71
5
DINAMIKA PENULARAN
72
2. Reservoir penyebab penyakit Merupakan habitat normal bagi agent penyebab penyakit untuk hidup, berkembang biak dan tumbuh dengan baik. Secara umum reservoir penyebab penyakit dapat berupa manusia, hewan dan lingkungan (Nugrahaeni, 2014).
Reservoir agen menular adalah tempat atau habitat dimana agen biasanya hidup, tumbuh, dan berkembang biak seperti manusia, hewan, dan lingkungan. Reservoir dapat menjadi sumber dari mana agen ditularkan ke pejamu ataupun tidak.
Misalnya reservoir Clostridium botulinum adalah tanah, tetapi sumber dari kebanyakan infeksi botulisme dari makanan kaleng yang mengandung spora C. Botulinum (Najmah, 2016).
3. Tempat keluarnya bibit penyakit (portal of exit) Untuk dapat berkembang dan mempertahankan keberadaannya di alam, bibit penyakit harus dapat keluar dari pejamu yang satu dan masuk ke pejamu yang baru yang sehat. Tempat keluarnya bibit penyakit dari reservoir manusia dan hewan disebut dengan portal of exit. Bibit penyakit tersebut dapat keluar melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih, kulit, konjungtiva, dan plasenta (Nugrahaeni, 2014). Pintu keluar merupakan jalan dimana patogen meninggalkan inangnya. Portal of exit biasanya sesuai dengan tempat dimana patogen berada, bisa melalui saluran pernapasan, plasenta dan lain-lain (Najmah, 2016). Penyakit Menular: Riwayat, Penularan dan Pencegahan.
4. Transmisi. Cara penularan penyakit telah diidentifikasi. Bermacam metode dapat digunakan agent untuk berpindah dari pejamu yang satu ke pejamu lainnya yang rentan, baik pada manusia atau hewan. Cara penularan penyakit terdiri dua bagian
73
yaitu penularan secara langsung atapun secara tidak langsung (Nugrahaeni, 2014).
5. Tempat masuknya bibit penyakit (portal of entry) Adalah merupakan tempat masuknya bibit penyakit ke pejamu yang baru. Portal of entry sama dengan portal of exit dan dapat melalui saluran napas, saluran cerna, perkemihan, konjungtiva, melalui kulit dan melalui plasenta (Nugrahaeni, 2014). Pintu masuk mengacu pada patogen memasuki host yang rentan. portal of entry ke host harus melalui ke jaringan tubuh dimana patogen dapat berkembang biak ataupun racun dapat menyebar (Najmah, 2016).
6. Dipengaruhi adanya kerentanan pejamu. Terjadinya suatu penyakit pada pejamu dipengaruhi keretanan pejamu, yaitu kerentanan atau kepekaan pejamu terhadap penyakit. Kepekaan pejamu bergantung pada faktor genetic (keturunan), daya tahan tubuh pejamu terhadap penyakit, status gizi pejamu, dan gaya hidup. Apabila bibit penyakit sudah masuk ke dalam tubuh pejamu, dan daya tahan tubuh masih kuat, tubuh dapat melawan dan menghancurkan penyakit tersebut sehingga bibit penyakit tidak dapat berkembang biak dan akhirnya akan mati (Nugrahaeni, 2014).
Aspek sentral penyebaran penyakit menular dalam masyarakat adalah mekanisime penularan (mode of transmissions) yakni berbagai mekanisme di mana unsur penyebab penyakit dapat mencapai manusia sebagai penjamu yang potensial. Mekanisme tersebut dapat berupa cara unsur penyebab (agent) meninggalkan reservoir, cara penularan untuk mencapai penjamu potensial, serta cara masuknya ke penjamu potensial tersebut. Seseorang yang sehat sebagai salah seorang penjamu potensial dalam masyarakat, mungkin akan ketularan suatu penyakit menular tertentu sesuai dengan
74
posisinya dalam masyarakat serta dalam pengaruh berbagai reservoir yang ada di sekitarnya. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor berikut yaitu:
1. Faktor lingkungan fisik sekitarnya yang merupakan media yang ikut memengaruhi kualitas maupun kuantitas unsur penyebab.
2. Faktor lingkungan biologis yang menentukan jenis vektor dan resevoir penyakit serta unsur biologis yang hidup berada di sekitar manusia.
3. Faktor lingkungan sosial yakni kedudukan setiap orang dalam masyarakat, termasuk kebiasaan hidup serta kegiatan sehari-hari (Irwan, 2017)
Jenis Penularan
Secara umum penularan penyakit dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung. Penularan penyakit secara langsung dapat berupa dari orang yang terinfeksi, dari ibu ke bayi dan juga dari hewan ke manusia dan sebagainya.
Sementara penularan secara tidak langsung dapat terjadi ketika seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi serta menyentuh benda-benda yang terkontaminasi virus, bakteri sehingga dapat timbulnya penularan penyakit pada kelompok populasi. Penularan penyakit terdiri dari dua jenis antara lain sebagai berikut:
1. Penularan secara langsung: Penularan secara lansung (direct contact) merupakan penularan penyakit yang terjadi melalui kontak kulit ke kulit atau skin to skin, melalui ciuman atau hubungan seksual, serta kontak langsungg dengan tanah (Najmah, 2016). Penularan secara langsung disebut sebagai proses penularan dari orang ke orang, yaitu perpindahan agen secara langsung dari pejamu atau reservoir ke pejamu yang rentan. Penyakit yang termasuk dalam kategori penularan secara langsung adalah penyakit sifilis,
75
hepatitis, HIV/AIDS, penyakit kulit, penyakit saluran pernapasan, herpes simplex, gonorrhoe, dan trichomonas vaginalis. Penularan penyakit ini dapat terjadi melalui kontak fisik secara langsung dengan pejamu yang menderita penyakit, misalkan pejamu yang sehat bersentuhan tangan dengan pejamu yang terkontaminasi, adanya sentuhan kulit dengan kulit, melakukan hubungan seksual ataupun dengan berciuman (Nugrahaeni, 2014). Penularan langsung yakni penularan penyakit terjadi secara langsung dari penderita atau resevoir, langsung ke penjamu potensial yang baru (Irwan, 2017).
2. Penularan tidak langsung Penularan tidak langsung yakni penularan penyakit terjadi dengan melalui media tertentu seperti melalui udara (air borne) dalam bentuk droplet dan dust, melalui benda tertentu (vechicle borne), dan melalui vector (vector borne) (Irwan, 2017).
Penularan secara tidak langsung atau transmisi tidak langsung merupakan penularan agen infeksius dari reservoir ke host oleh partikel yang telah tersuspensi udara (airborne), benda mati (vehicle) dan vector (Najmah, 2016). Proses penularan secara tidak langsung juga terjadi saat agent berpindah melalui organisme, benda, atau melalui perantara ke host yang rentan sehingga dapat menimbulkan penyakit pada host itu sendiri.
Penularan secara tidak langsung ini dapat terjadi dengan cara penularan seperti berikut ini (Nugrahaeni, 2014):
1. Penyakit bawaan melalui udara/pernapasan. Hal ini terjadi ketika droplet atau partikel debu membawa bibit penyakit ke host. Penularan penyakit ini dapat terjadi ketika seseorang bersin batuk, saat berbicara, memercikkan bibit penyakit mikroskopik yang terbawa dalam droplet keudara dan dihirup atau
76
diisap oleh seseorang yang rentan dan berada didekatnya, sehingga terjadi infeksi.
2. Bentuk penularan melalui udara hanya mungkin pada unsur penyebab penyakit yang mempunyai daya tahan kuat terhadap lingkungan dan kekeringan.
Misalnya basil tuberkulosis, difteria dan virus smallpox. Kemudian proses penularan juga dapat terjadi melalui ketika droplet terbawa melalui saluran pemanas atau pendingin ruangan di dalam gedung atau disebarkan melalui kipas angin keseluruh bangunan. Jenis penyakit ini meliputi penyakit melalui usus, penyakit melalui perantara vektor, penyakit melalui lesi/luka terbuka dan penyakit bawaan benda mati.
Penularan/Transmisi
Penyakit infeksi dapat ditularkan kepada manusia yang sensitif melalui beberapa cara yang sering disebut sebagai mode of transmission baik yang terjadi secara langsung atau tidak langsung dari orang ke orang lain atau penyebarannya pada kelompok populasi ditinjau dari aspek epidemiologi (Chandra, 2013). Banyak agen infeksi hanya ditemukan di beberapa dekade terakhir. Peran agen infeksius dalam etiologi penyakit yang dulu diyakini tidak menular semakin diakui. Misalnya, saat ini secara luas diterima bahwa Helicobacter pylori adalah agen penyebab penyakit tukak lambung dan mungkin keganasan lambung. Human papillomavirus kemungkinan besar menjadi penyebab paling penting dari kanker serviks invasif. Untuk setiap proses infeksi yang terjadi, patogen dan inang harus bertemu satu sama lain terlebih dahulu.
Faktor-faktor seperti geografi, lingkungan, dan perilaku memengaruhi kemungkinan infeksi. Meskipun pertemuan awal antara inang yang rentan dan organisme yang mematikan sering kali menyebabkan penyakit, beberapa
77
organisme dapat disimpan di inang selama bertahun- tahun sebelum penyakit terbukti secara klinis (Kasper and Fauci, 2010).
Gambar 5.1 Bagan Sumber Penyakit dalam Komunitas/Masyarakat (Chandra, 2013) Riwayat Alamiah Penyakit
Setiap penyakit baik akut maupun kronis memiliki proses perjalanannya masing – masing. Sekalipun akut, tetap memiliki waktu walaupun singkat untuk terjadinya suatu penyakit. Dalam mendiagnosis suatu penyakit, diperlukan perhatian dan perhitungan terhadap faktor waktu perlangsungan penyakit. Untuk setiap penyakit, harus memiliki diagnosis yang cepat, benar, dan tepat waktu. Salah satu hal yang perlu diketahui adalah riwayat alamiah penyakit (Natural History of Disease) (Najmah, 2016).
Untuk memahami konsep tingkat pencegahan, kita harus memahami riwayat alamiah penyakit. Beberapa definisi tentang Riwayat Alamiah Penyakit sebagai berikut:
78
1. Riwayat alamiah suatu penyakit adalah proses perkembangan penyakit tanpa campur tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung secara alamiah (Bustan, 2012);
2. Riwayat Alamiah Penyakit adalah perjalanan penyakit yang dimulai dari munculnya penyakit (Onset atau inception) sampai penyakit selesai (Resolution) (Last, 2001);
3. Studi Riwayat alamiah penyakit dapat digunakan untuk mengukur kondisi Kesehatan (health outcome) pada orang sakit yang tidak memperoleh pengobatan yang signifikan bagi kesehatannya (Rothman, Greenland and Lash, 2008);
4. Gambaran perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu yang dimulai dari terjadinya pajanan dengan agent kausal sampai terjadinya penyakit tanpa dipengaruhi oleh suatu Tindakan pencegahan maupun pengobatan (CDC, 2012);
5. Riwayat alamiah penyakit adalah perjalanan perkembangan penyakit pada seseorang sepanjang waktu, apabila tidak dilakukan pengobatan (Gerstman, 2013).
Tahapan Riwayat Alamiah Penyakit
Setiap penyakit memiliki riwayat perkembangan alami jika tidak ada intervensi medis yang diambil dan penyakit ini memiliki jalan untuk berproses. Ada empat tahap umum yang relevan dengan sebagian besar penyakit (Ray M.
Merrill, 2010):
1. Stage of susceptibility 2. Stage of subclinical disease 3. Stage of clinical disease
79
4. Stage of recovery, disability or death
Gambar 5.2 Natural History of Disease 1. Tahap Prepatogenesis
Pada tahap ini, individu dalam keadaan sehat, tetapi mereka rentan terhadap agen penyakit (stage of susceptible). Selain itu, telah terjadi interaksi antara pejamu dan agen di luar tubuh pejamu. Jika imunitas pejamu sedang lemah, atau bibit penyakit (agen) lebih ganas, dan kondisi lingkungan (environment) tidak menguntungkan bagi pejamu maka penyakit akan melanjutkan riwayat alamiahnya yakni ke tahap Patogenesis.
2. Tahap Patogenesis
Pada tahap ini terdiri dari 4 (empat) sub-tahap, yaitu:
a. Tahap Inkubasi
Merupakan waktu yang dibutuhkan sejak awal paparan/infeksi oleh agen penyebab penyakit hingga timbulnya gejala dan tanda klinis disebut masa inkubasi.
b. Tahap Dini
Pada tahap dini, terjadi gangguan patologis dan gejala penyakit mulai muncul (stage of subclinical disease). Sebaiknya, pada tahap ini dilakukan diagnosis dini.
80 c. Tahap Lanjut
Pada tahap lanjut, gangguan patologis menjadi lebih berat dan gejala penyakit terlihat lebih jelas (stage of clinical disease) sehingga mudah menegakkan diagnosis penyakit dan dibutuhkan pengobatan yang tepat agar penyakit tidak bertambah parah.
d. Tahap Akhir
Merupakan tahap terakhir dari perjalanan penyakit dengan lima kemungkinan keadaan pejamu, yakni sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, karier, kronik, atau kematian.
Manfaat Riwayat Alamiah Penyakit
Dari riwayat alamiah penyakit diperoleh beberapa informasi penting seperti:
1. Masa inkubasi atau masa latent, masa atau waktu yang diperlukan selama perjalanan suatu penyakit untuk menyebabkan seseorang jatuh sakit.
2. Kelengkapan keluhan (symptom) yang menjadi bahan informasi dalam menegakkan diagnosis.
3. Lamanya dan beratnya keluhan dialami oleh penderita.
4. Kejadian penyakit menurut musim (season) kapan penyakit itu lebih frekuan kejadiannya.
5. lokasi geografis serangan Kecenderungan penyakit sehingga dapat dengan mudah dideteksi lokasi kejadian penyakit.
6. Sifat-sifat biologis kuman patogen sehingga menjadi bahan infomasi untuk pencegahan penyakit, khususnya untuk pembunuhan kuman penyebab (Bustan, 2012).
81
Pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit merupa kan langkah awal yang perlu dilakukan untuk mengetahui aspek-aspek lain yang terkait dengan penyakit. Dengan mengetahui riwayat alamiah dapat ditarik beberapa manfaat seperti:
1. Untuk diagnostik: masa inkubasi dapat dipakai sebagai pedoman penentuan jenis penyakit, misalnya jika terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa).
2. Untuk pencegahan: dengan mengetahui kuman patogen penyebab dan rantai perjalanan penyakit dapat dengan mudah dicari titik potong yang penting dalam upaya pencegahan penyakit. Dengan mengetahui riwayat penyakit dapat terlihat apakah penyakit itu perlangsungannya akut ataukah kronik.
Tentu berbeda upaya pencegahan yang diperlukan untuk penyakit yang akut dibanding dengan kronik.
3. Untuk terapi: intervensi atau terapi hendaknya biasanya diarahkan ke fase paling awal. Pada tahap perjalanan awal penyakit itu terapi tepat sudah perlu diberikan. Lebih awal terapi akan lebih baik hasil yang diharapkan. Keterlambatan diagnosis akan berkaitan dengan keterlambatan terapi.
82 Daftar Pustaka
Chandra, B. (2013). Kontrol Penyakit Menular Pada Manusia. Jakarta: EGC.
Najmah. (2016). Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta:
Trans Info Media.
Nugrahaeni, D. K. (2014). ‘Konsep Dasar Epidemiologi’, in.
Jakarta: EGC.
Irwan. (2017). Epidemiologi Penyakit Menular.
Yogyakarta: CV. Absolute Media.
Kasper, D. L. and Fauci, A. S. (2010). Infectious Diseases
- PDF Drive. Available at:
https://www.pdfdrive.com/s-infectious- diseasese34340155.html
Bustan, M. N. (2012). Pengantar Epidemiologi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Last, J. (2001). A Dictionary of Epidemiology Fourth Edition.
American Journal of Epidemiology, Volume 154, Issue 1, 1 July 2001, Pages 93–94, https://doi.org/10.1093/aje/154.1.93-a
Roth, D. E. et al. (2008). Acute Lower Respiratory Infections in Childhood: Opportunities for Reducing the Global Burden Through Nutritional Interventions.
Bulletin of the World Health Organization. SciELO Public Health, 86, pp. 356–364.
CDC (2012) Principles of Epidemiology in Public Health Practice. Atlanta.
Gerstman, B. B. (2013). Epidemiology Kept Simple: An Introduction to Traditional and Modern Epidemiology.
3rd ed. United Kingdom: John Willey & Sons.
Ray M. Merrill .(2010). Introduction To Epidemiology. Fifth Edit. United Kingdom: Jones and Bartlett.
83 Profil Penulis
Dwi Wahyu Balebu, SKM., MKM
Penulis di lahirkan di Luwuk Pada Tanggal 05 Maret 1990. Ketertarikan penulis terhadap Ilmu Kesehatan Masyarakat dimulai pada tahun 2007 silam. Hal tersebut membuat penulis memilih untuk masuk ke Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk peminatan Epidemiologi dan menyelesaikan kuliah pada Tahun 2011. Penulis kemudian melanjutkan studi Magister (S2) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia peminatan Epidemiologi Lingkungan pada Tahun 2012 dan selesai pada tahun 2014. Pada Tahun 2021 penulis melanjutkan studi pada Program Doktoral Fakutas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar. Saat ini penulis bekerja sebagai dosen tetap dan sebagai Ketua Program Studi pada Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat FKM Universitas Tompotika Luwuk. Penulis juga aktif dalam kegiatan ilmiah dan organisasi keprofesian yaitu PERSAKMI dan IAKMI. Selain itu penulis juga aktif dalam menulis jurnal serta aktif menulis buku ajar dan book chapter.
Sebagai upaya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) Dosen Muda, Penulis pernah mengikuti Program Dosen Magang yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristrk Dikti) di Universita Airlangga Surabaya Pada Tahun 2015. Kemudian, Penulis juga mengikuti Program Peningkatan Kemampuan Bahasa Inggris (PKBI) Dosen di Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Pada Tahun 2018.
Email Penulis: [email protected]
84
85