PENDUDUK MISKIN
Hamdan, SKM., M.K.M.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan Strategi Pengentasan Kemiskinan
Strategi yang dilakukan oleh berbagai pihak terutama bagi pemerintah diantaranya dapat melindungi keluarga dan kelompok masyarakat yang mengalami kemiskinan keronis dengan cara memberdayakan dan dapat mencegah terjadinya kemiskinan baru. Upaya yang dilakukan dapat menciptakan kesadaran masyarakat tentang kemiskinan yang dihadapi baik individu maupun kelompok, masyarakat dapat mengambil tindakan sendiri dalam mengatasi kemiskinan dengan cara bekerja masif atau kerja fisik yang positif, pemerintah dapat memberikan donasi atau bantuan terhadap masyarakat yang mengalami kemiskinan tersebut, menghilangkan kepentingan gender masyarakat yang kaya dapat membantu masyarakat yang berada ditaraf kemiskinan, ciptakan pekerjaan bagi para masyarakat yang mengalami kemiskinan dengan memberikan pelatihan gratis dan meningkatkan skil dan pengetahuan supaya dapat memberikan kontribusi untuk hidupnya dimasa akan datang, pemerintah dapat meningkatkan akses sanitasi layak air bersih, mendidik semua orang agar memiliki kesadaran tentang keberdayaan ekonomi.
38
Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang menerapkan asas desentralisasi dalam melaksanakan dan menjalankan pemerintahannya. Asas desentralisasi yang dapat diartikan sebagai sebuah kewenangan ataupun otoritas yang dilimpahkan oleh pemerintah pusat kepada daerah untuk menjalankan serta menyelenggarakan Otonomi Daerah. Otonomi daerah diterapkan dengan tujuan untuk memberikan kebebasan bagi pemerintah daerah dalam meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan terhadap masyarakat, serta memudahkan Pemerintah Daerah (Pemda) dalam menetapkan prioritas dan kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat.
Otonomi daerah memberikan kebebasan bagi Pemerintanahan Daerah dalam mengatur kehidupan rumah tangganya sendiri. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa pemerintah daerah merupakan unsur pelaksanaan pemerintahan daerah yang membidangi urusan pemerintahan daerah dalam menjalankan kewenangan sebagai daerah otonom. Dalam pelaksanaan penyelenggaraan otonomi daerah khususnya di bidang ketertiban dan ketentraman masyarakat dibentuklah suatu badan atau instansi yang secara khusus membidangi permasalahan tersebut yaitu Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Permasalahan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat merupakan hal penting yang menjadi prioritas penanganan dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Berdasarkan UU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik adalah meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan Publik untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas, dimana setiap orang berhak memperoleh informasi baik secara elektronik maupun non elektronik. Undang- undang yang terdiri dari 64 pasal ini pada intinya memberikan kewajiban kepada setiap Badan Publik untuk
39
membuka akses bagi setiap pemohon informasi publik untuk mendapatkan informasi publik, kecuali beberapa informasi tertentu.
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional: 1) pilar paradigma sehat di lakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat; 2) penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan; 3) sementara itu jaminan kesehatan nasional dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya.
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kuningan untuk mewujudkan Visi Kabupaten Kuningan Tahun 2018-2023 adalah: “Kuningan MAJU (Ma’mur, Agamis, Pinunjul)
40
Berbasis Desa Tahun 2023” dimana Misi ke-3 adalah Mewujudkan manajemen layanan pendidikan, kesehatan yang merata, adil, berkualitas dan berkelanjutan dalam menciptakan sumberdaya manusia nu Sajati. Pada dasarnya misi ini Profil Kesehatan Kabupaten Kuningan Tahun 2019 2 bertujuan untuk membangun kualitas masyarakat Kuningan dari sektor pendidikan, kesehatan, gender, ekonomi, dan sebagainya Dalam upaya pencapaian misi 3 Kabupaten Kuningan diperlukan adanya Evidance Based Information sebagai penunjang Evidance Based Policy, yaitu kebijakan yang berlandaskan pada persoalan dan kepentingan yang lokal spesifik.
Sistem ini berperan dalam meningkatkan kinerja dalam seluruh potensi yang ada untuk menyediakan informasi kesehatan berdasarkan hasil analisis data yang dikumpulkan secara periodik/rutin maupun survey. Hasil evaluasi dalam 5 (lima) tahun terakhir pencapaian (Indeks Pembangunan Manusia) IPM Kabupaten Kuningan memakai Metode Baru tetap mengalami peningkatan dimana pada tahun 2015 mencapai 67,19, tahun 2016 mencapai 67,51, tahun 2017 mencapai 67,78, tahun 2018 mencapai 68,55 dan tahun 2019 mencapai 69,12 dimana perhitungan dilakukan oleh BPS Kabupaten Kuningan.
Dalam bidang kesehatan, terdapat indikator utama pencapaian IPM tersebut yaitu Umur Harapan Hidup waktu lahir, yang dipengaruhi oleh 2 (dua) Indikator dampak yaitu Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu, disamping itu pula terdapat pengaruh dari 2 (dua) Indikator lainnya yaitu Angka Kematian Balita dan Angka Kematian kasar. Salah satu tujuan dari UU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik adalah meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan Publik untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas, dimana setiap orang berhak memperoleh informasi baik secara elektronik maupun non elektronik. Undang-undang yang terdiri dari 64 pasal ini
41
pada intinya memberikan kewajiban kepada setiap Badan Publik untuk membuka akses bagi setiap pemohon informasi publik untuk mendapatkan informasi publik, kecuali beberapa informasi tertentu Sistem informasi kesehatan yang akurat, cepat, tepat, daya guna dan hasil guna dibutuhkan oleh setiap jenjang administrasi kesehatan untuk membantu proses perencanaan ditunjang oleh tenaga kesehatan yang profesional dengan standar upaya dan kerja yang menjamin hasil serta manfaatnya bagi masyarakat sangat dibutuhkan untuk proses pembangunan kesehatan guna menciptakan derajat kesehatan yang optimal.
Sedangkan jumlah Penduduk Kabupaten Kuningan mencapai 1.080.804 jiwa. Serta Masyarakat miskin tahun 2019 sebanyak 603.298 jiwa, dimana belum semua masyarakat miskin mempunyai jaminan (terdaftar sebagai peserta PBI APBN) merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Sejak bulan November 2016, Kabupaten Kuningan sudah memulai program untuk pembayaran iuran premi PBI APBD dengan kepesertaan awal : 7.246 jiwa. Dan sampai saat ini peserta PBI APBD sudah mencapai 41.629 jiwa. Masyarakat miskin yang belum mempunyai jaminan, bisa menggunakan program Jamkesda yaitu program pembiayaan untuk rawat inap di rumah sakit, dimana setiap bulan berbeda-beda sesuai permintaan masyarakat. Cakupan kepesertaan JKN/KIS di tahun 2019 sebesar 65,29 % Sehingga Kabupaten Kuningan belum bisa melaksanakan Program Universal Health Coverege yang harus mencapai 90 %.
Sedangkan untuk pendidikan di wilayah kabupaten kuningan tahun 2019 diantaranya dapat dilihat pada grafik
42
Gambar 3.1 Pendidikan di wilayah Kabupaten Kuningan Tahun 2019
Salah satu alat ukur yang biasa digunakan untuk menilai capaian kesejahteraan sosial adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Trend capaian pembangunan manusia di Kabupaten Kuningan selama 6 tahun terakhir terus mengalami peningkatan seiring peningkatan dari masing-masing komponen pembentuknya. Hal ini menunjukkan adanya pergerakan pembangunan sosial ekonomi yang mengakibatkan pembangunan manusia di Kabupaten Kuningan terus meningkat. Pergerakan yang terjadi di tingkat kabupaten/kota akan dirasakan pula terhadap capaian pembangunan manusia pada tingkat provinsi dan nasional. Meskipun dinamika pembangunan manusia di Kabupaten Kuningan terus meningkat, yang diperlihatkan oleh perkembangan yang positif dari tahun ke tahun, namun capaiannya yang berada pada angka 60 sampai dengan di bawah 70 menunjukkan masih berstatus sedang. Artinya, masih perlu akselerasi untuk mencapai kategori tinggi dengan capaian minimal 70. IPM Kabupaten Kuningan beserta Indeks Kompositnya dapat dilihat pada tabel berikut.
43
Tabel 3.1 Indikator IPM Kabupaten Kuningan Tahun 2015-2019 (Metode Baru)
Tabel 3.2 Perbandingan dengan IPM Kabupaten Kuningan, Jawa Barat dan Nasional
Strategi Penanganan Stunting Kasus Penyebab
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan atau TNP2K sebagaimana dikutip Hidayat & Ismawati (2019) menyatakan bahwa stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Anak yang tergolong stunting tidak hanya mudah terserang penyakit menular atau infeksi tetapi akan menghambat perkembangan motorik dan kognitifnya.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia pada tanggal 3 Januari 2018, di Indonesia diketahui terdapat kasus stunting sebesar 30,8% (terdiri
44
dari 11,5% sangat pendek dan 19,3% pendek). Prevalensi stunting di Provinsi Jawa Barat menempati rangking ke 18 sebesar 31,1% (terdiri dari 11,7% sangat pendek dan 19,4% pendek). Sedangkan prevalensi stunting di Kabupaten Kuningan menjadi salah satu Kabupaten dengan kejadian stunting tertinggi di Jawa Barat dengan persentase kejadian sebesar 9,6% (terdiri dari 1,4 sangat pendek dan 8,2% pendek) yang tersebar di 24 desa di beberapa Kecamatan, prevalensi tertinggi di Kabupaten Kuningan adalah di Kecamatan Cigandamekar sebesar 17,4%. Kabupaten Kuningan menargetkan akan menurunkan angka stunting menjadi 20%.
Masalah stunting disebabkan oleh 3 faktor yaitu:
1. Penyebab mendasar : pendidikan, kemiskinan, dan sosial budaya
2. Penyebab tidak langsung : ketahanan pangan Keluarga, pola asuh, pola makan, kesehatan lingkungan dan pelayanan kesehatan, dan
3. Penyebab langsung : kurang asupan gizi, adanya penyakit, dan kurangnya perilaku konsumsi masyarakat yang dapat mencegah terjadinya stunting TNP2K 2017 (Adam, 2019) menggolongkan beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting, antara lain:
Praktik pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. Beberapa fakta dan informasi yang ada menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI). MP-ASI diberikan/mulai diperkenalkan ketika balita berusia di atas 6 bulan. Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis
45
makanan baru pada bayi, MPASI juga dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat disokong oleh ASI, serta membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan sistem imunologis anak terhadap makanan maupun minuman.
Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal Care dan pembelajaran dini yang berkualitas. Informasi yang dikumpulkan dari publikasi Kemenkes dan Bank Dunia menyatakan bahwa tingkat kehadiran anak di Posyandu semakin menurun dari 79% di 2007 menjadi 64% di 2013 dan anak belum mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi. Fakta lain adalah 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi sumplemen zat besi yang memadai serta masih terbatasnya akses pelayanan pembelajaran dini yang berkualitas (baru 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun belum terdaftar di layanan PAUD/Pendidikan Anak Usia Dini).
Masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi. Hal ini dikarenakan harga makanan bergizi di Indonesia masih tergolong mahal. Selain faktor kurangnya pemahaman orang tua terhadap kesehatan dan kecukupan nilai gizi selama dalam kandungan dan anak setelah lahir. Penyebab lainnya karena harga makanan bergizi di Indonesia masih tergolong mahal.
Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.
Data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga di Indonesia masih buang air besar (BAB) di ruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses ke air minum bersih. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh higiene dan sanitasi yang buruk (misalnya diare dan kecacingan) dapat mengganggu penyerapan nutrisi pada proses pencernaan. Beberapa
46
penyakit infeksi yang diderita bayi dapat menyebabkan berat badan bayi turun.
Apabila beberapa hal ini tidak segera ditangani akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Prevelansi stunting akan semakin meningkat apabila tidak ada perhatian dan penanganan khusus dari pemerintah. Penyebab tidak langsung akan mempengaruhi asupan gizi ibu serta status kesehatan ibu dan anak.
Faktor Risiko 1. Sosial Ekonomi
Semakin rendah pendapatan, maka kejadian stunting cenderung semakin tinggi. Diasumsikan bahwa kelompok dengan status sosioekonomi dan dengan tingkat pendidikan lebih tinggi akan memiliki pola makan yang lebih sehat dan mempunyai gaya hidup yang lebih sehat pula.
2. Pola Asuh
Pola asuh yang baik merupakan faktor yang sangat penting untuk dapat menjamin pertumbuhan anak yang optimal. Pada keluarga miskin, ketersediaan pangan dalam rumah tangga belum tentu mencukupi, akan tetapi ibu yang mengerti cara mengasuh anak, dapat memanfaatkan sumber daya yang terbatas agar bisa menjamin pertumbuhan anak mencapai kondisi optimal.
3. Pola Makan
Untuk dapat menjamin pertumbuhan anak yang optimal, tidak hanya menekankan pada kualitas dan kuantitas makanan yang cukup. Hal yang lebih penting adalah bagaimana caranya memberi makan kepada anak, karena perilaku memberi makan kepada
47
anak berpengaruh pada kesukaan dan asupan zat-zat gizi. Ibu yang dapat membimbing anak tentang cara makan yang sehat dan makanan yang bergizi akan meningkatkan status gizi anak.
4. Lama Pemberian ASI
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama di awal kehidupan dapat menghasilkan pertumbuhan tinggi badan yang optimal. ASI mengandung protein yang merupakan bahan utama dalam proses pertumbuhan, walaupun kandungan protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan susu formula, namun kualitas protein ASI sangat tinggi. Keistimewaan protein ASI adalah rasio protein whey dan casein yang seimbang (60 : 40) dibandingkan susu sapi (20 : 80).
Kondisi ini menguntungkan bayi karena protein whey lebih halus, sehingga mudah dicerna.
5. Tinggi Badan Orangtua
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak.
Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas pertumbuhan. Walaupun demikian, komposisi genetik bukan merupakan faktor utama yang menentukan tinggi badan seseorang, karena kendala lingkungan dan gizi merupakan persoalan yang jauh lebih penting.
Pencegahan atau Penanggulangan
TORASTING (Motor Anti Stunting) Program ini merupakan cara mengurangi stunting maupun angka kemiskinan di kabupaten Kuningan dengan mengenalkan makanan superfood atau makanan bergizi tinggi tetapi disajikan dalam bentuk makanan yang disukai oleh semua usia, serta bisa dijadikannya sebagai UMKM. Adapun cara
48
pendistribusian dagangan olahan tersebut yakni dengan berdagang keliling memakai sepeda motor dikarenakan bisa menjangkau semua konsumen hingga ke pelosok desa.
1. Pemilihan bahan utama superfood
Proses awal dari sistem ini adalah penentuan bahan utama superfood, bahan makanan utama yang ditawarkan dalam karya tulis ini adalah daun kelor karena sebagaimana dari data kandungan gizi yang telah disebutkan di atas daun kelor memiliki kandungan gizi yang sangat tinggi, mudah dan murah untuk didapatkan.
2. Pengolahan bahan utama superfood
Agar mudah disukai semua kalangan daun kelor diolah dengan kreatif menjadi makanan-makanan yang banyak disukai oleh semua usia, olahan tersebut diantaranya adalah: es krim daun kelor, puding daun kelor, kerupuk daun kelor, minuman daun kelor, opak daun kelor, makanan pengganti asi (MPASI) daun kelor dan naget daun kelor. Di dalam karya tulis ini penulis memilih tiga menu olahan daun yaitu es krim daun kelor, puding daun kelor dan mpasi daun kelor.
3. Menjalin kerjasama dengan PKK dan koperasi desa Seusai dengan salah satu tugasnya yaitu menggali, menggerakkan dan mengembangkan potensi masyarakat, khususnya keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan; sistem ini dapat bekerjasama dengan organisasi PKK dan koperasi desa untuk membuat makanan olahan daun kelor serta membangun UMKM dan inovasi desa sebagai bentuk dari meningkatkan kesehatan dan
49
kesejahteraan masyarakat dengan berbasis Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
4. Sistem Distribusi
Cara mendistribusikan dagangan olahan daun kelor adalah dengan cara berdagang keliling dengan menggunakan sepeda motor karena dapat menjangkau seluruh konsumen sampai ke pelosok desa, selain itu motor adalah kendaraan yang paling tepat karena cepat dan hemat tenaga dengan menggunakan gerobak yang ada di motor menggunakan nama singkatan “torasting” atau motor anti stunting, nama tersebut dipilih karena dijajakannya menggunakan motor, dan menjual makanan sehat pencegah stunting. Selain itu dapat juga menggunakan suara dari speaker toa kecil yang dijadikan ciri khas seperti torasting. jajanan enak, sehat anti stunting
5. AKG daun kelor
Salah satu hal yang membuat Kelor menjadi perhatian dunia dan memberikan harapan sebagai tanaman yang dapat menyelamatkan jutaan manusia yang kekurangan gizi, adalah Kelor kaya dengan kandungan nutrisi dan senyawa yang dibutuhkan tubuh. Seluruh bagian tanaman kelor dapat dimanfaatkan untuk penyembuhan, menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan manusia dan terutama sumber asupan gizi keluarga. Bahkan, kandungan kelor diketahui berkali lipat dibandingkan bahan makanan sumber nutrisi lainnya, seperti tampak dalam gambar 3.2 berikut:
50
Gambar 3.2 AKG daun kelor
Strategi memerangi kemiskinan yang dikemukakan oleh Gunnar Adler Karlsson yang dikutip Andre Bayo Ala (1981) meliputi:
a. Strategi jangka pendek yaitu memindahkan sumberdaya-sumberdaya kepada kaum miskin dalam jumlah yang memadai. Perbaikan keadaan kemiskinan dalam jangka pendek diantaranya menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan, dan memperbaiki distribusinya:
b. Strategi jangka panjang dengan menumbuhkan swadaya setempat. Perbaikan dalam jangka panjang dengan memperbaiki dan memenuhi harkat hidup secara individual dan sosial yang bermartabat.
51 Daftar Pustaka
Agrò, F. E. (2013). Body fluid management: From physiology to therapy. Postgraduate School of Anesthesia and Intensive Care, Anesthesia, Intensive Care and Pain Management Department, University School of Medicine Campus Bio-Medico of Rome, Rome, Italy, 1–274. https://doi.org/10.1007/978-88- 470-2661-2
Gamble, K. L., Berry, R., Frank, S. J., & Young, M. E.
(2014). Circadian clock control of endocrine factors.
Nature Publishing Group.
https://doi.org/10.1038/nrendo.2014.78
Gross, C. G. (2014). Claude Bernard and the Constancy of the Internal Environment. (July). The Neuroscientist.
https://doi.org/10.1177/107385849800400520 Hall, J. E. (2011). Guyton and Hall Textbook of Medical
Physiology (12th ed.). Elsevier.
Ishikawa, J., Takeo, M., Iwadate, A., Koya, J., Kihira, M., Suzuki, Y., Oshima, M. (2021). Mechanical homeostasis of liver sinusoid is involved in the initiation and termination of liver regeneration. Communications
Biology, 4(2021), 1–13.
https://doi.org/10.1038/s42003-021-01936-2 Isnaini. (2006). Fisiologi Hewan (2nd ed.). UGM Press.
Jakoi, Emma; Carbery, J. (2015). Introductory Human Physiology. Lulu Press, Inc. 1–7.
Kotas, M. E., & Medzhitov, R. (2015). Homeostasis, Inflammation, and Disease Susceptibility. Cell, 160(5), 816–827. https://doi.org/10.1016/j.cell.2015.02.010 Puelles, V. G., & Huber, T. B. (2022). Kidneys control inter- organ homeostasis. Nature Reviews Nephrology.
18(April), 207–208.
Sherwood, L. 2009. Human Physiology: from cells to sistem. 7th edition. Cengage learning.
Siagian, M. (2004). Homeostasis Keseimbangan yang Halus dan Dinamis. Departemen Illmu Faal FKUI. 1–4.
52
Tan, C. L., Knight, Z. A., Francisco, A., & Francisco, S.
(2019). Regulation of body temperature by the nervous system. Neuron. 98(1), 31–48.
https://doi.org/10.1016/j.neuron.2018.02.022.
Wang, J., Cui, B., Chen, Z., & Ding, X. (2022). The regulation of skin homeostasis , repair and the pathogenesis of skin diseases by spatiotemporal activation of epidermal mTOR signaling. Frontiers in Cell and Developmental Biology. 10(7), 1–13.
https://doi.org/10.3389/fcell.2022.950973
53 Profil Penulis Hamdan, SKM., MKM
Anak ke-4 dari lima bersaudara, anak dari bapak Alwi Tahir dan Hamsia (ALM), saya Lahir di Plampang 4 Maret 1989, Agama Islam, Alamat:
Karya Mulya RT 01/RW 007 Desa Plampang Kecamatan Plampang Kabupaten Sumbawa Povinsi NTB Pendidikan Dasar diselesaikan di SDN3 Plampang tahun 2002, kemudian MTs Nurul Jannah Plampang Tahun 2005 dan MA Nurul Jannah Plampang Tahun 2008. Setelah lulus MA Nurul Jannah Plampang saya lanjut mengambil S1 Kesesehatan Masyarakat (SKM) di STIKES Ngudi Waluyo Ungaran-Semarang Tahun 2013. Dimasa kuliah saya aktif dalam berbagai organisasi baik organisasi yang berkaitan dengan kampus maupun organisasi di luar kampus diantaranya. Ditahun 2008 menjadi anggota Unit Kegiatan Kerohanian Islam (UKKI) di bidang divisi dakwah kampus setelah memasuki tahun 2009 saya menjadi koordinator dakwah sampai tahun 2010, selain itu saya juga menjabat sebagai ketua umum persatuan mahasiswa kesehatan masyarakat (HIMA KM) Ngudi Waluyo Ungaran tahun 2009-2011, dan ditahun yang sama saya mulai mengikuti olahraga teowondo dan panduan suara di kampus, serta saya saya juga aktif di organisasi di luar kampus seperti:
Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Mmasyarakat Indonesia (ISMKMI) tahun 2010-2012 serta saya mengikuti organisasi ISMA NTB sebuah peguyuban Mahasiswa NTB semarang dan saya sebagai pendiri organisasi ISAMABA- Semarang, tahun 2010-2012 dan menjadi salah satu pendiri EHERA-Nusantara dimana sebuah peguyuban untuk menyatukan atau mengumpulkan mahasiswa Indonesia yang ada di semarang, di tahun 2013. Aya juga aktif di Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) 2010-2012. Dan saya pernah menjabat sebagai penasehat UKKI selama tahun 2011-2012 dan menjadi penasehat HIMA-KM tahun 2012-2013. Selain itu juga saya pernah magang di BKPM (Balai Kesehatan Paru Masyarakat) atau BP4 di tahun 2013 dan pernah menjadi Tim Enumerator yang diadakan oleh BAPPEDA Kab. Semarang. Dan setelah saya lulus saya menjadi dosen di sumbawa pada tahun 2014-2016 sambil saya menjadi dosen saya sempat kerja di PT SUN LIFE FINANCIAL INDONESIA Perusahaan Asuransi dari tahun 2014- 2016 awal. dan ditahun 2016 pernah menjadi pembina Putra Putri Maritim Indonesia yang diadakan oleh APMI ditahun 2014 saya pernah menjadi panitia pemilihan Presiden RI dan Legislatif lainnya. Kemudian saya sempat menjadi enumerator