuensi dari kerusakan mesin, dan tugas dokter sebagai perbaikan mesin (Engel, 1977). Engel memiliki preposisi bahwa bahwa penyakit dan kondisi Kesehatan yang buruk dipengaruhi oleh kondisi biologis seseorang, atribut psikologis dan sosial, dan bahwa kesehatan paling baik dipahami sebagai kombinasi terintegrasi dari semua komponen ini (Guillemin, 2015).

Engel mengusulkan bahwa penyakit dan kesehatan sebenarnya merupakan hasil interaksi antara faktor biologis, psikologis, dan sosial. Ia berpendapat bahwa

108

pendekatan yang lebih holistik dan multidisiplin, yang mempertimbangkan semua faktor tersebut, akan lebih efektif dalam menangani masalah kesehatan. Konsep biopsikososial kemudian menjadi semakin populer dalam dunia kesehatan dan akhirnya diakui sebagai pendekatan yang lebih kompleks dan komprehensif dalam mengelola kesehatan dan penyakit. Saat ini, konsep biopsikososial digunakan dalam berbagai bidang kesehatan, termasuk psikologi, psikiatri, kedokteran umum, dan rehabilitasi (Guillemin, 2015).

Konsep Biopsikososial

Model biopsikososial adalah model interdisipliner yang terlihat padainterkoneksi antara biologi, psikologi, dan faktor lingkungan sosial. Model biopsikososial ini merupakan pergeseran dari model atau konsep biomedis yang mana condong pada prespektif biologis dan medis dalam menganalisis kondisi sehat atau sakit pada individu (Karisma, 2017).

Model tersebut secara khusus mengkaji bagaimana aspek-aspek ini berperan dalam topik mulai dari modelkesehatan dan penyakit hingga perkembangan manusia. Model ini juga telahmenerima kritik tentang keterbatasannya, tetapi terus membawa pengaruh dibidang psikologi, kesehatan, kedokteran, dan perkembangan manusia (Rahmawati, 2018). Sehingga saat ini telah diketahui bahwa penyakit yang ada dalam diri manusia tidak hanya disebabkan oleh faktor biologi seperti virus dan bakteri. Namun, juga akibat dari interaksi dengan faktor psikologis dan sosial (Heryana, 2016).

Biopsikososial adalah sebuah konsep yang mengakui bahwa kesehatan dan penyakit dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu biologis, psikologis, dan sosial. Konsep biopsikososial ini dikemukakan oleh George Engel pada

109

tahun 1977, sebagai alternatif bagi pandangan medis yang lebih tradisional yang hanya memperhatikan faktor-faktor biologis dalam penanganan penyakit (da Silva et al., 2019).

Faktor biologis mencakup aspek-aspek fisik dan biokimia dari tubuh, seperti struktur organ, proses metabolisme, dan sistem imun. Faktor psikologis mencakup aspek- aspek mental dan emosional, seperti persepsi, pikiran, dan perilaku. Sedangkan faktor sosial mencakup aspek- aspek lingkungan sosial, seperti budaya, keluarga, dan masyarakat.

Dalam konsep biopsikososial, kesehatan dan penyakit dipandang sebagai hasil interaksi yang kompleks antara ketiga faktor tersebut. Sebagai contoh, seseorang yang mengalami stres kronis karena pekerjaan atau masalah keluarga mungkin akan lebih rentan terhadap penyakit fisik, seperti penyakit jantung atau diabetes. Sebaliknya, seseorang yang memiliki riwayat keluarga penyakit jantung mungkin akan lebih rentan mengalami depresi atau gangguan kecemasan.

Dengan mempertimbangkan faktor biopsikososial dalam penanganan penyakit, dokter dan profesional kesehatan dapat memberikan pendekatan yang lebih holistik dan efektif dalam membantu pasien untuk memulihkan kesehatan mereka secara menyeluruh.

Pendekatan Model Biopsikososial

Model Biopsikososial pertama kali dikonseptualisasikan oleh George Engel pada tahun 1977, mengemukakan bahwa untuk memahami kondisi medis seseorang tidak hanya faktor biologis yang harus dipertimbangkan, tetapi juga faktor psikologis dan sosial. Model tersebut terdiri dari Bio (patologi fisiologis), Psiko (emosi pikiran dan perilaku seperti tekanan psikologis, keyakinan ketakutan/penghindaran, metode koping saat ini dan

110

atribusi), Sosial (sosial-ekonomi, sosial-lingkungan, dan faktor budaya seperti masalah pekerjaan, keadaan keluarga dan keuntungan/ekonomi) (Gatchel Etc, 2017).

Galmbalr 7.1 Dialgralm model Biopsikososiall (Sumber : Galtchel Etc, 2017).

Konsep biopsikososial memberikan suatu gambaran yang menyeluruh tentang munculnya suatu kondisi sakit yang dihubungkan dengan faktor lingkungan dan stres yang terkait di dalamnya (Waldstein, 2011). Kondisi lingkungan, dalam hal ini dukungan sosial, dapat juga memberikan perbaikan kondisi. Salah satu contoh penerapan konsep tersebut adalah ilmu kedokteran (Novack, 2017).

Kondisi kesehatan jiwa seseorang dapat dilihat sebagai suatu keadaan yang melibatkan faktor biologis, psikologis, dan sosial orang tersebut. Secara biologis, gangguan pada kondisi kesehatan jiwa seseorang diakibatkan karena ketidakseimbangan sistem hormon dan neurotransmiter di otak. Secara psikologis, gangguan kondisi kesehatan jiwa disebabkan oleh mekanisme adaptasi psikis individu yang tidak bekerja dengan baik. Sementara, secara sosial,

111

kondisi gangguan kesehatan jiwa dapat dipicu oleh lingkungan yang tidak nyaman, serta penuh dengan tekanan dan ketakutan (Waldstein, 2011).

Ketiga faktor tersebut akan berkontribusi secara sinergis dalam terjadinya gangguan kesehatan jiwa seseorang.

Dengan mengetahui kondisi tersebut maka penatalaksanaan gangguan kesehatan jiwa juga melibatkan ketiga faktor di atas. Biologis dengan menggunakan obat, psikologis dengan menggunakan psikoterapi, sosial dengan menggunakan dukungan dan modifikasi sosial (Novack, 2017).

Biopsikososial ini memahami kesehatan manusia dan penyakit dalam konteks mereka baik secara biologis, psikologis dan sosial. Biopsikososial adalah metode interkasi biologi, psikologis dan faktor sosial dalam mengobati penyakit dan meningkatkan kesehatan menjadi lebih baik.

Hal ini adalah sebuah kombinasi antara tubuh, pikiran dan lingkungan. Pendekatan model biopsikososial ini melibatkan faktor biologis, psikologis dan sosial dalam memahami penyakit dan sakitnya seseorang. Sedangkan konsep biopsikososial sendiri memungkinkan suatu pemahaman tentang munculnya sakit yang kemudian dihubungkan dengan faktor lingkungan dan kondisi stres.

Menurut Gatchel Etc, 2017 berikut adalah penjelasan mengenai masing-masing aspek dalam pendekatan model biopsikososial :

1. Faktor Biologis

Bio merupakan singkatan dari biologi dan mencerminkan faktor fisik, biokimia, dan genetik yang mempengaruhi masalah pada tubuh manusia.

Manusia sebagai makhluk biologis maksudnya manusia membutuhkan makan, minum dan seksual layaknya makhluk ciptaan tuhan lainnya. Akan

112

tetapi, disamping itu juga manusia dibekali akal untuk mengontrol hidupnya, sehingga selain sebagai makhluk biologis manusia juga sebagai makhluk ekonomi, politik, hukum, sosial dan psikologi.

Aspek biologis mencakup segala hal yang terkait dengan struktur, fungsi, dan proses fisiologis dari tubuh manusia. Faktor biologis mempengaruhi kesehatan dan penyakit melalui genetika, lingkungan fisik, dan pengaruh biokimia dalam tubuh.

2. Faktor psikologis

Psiko merupalkaln singkaltaln dalri psikologis. Malnusial sebalgali malkhluk psikologi aldallalh malnusial sebalgali malkhluk yalng bisal berpikir, berperalsalaln, daln berkehendalk. Perilalku malnusial ditentukaln daln dipengalruhi oleh pikiraln daln peralsalalnnyal. Dallalm mengalmbil keputusaln, malnusial tentu melallui seralngkalialn proses berpikir yalng selalnjutnyal dipertimbalngkaln dengaln peralsalalnnyal yalng halsilnyal alkaln ditentukaln oleh polal piker daln lalndalsaln peralsalaln yalng dimilikinyal.

Alspek psikologis mencalkup falktor-falktor mentall daln emosionall seperti pikiraln, peralsalaln, daln perilalku.

Falktor psikologis dalpalt mempengalruhi kesehaltaln daln penyalkit melallui interalksi kompleks dengaln falktor biologis daln sosiall.

3. Faktor sosial

Manusia dikatakan makhluk sosial yaitu makhluk yang di dalam hidupnya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Manusia dikatakan makhluk sosial, juga dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain. Ada kebutuhan sosial (social need) untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Sering kali

113

didasari oleh kesamaan ciri atau kepentingan masing- masing.

Aspek sosial mencakup faktor-faktor yang terkait dengan lingkungan sosial, seperti keluarga, budaya, ekonomi, dan interaksi sosial. Faktor sosial dapat mempengaruhi kesehatan dan penyakit melalui pengaruh psikologis dan biologis, serta melalui peran lingkungan sosial dalam mempengaruhi perilaku dan pilihan gaya hidup.

Pendekatan model biopsikososial menekankan bahwa kesehatan dan penyakit dipengaruhi oleh ketiga aspek tersebut, dan bahwa penyakit atau gangguan kesehatan dapat diatasi dengan memperhatikan seluruh aspek tersebut secara holistik dan terintegrasi. Oleh karena itu, pendekatan model biopsikososial menjadi pandangan yang populer dan digunakan secara luas dalam praktek medis, psikologi, dan kesehatan lainnya, untuk memberikan perawatan yang lebih efektif dan menyeluruh bagi pasien.

Psikososiall melibaltkaln alspek psikologis daln sosiall.

Psikososiall merupalkaln istilalh yalng menggalmbalrkaln hubungaln alntalral kondisi sosiall seseoralng dengaln kesehaltaln mentall/emosinyal. Kebutuhaln psikososiall merupalkaln kebutuhaln yalng melibaltkaln alspek balik psikologis daln sosiall yalng menggalbungkaln lalyalnaln psikologis daln sosiall klinis daln berkalitaln dengaln kondisi mentallnyal. Misallnyal hubungaln alntalral ketalkutaln yalng dimiliki seseoralng (psikologis) terhaldalp balgalimalnal calral seseorng berinteralksi dengaln oralng lalin di lingkungaln sosiallnyal Psikososiall menekalnkaln paldal hubungaln yalng dekalt daln dinalmis, dekalt alntalral alspek psikologis dalri pengallalmaln seseoralng (pemikiraln, peralsalaln, tingkalh lalku) daln pengallalmaln sosiall yalng aldal disekelilingnyal (hubungaln dengaln oralng lalin, traldisi, budalyal) yalng secalral terus menerus salling mempengalruhi saltu salmal

114

lalin. Seperti hallnyal ketikal seseoralng mengallalmi stress malkal alkaln terjaldi perubalhaln secalral fisiologis, tetalpi falktor psikososiall jugal mempunyali peralnaln. Stres mempengalruhi kesejalhteralaln emosionall dallalm berbalgali calral. Oleh kalrenal kepribaldialn individuall mencalkup hubungaln yalng kompleks di alntalral balnyalk falktor, malkal perlunyal memeriksal galyal hidup daln stressor klien yalng teralkhir, pengallalmaln terdalhulu dengaln stressor, mekalnisme koping yalng berhalsil di malsal lallu, fungsi peraln, konsep diri daln ketalbalhaln (Almbalrwalti, 2017).

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Pencegalhaln penyalkit aldallalh upalyal mengalralhkaln sejumlalh kegialtaln untuk melindungi malsyalralkalt dalri alncalmaln kesehaltaln potensiall. Pencegalhaln penyalkit aldallalh upalyal mengekalng perkembalngaln penyalkit, memperlalmbalt kemaljualn penyalkit, daln melindungi tubuh dalri berlalnjutnyal pengalruh yalng lebih membalhalyalkaln Pencegalhaln aldallalh mengalmbil sualtu tindalkaln yalng dialmbil terlebih dalhulu sebelum kejaldialn, dengaln didalsalrkaln paldal daltal altalu keteralngaln yalng bersumber dalri halsil alnallisis epidemiologi altalu halsil pengalmaltaln altalu penelitialn epidemiologi (Nalsry, 2006).

Pengertialn pencegalhaln secalral umum aldallalh mengalmbil tindalkaln terlebih dalhulu sebelum kejaldialn. Dallalm mengalmbil lalngkalh-lalngkalh pencegalhaln, halruslalh didalsalrkaln paldal daltal altalu keteralngaln yalng bersumber dalri halsil alnallisis dalri epidemiologi. Pencegalhaln penyalkit berkembalng secalral terus menerus daln pencegalhaln tidalk halnyal ditujukaln paldal penyalkit infeksi saljal, tetalpi pencegalhaln penyalkit non-infeksi, seperti yalng dialnjurkaln oleh Jalmes Lind yalitu malkalnaln salyur daln bualh segalr untuk mencegalh penyalkit scorbut. Balhkaln paldal salalt ini pencegalhaln dilalkukaln paldal fenomenal non- penyalkit seperti pencegalhaln terhaldalp ledalkaln penduduk

115

dengaln kelualrgal berencalnal. Upalyal preventif/pencegalhaln aldallalh sebualh usalhal yalng dilalkukaln individu dallalmmencegalh terjaldinyal sesualtu yalng tidalk diinginkaln. Prevensi secalral etimologi beralsall dalri balhalsal laltin, pralevenire, yalng alrtinyal daltalng sebelum altalu alntisipalsi, altalu mencegalh untuk tidalk terjaldi sesualtu. Dallalm pengertialn yalng salngalt luals, prevensi dialrtikaln sbegali upalyal secalral sengaljal dilalkukaln untuk mencegalh terjaldinyal galngggualn, kerusalkaln, altalu kerugialn balgi seseoralng altalu malsyalralkalt.

Strategis Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Straltegi pencegalhaln meliputi salsalraln daln kegialtaln pencegalhaln yalng bervalrialsi sesuali dengaln malsallalh kesehaltaln yalng dihaldalpi sertal tingkalt pencegalhalnnyal. Salsalraln pencegalhaln dalpalt merupalkaln individu malupun orgalnisalsi malsyalralkalt. Dallalm melalksalnalkaln pencegalhaln dengaln salsalraln tersebut dalpalt dilalkukaln melallui usalhal setempalt yalng bersifalt traldisionall terutalmal pencegalhaln dalsalr altalu premordiall, daln dalpalt pulal dilalkukaln melallui pusalt-pusalt pelalyalnaln kesehaltaln yalng tersedial di tempalt tersebut.

Pelalksalnalaln usalhal pencegalhaln yalng terencalnal daln terprogralm dalpalt bersifalt waljib malupun sukalrelal, seperti pemberialn imunisalsi dalsalr, perbalikaln salnitalsi lingkungaln, penyedialaln alir minum, daln peningkaltaln staltus gizi melallui perbalikaln gizi malsyalralkalt termalsuk pemberialn malkalnaln talmbalhaln, jugal termalsuk berbalgali usalhal untuk mencegalh kebialsalaln yalng dalpalt menimbulkaln altalu menigkaltkaln risiko terhaldalp berbalgali galnggualn kesehaltaln tertentu. Salsalraln pencegalhaln jugal meliputi berbalgali usalhal perbalikaln daln peningkaltaln lingkungaln hidup, perbalikaln stalndalr hidup seperti

116

perbalikaln perumalhaln, sistem pendidikaln, sistem kehidupaln sosiall sertal peningkaltaln stalndalr hidup sehalt.

Dallalm usalhal pencegalhaln penyalit secalral umum dikenall berbalgali straltegi pelalksalnalaln yalng tergalntung paldal jenis, salsalraln sertal tingkalt pencegalhaln. Dallalmstraltegi peneralpaln ilmu kesehaltaln malsyalralkalt degaln prinsip tingkalt pencegalhaln seperti tersebut di altals, salsalraln kegialtaln diutalmalkaln paldal peningkaltaln deraljalt kesehaltaln individu daln malsyalralkalt, perlindungaln terhaldalp alncalmaln daln galngualn kesehaltaln, pemelihalralaln kesehaltaln, penalngalnaln daln penguralngaln galnggualn sertal malsallalh kesehaltaln, sertal usalhal rehalbilitalsi lingkungaln.

Implementasi Pendekatan Biopsikososial dalam Pengendalian Penyakit

Titik keunggulaln dalri model Biopsikososiall terletalk paldal kenyaltalaln balhwal itu aldallalh palraldigmal pertalmal yalng memberikaln model alsesmen daln intervensi yalng dalpalt digunalkaln dallalm pengendallialn penyalkit. Implementalsi pendekaltaln model biopsikososiall merupalkaln sualtu calral palndalng yalng mempertimbalngkaln tigal alspek penting dallalm kesehaltaln daln penyalkit, yalitu biologis, psikologis, daln sosiall. Biologis fokus paldal obalt, psikologis fokus paldal psikoteralpi daln sosiall fokus paldal dukungaln daln modifikalsi sosiall.

1. Pendekatan Biologis

Adanya impairment, disability, functional limitation akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia sehingga dapat terjadi gangguan seperti: perubahan nutrisi, perubahan kenyamanan, kerusakan mobilitas fisik, resiko terhadap cedera, kurang perawatan diri dan intoleransi aktivitas (Carpenito, 1997).

117

Terjadi perubahan-perubahan pada penampilan, status dan peran, mobilitas fisik, aktivitas, pekerjaan sehari-hari yang dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari dalam berhubungan dengan orang lain karena terdapat perbedaan antara kondisi sehat dengan kondisi sakit khususnya dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia, di mana dalam kondisi sakit memerlukan bantuan orang lain.

Dampak fisik tersebut memicu munculnya kondisi yang menekan atau stres pada diri seorang penderita penyakit. Dengan demikian, penanganan secara fisik (misalnya melalui fisioterapi) dan psikologis (misalnya penanganan stress) sangat baik dilakukan sedini mungkin, karena melalui penanganan tersebut diharapkan pasien akan cepat merasa tenang, terlepas dari kondisi stres dan perasaan tertekan.

Dengan demikian diharapkan pasien akan memperoleh prognosis yang lebih positif.

2. Pendekatan Psikologis

Klien akan mengalami beberapa keadaan Psikologik tersebut seperti:

a. Shock atau kaget, pada saat menerima kabar berita tentang diagnosis penyakitnya dari hasil pemeriksaan dokter atau rumah sakit.

b. Denial atau penolakan, klien merasa tidak percaya akan penyakit yang dideritanya dan dia masih menyalahkan hasil pemeriksaan

c. Marah, berusaha menolak keadaan sakitnya dan selalu menyesali mengapa hal ini terjadi pada dirinya

d. Kecemasan dan ketakutan dengan adanya pengrusakan, nyeri, penurunan Berat badan penipisan finansial, dsb.

118

e. Depresi dan merasa kesepian,

f. Merasa tidak berdaya dan putus asa, klien merasa tidak dapat menjalankan fungsinya sebagaimana dulu, ini kaitannya dengan keadaan sosial pasien.

g. Malu

Pendekatan yg dilakukan:

a. Menjadi orang yang terdekat utk dpt mengekspresikan perasaan dan pemikirannya.

Pada saat stress, individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya.

b. Berikan dukungan agar dpt menerima keadaan sakit yg dialami, khususnya jika penyakit yang memerlukan proses penyembuhan yang lama dengan hasil yang belum pasti.

c. Sholat atau berdoa, membaca kitab suci dan praktek ibadah lain membantu memenuhi kebutuhan spiritual dan mendapatkan kekuatan untuk bertahan hidup.

d. Berusaha menyeimbangkan keadaan psikologi ini krn akan berpengaruh pada keadaan biologis atau fisiknya, keadaan psikologis yang buruk akan memperberat keadaan/prognosis dan proses penyembuhan penyakitnya

3. Pendekatan Sosial

Terjadi perubahan dalam kehidupan sosial, berupa:

kehilangan pekerjaan, perubahan peran & tugas di rumah, gangguan interaksi sosial & cenderung menarik diri & menyendiri, merasa tdk mampu &

tidak sempurna dlm melakukan ibadah, kegiatan organisasi atau kegiatan lain yg pernah dilakukannya.

Keadaan psikologis seperti marah, tersingggung atau depresi akan membuat interaksi sosial nya semakin

119

tidak baik, klien selalu merasa minder dengan keadaanya sehingga dia menarik diri dari interaksi dengan orang lain.

Pendekatan sabar dan senantiasa tidak menjauh dari klien dilakukan oleh orang-orang terdekat mempengaruhi keadaan psikologisnya. Keadaan psikologis sedikit demi sedikit akan terkikis dan klien akan merasakan kedamaian dan ketenangan, sehingga pada akhirnya akan berdampak pula pada proses fisiologik atau biologis yaitu penyembuhan penyakitnya.

Kebutuhan psikososial merupakan kebutuhan yang melibatkan aspek baik psikologis dan sosial yang menggabungkan layanan psikologis dan sosial klinis dan berkaitan dengan kondisi mentalnya. Psikososial merupakan salah satu komponen utama dalam pengkajian Keperawatan.

Pemenuhan kebutuhan psikososial adalah penting karena memiliki dampak yang sangat besar terhadap kualitas hidup pasien karena berkaitan dengan perubahan fisik, sosial, kognitif, spiritual, emosional dan fungsi peran. Selain itu juga simtoms fisik seperti nyeri, gangguan tidur dan gangguan pencernaan akan sangat mempengaruhi kebutuhan psikososial (Krismawati, 2014).

120 Daftar Pustaka

Ambarwati, G. (2017) ‘Pemenuhan kebutuhan psikososial pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi’, Psikososial

Agro, F. E. (2013). Body fluid management: From physiology to therapy. Postgraduate School of Anesthesia and Intensive Care, Anesthesia, Intensive Care and Pain Management Department, University School of Medicine Campus Bio-Medico of Rome, Rome, Italy, 1–274. https://doi.org/10.1007/978-88- 470-2661-2

Da Silva, J. P., de Jesus-Moraleida, F., Felício, D. C., de Queiroz, B. Z., Ferreira, M. L., & Pereira, L. S. M.

(2019). Fatores biopsicossociais associados com a incapacidade em idosos com dor lombar aguda: estudo BACE-Brasil. Ciencia & Saude Coletiva, 24(7), 2679–

2690. https://doi.org/10.1590/1413- 81232018247.14172017

Engel, G. L. (1977). The Need For a New Medical Model: A Challenge For Biomedicine. Science, 196, 129-136 Guillemin, M., Barnard, E. (2015). George Libman Engel:

The Biopsychosocial Model and the Construction of Medical Practice. In: Collyer, F. (eds) The

Palgrave Handbook of Social Theory in Health, Illness and Medicine. Palgrave Macmillan, London.

https://doi.org/10.1057/9781137355621_15

Gamble, K. L., Berry, R., Frank, S. J., & Young, M. E.

(2014). Circadian clock control of endocrine factors.

Nature Publishing Group.

https://doi.org/10.1038/nrendo.2014.78

Gross, C. G. (2014). Claude Bernard and the Constancy of the Internal Environment. (July). The Neuroscientist.

https://doi.org/10.1177/107385849800400520 Hall, J. E. (2011). Guyton and Hall Textbook of Medical

Physiology (12th ed.). Elsevier.

121

Ishikawa, J., Takeo, M., Iwadate, A., Koya, J., Kihira, M., Suzuki, Y., Oshima, M. (2021). Mechanical homeostasis of liver sinusoid is involved in the initiation and termination of liver regeneration. Communications

Biology, 4(2021), 1–13.

https://doi.org/10.1038/s42003-021-01936-2 Isnaini. (2006). Fisiologi Hewan (2nd ed.). UGM Press.

Jakoi, Emma; Carbery, J. (2015). Introductory Human Physiology. Lulu Press, Inc. 1–7.

Krismawati, Y. (2014) ‘Psikologi Perkembangan Erik Erikson dan Manfaatnya Bagi Tugas Pendidikan Kristen Dewasa Ini, Teori H Psikologi Perkembangan Erik Erikson’, Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama, 2 no 1, pp. 46–56. Available at:

http://www.sttpb.ac.id/e-journal/index.php/kurios (Accessed: 22 April 2023)

Kotas, M. E., & Medzhitov, R. (2015). Homeostasis, Inflammation, and Disease Susceptibility. Cell, 160(5), 816–827. https://doi.org/10.1016/j.cell.2015.02.010 Puelles, V. G., & Huber, T. B. (2022). Kidneys control inter- organ homeostasis. Nature Reviews Nephrology.

18(April), 207–208.

Sherwood, L. 2009. Human Physiology: from cells to sistem. 7th edition. Cengage learning.

Tan, C. L., Knight, Z. A., Francisco, A., & Francisco, S.

(2019). Regulation of body temperature by the nervous system. Neuron. 98(1), 31–48.

https://doi.org/10.1016/j.neuron.2018.02.022.

Wang, J., Cui, B., Chen, Z., & Ding, X. (2022). The regulation of skin homeostasis , repair and the pathogenesis of skin diseases by spatiotemporal activation of epidermal mTOR signaling. Frontiers in Cell and Developmental Biology. 10(7), 1–13.

https://doi.org/10.3389/fcell.2022.950973

Dalam dokumen Batasan Pelindungan Hak Cipta (Halaman 120-136)