• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISU STRATEGIS DAN KEBIJAKAN PROGRAM PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN

Dalam dokumen prosiding wnpg xi bidang 3 (Halaman 64-68)

BAB 3 BAB 3

E. STRATEGI KE DEPAN

III. ISU STRATEGIS DAN KEBIJAKAN PROGRAM PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN

Isu Strategis dan Tantangan Pengawasan Badan POM sebagai berikut:

Isu Strategis Tantangan

1. Perlindungan Masyarakat 1. Maraknya peredaran obat dan makanan ilegal di sarana distribusi dan media online

2. Peningkatan taraf ekonomi masyarakat dan perubahan gaya hidup

3. Penegakan hukum belum menimbulkan efek jera

4. Beragamnya modus kejahatan Obat dan Makanan

2. Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA) 1. Masih rendahnya daya saing produk dan

inovasi produk dalam negeri

2. Pemberantasan obat dan makanan illegal 3. Globalisasi, persaingan dagang &

perkembangan teknologi informasi

4. Layanan Publik Kecepatan, kepastian, transparansi, kualitas, akuntabilitas

5. Pengawalan JKN Mutu obat

6. Pemberdayaan Masyarakat 1. Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat

2. Perlindungan diri dari obat dan makanan tidak memenuhi syarat

3. Kemudahan akses informasi 7. Koordinasi pengawasan Obat

dan Makanan 1. Perlu sistem pengawasan yang tidak terfragmentasi

2. Perlu komitmen lintas sektor yang tinggi

Strategi Badan POM terhadap isu dan tantangan tersebut dalam rangka penjaminan keamanan dan mutu pangan sebagai berikut:

1. Perlindungan masyarakat melalui pengawasan keamanan pangan

a. Rutin, yaitu penilaian keamanan, khasiat/manfaat dan mutu (pre market control), pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, sampling dan pengujian serta pengawasan label dan iklan.

b. Intensifikasi dengan melakukan pengawasan di bulan Ramadhan dan menjelang hari raya (Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru)

c. Target Khusus dengan melakukan operasi terpadu dan operasi gabungan (daerah, nasional dan internasional

Hasil kegiatan tersebut kemudian ditindaklanjuti dan akan menghasilkan output berupa keputusan Memenuhi Ketentuan (MK) atau Tidak Memenuhi Ketentuan (TMK). Hasil putusan dari tindak lanjut sarana yang Tidak Memenuhi Ketentuan (TMK) selanjutnya akan diberikan sanksi berupa peringatan, peringatan keras, penghentian sementara kegiatan, sanksi administrasi ataupun Pro Justicia kepada pelaku usaha yang berkaitan. Produk yang tidak memenuhi syarat/illegal/palsu/rusak/kadaluwarsa akan diberikan sanksi berupa penarikan produk (recall), pencabutan izin edar, sanksi administrasi ataupun Pro Justicia. Pengadaan iklan yang Tidak Memenuhi Kriteria (TMK) dapat diberikan sanksi berupa penarikan/penghentian iklan.

Eradikasi Penyalahgunaan Bahan Berbahaya dalam Pangan

No Isu/Masalah BB Kegiatan Untuk Mengurai Masalah

1. Ketergantungan pada Bahan Berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan tinggi

1. Intensifikasi KIE komprehensif melalui program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Sadar Pangan Aman (GERMAS SAPA) 2. Mengembangkan BTP baru

Pengganti Bahan Berbahaya

2. Regulasi Bahan Berbahaya tersebar di beberapa K/L

1. Pengawalan RPP Pelaksanaan Urusan Pemerintahan Konkuren (PUPK) Bidang Perdagangan dan Kodifikasi Anggaran

2. Menyusun NSPK

3.

Kebocoran peredaran Bahan Berbahaya ke rantai pangan

1. Mengembangkan kebijakan penambahan zat

penanda/marker(zat pemahit) pada bahan berbahaya

2. Intensifikasi pengawasan Bahan Berbahaya

Untuk menghadapi tantangan dalam perubahan paradigma pengawasan, melakukan transformasi pengawasan, dari pengawasan watch dog (pengawasan bergantung pada hasil inspeksi) menjadi pengawasan pro-active control, dimana

pelaksanaan pengawasan berbasis risiko dan industri pangan diharapkan mampu melakukan pengawasan secara mandiri (self regulatory control)

Sejak tahun 2014, Badan POM mengembangkan Program Manajemen Risiko (PMR) yang menekankan kemandirian pelaku usaha dalam penjaminan penerapan Sistem Manajemen Keamanan Pangan. Konsep ini menekankan kepada upaya-upaya preventif oleh pelaku usaha dan pemberian kepercayaan kepada industri sebagai pihak yang paling bertanggungjawab untuk Keamanan Pangan dan pelaksanaannya diverifikasi oleh Pemerintah sebagai regulator.

Pelaksanaan PMR ini untuk tahap sekarang, difokuskan pada industri pangan yang memproduksi pangan berisiko tinggi, dan dilaksanakan secara bertahap, sebagai berikut:

 Pada tahun 2015 – 2016 diterapkan secara wajib untuk seluruh industri pangan yang memproduksi pangan formula bayi, formula lanjutan dan formula pertumbuhan

 Pada tahun 2017 – 2018 diterapkan bagi industri pangan yang memproduksi pangan steril komersial yang disterilisasi akhir (Low Acid Canned Food in container sterilization), misal: ikan dalam kaleng, susu steril dalam kaleng

 Pada tahun 2019 dan selanjutnya akan dikembangkan untuk produk lainnya.

2. Pengawalan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menyebabkan menipisnya entry barrier, adanya kompetisi yang tinggi dan pertumbuhan perekonomian yang pesat. Untuk menanggulanginya Badan POM berupaya untuk meningkatkan daya saing produk, meningkatkan kemandirian pelaku usaha khususnya UMKM, serta melakukan pemberantasan terhadap produk ilegal.

Penyebab ketidaksiapan UMKM pangan dalam menghadapi MEA 2015, disebabkan oleh beberapa faktor seperti:

a. Rendahnya sanitasi dan higiene karyawan b. Rendahnya lingkungan produksi

c. Kurangnya pengendalian proses produksi d. Masalah pelabelan pangan

Untuk mendukung UMKM agar dapat bersaing dalam MEA 2015, maka terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

a. Memperluas akses terhadap modal, dan bahan baku, serta pengelolaan keuangan yang baik.

b. Memperluas akses, dan penguasaan pasar, serta peluang promosi.

c. Penggunaan sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan teknis serta memiliki spirit kewirausahaan.

d. Pemenuhan standar ASEAN & Internasional (termasuk label), hygiene sanitasi, inovasi dan teknologi serta akses dan transfer teknologi.

Pengadaan kegiatana terpadu 8 K/L dapat dilakukan oleh beberapa lembaga seperti Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Kelautan, Badan POM, UMKM Hebat dll.

Dalam mendukung kegiatan UMKM Hebat dan Berdaya Saing, Badan POM memiliki program untuk membantu pencapaiannya, yaitu:

a. Peningkatan Manajemen, termasuk keuangan, SDM/tenaga kerja, administrasi, dan lain-lain

b. Peningkatan Kompetensi SDM dengan mengadakan pelatihan /bimtek terkait regulasi mengenai cara produksi yang baik dll.

c. Peningkatan kapasitas produksi, termasuk fasilitasi peizinan produk.

d. Peningkatan keamanan dan kualitas produk dengan memberikann pendampingan/bimbingan teknis terkaitcara produksi yang baik, melaksanakan audit dalam rangka sertifikasi produk, serta pengujian produk dalam rangka pemenuhan persyaratan keamanan dan mutu.

e. Penetrasi pasar produk dengan mengembangkan produk unggulan dan kemasan yang inovatif/kreatif, mengadakan pameran gratis dalam rangka memfasilitasi promosi produk, serta pengembangan subsite terpadu bagi UMKM/IKM.

3. Pelayanan publik

Proses pelayanan publik yang diharapkan adalah cepat, kepastian waktu, transparansi, berkualitas dan akuntabel. Untuk mewujudkannya dilakukan percepatan perizinan melalui:

 Simplifikasi peraturan dan proses registrasi (penerapan e-registration, proses e-monitoring registrasi, e-penilaian, penerapan e-payment dan perbaikan berkelanjutan berdasarkan hasil survey indeks kepuasan pelanggan)

 Penyederhanaan persyaratan izin usaha bagi industri skala mikro

 Keberpihakan pada UMKM dengan pemberlakukan penurunan biaya pendaftaran 50% dari tariff PNBP

 Pemberian pendampingan (loket khusus konsultasi, pengujian, dan pengawalan penerapan cara produksi yang baik)

Selain itu Badan POM juga telah memiliki Export Consulation Desk (ECD), yaitu layanan berbasis web tentang informasi pokok regulasi dan persyaratan Obat dan Makanan di 55 negara tujuan ekspor. Diharapkan dengan adanya ECD ini juga dapat meningkatkan ekspor komoditi Obat dan Makanan.

4. Pemberdayaan masyarakat

Program pemberdayaan masyarakat yang disediakan oleh Badan POM yaitu:

a. Layanan Informasi dan pengaduan HaloBPOM

b. Aksi Nasional Pemberantasan Obat Ilegal dan Penyalahgunaan Obat yang dicanangkan Presiden RI pada tanggal 3 Oktober 2017 di Buperta Cibubur c. Gerakan Masyarakat Sadar Pangan Aman (Germas Sapa) yang

dicanangkan oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan pada tanggal 23 November 2017 di Taman Mini Indonesia Indah

d. Gerakan keamanan pangan desa (GKPD)

e. Aksi nasional PJAS yang aman, bermutu dan bergizi f. Pengadaan pasar aman dari bahan berbahaya

Dalam dokumen prosiding wnpg xi bidang 3 (Halaman 64-68)