• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA TINDAK LANJUT PENGAWASAN

Dalam dokumen prosiding wnpg xi bidang 3 (Halaman 181-186)

RENCANA STRATEGIS PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN SEGAR

VI. RENCANA TINDAK LANJUT PENGAWASAN

Rencana Tindak Lanjut (RTL) Pengawasan Keamanan Pangan Segar sebagai upaya penanganan keamanan pangan segar asal tumbuhan di Provinsi Lampung adalah sebagai berikut:

1. Menyusun rencana kerja pengawasan Bahan Berbahaya yang disalahgunakan dalam Pangan.

2. Melakukan Bimtek Peningkatan Kemampuan Petugas Pengawas Keamanan Pangan.

3. Melakukan pengawasan rutin/berkala keamanan pangan ke Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung.

4. Melakukan Inspeksi Mendadak (Sidak) ke pasar tradisional dan pasar modern yang ada di Bandar Lampung.

5. Melakukan tindak lanjut hasil-hasil pengawasan keamanan pangan.

VII. PENUTUP

• Keamanan pangan merupakan aspek yang luas, melibatkan beberapa stakeholder sehingga perlu koordinasi antar instansi: pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, pengusaha (produsen, distributor/retailer) dan konsumen.

• Untuk menjamin keamanan pangan diperlukan: penguatan legislasi di bidang pangan, sistem kelembagaan keamanan pangan, sistem pengawasan keamanan pangan, sarana dan prasarana (laboratorium pengujian keamanan pangan), SDM yang berkompeten, promosi, edukasi, serta ketersediaan dana yang memadai.

• Dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), kita harus mampu bersaing dalam segala bidang termasuk kemampuan SDM, perlu dilakukan penguatan SDM yang berkompeten.

PERANAN INDUSTRI PANGAN DALAM UPAYA PENCEGAHAN STUNTING*

Oleh:

Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia

Latar Belakang

Industri Makanan dan Minuman biasa disebut juga sebagai Industri Pangan merupakan penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) tertinggi si sector non migas, yaitu sebesar 34,95% pada triwulan III tahun 2017 berdasarkan data dari BPS. Kinerja industri pangan setiap tahun cukup tinggi dengan rata-rata pertumbuhan di atas pertumbuhan sector manufaktur. Pada triwulan III tahun 2017, pertumbuhan Industri Pangan sebesar 9.46 persen atau naik dibanding capaian triwulan II tahun 2017 sekitar 7.19 persen. Berdasarkan data ini, dapat dikatakan bahwa Industri Pangan merupakan salah satu penopang ekonomi nasional

Berdasarkan Global Nutrition report 2017 dan UN report, di seluruh dunia sekitar 155 juta anak di bawah usia 5 tahun mengalami stunting, 52 juta wasted dan 41 juta mengalami overweight. Pada laporan yang sama juga dinyatakan bahwa 2 milyard penduduk dunia mengalami defisiensi micronutrient dan 2 milyard lainnya mengalami overweight. Menjadi tantangan dunia untuk mengatasi permasalahan tersebut terutama dengan berkurangnya sumber daya dan makin sempitnya lahan pertanian. Bahan pangan, terutama protein harus diproduksi lebih banyak sebagai bahan konsumsi utama untuk populasi yang berkembang cepat. Juga diperlukan metode produksi yang berkelanjutan dan dapat berdaptasi dengan perubahan iklim. Indonesia termasuk di dalam 17 negara diantara 117 negara yang mempunyai sekaligus masalah stunting (37.2%), wasting (12.1%) dan overweight (11.9) pada anak balitanya. Permasalahan tersebut menjadi masalah gizi di Indonesia selain kegemukan pada penduduk di atas usia 18 tahun dan anemia pada ibu hamil. Sementara saat ini permasalahan defisiensi vitamin A dan iodium sudah bisa dikontrol, masalah stunting belum selesai dihadapi.

Peran dan Program Industri Pangan

Diperlukan kerjasama semua pemangku kepentingan agar upaya penurunan stunting dapat berjalan efektif dan efisien sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Pemerintah melalui Rencana pembangunan Jangka Menengah tahun 2015-2019 (RPJMN, 2015-2019) telah menargetkan penurunan stunting pada anak usia di bawah dua tahun menjadi sebesar 28%. Hal ini harus didukung dan terlaksana melalui partisipasi aktif semua pihak, tidak terkecuali Industri Pangan.

Peran industri pangan utamanya adalah untuk menyediakan pilihan makanan yang aman dan bergizi, sesuai dengan kebutuhan gizinya. Terutama adalah pangan yang ditujukan untuk ibu hamil dan anak-anak. Produk pangan yang diproduksi harus dipastikan aman, berkualitas, dan memiliki zat gizi sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan untuk membantu pemenuhan gizi. Pemenuhan terhadap standar ini menjadi penting karena jumlah gizi yang harus dimiliki oleh produk dan persyaratan keamanan pangannya telah diatur di dalam standar tersebut.

* Disampaikan pada kegiatan Focos Group Discussion (FGD) III Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi

(WNPG) XI Bidang 3 Peningkatan Penjaminan Keamanan dan Mutu Pangan, 14 Mei 2018 di Hotel Novotel - Lampung

Industri Pangan juga berperan untuk memastikan ketersediaan dan keterjangkauan produk pangan tersebut bagi masyarakat. Industri harus memastikan produk-produk yang bergizi selalu tersedia pada saat diperlukan, memastikan bahwa setiap orang dapat memperoleh produk yang aman dan bergizi, dengan rasa yang sesuai dengan selera masyarakat. Dalam hal keamanan pangan, harus dijamin keamanan pangan selama produk tersebut diproduksi, disimpan dai dalam gudang dan juga selama dalam transportasi.

Investasi dalam bidang pertanian, pangan dan gizi untuk memproduksi pangan yang terjangkau, tersedia dan aspiratif juga merupakan salah satu peranan industri pangan.

Termasuk diantaranya adalah memproduksi pangan yang sesuai untuk setiap tahap kehidupan, melakukan fortifikasi pangan dalam skala besar, mendukung intervensi sensitive, menjamin gizi seimbang untuk karyawan di industri pangan dan menjadi mitra Pemerintah yang berkelanjutan untuk mencapai SDG2.

Industri Pangan harus memastikan adanya Food Value System yang berkelanjutan, termasuk diantaranya adalah Teknologi dalam bidang pertanian dan teknologi proses pangan yang dapat menjamin ketahanan pangan. Teknologi dalam bidang pertanian akan meningkatkan produktivitas pertanian melalui penyediaan bibit unggul, irigasi yang modern, penggunaan pupuk yang efisien, mekanisaasi pertanian dll. Sedangkan teknologi proses diperlukan untuk menjamin ketersediaan produk pangan yang bernilai tambah, yang memenuhi standar keamanan pangan dan memenui kebutuhan konsumen akan produk yang berkualitas, nyaman, mudah diperoleh dan terjangkau.

Beberapa industri pangan juga memiliki program yang membantu pemerintah dalam memberikan pendidikan terkait gizi pada masyarakat melalui media, label pada produk pangannya dan edukasi dalam bentuk pelatihan. Industri Pangan juga menjadi salah satu pemangku kepentingan dalam SUN Movement (Scaling Up Nutrition). SUN Movement adalah sebuah inisiative dari PBB untuk mengakhiri segala bentuk malnutrisi di tahun 2030. Jaringan bisnis dimobilisai untuk turut berkontribusi dalam menurunkan segala bentuk malnutrisi melalui SUN Movement Business Network. Prioritas gerakan ini adalah untuk mengajak sektor bisnis untuk aktif dalam mendukung gerakan percepatan perbaikan gizi. Beberapa program lain yang telah dan sedang dilakukan oleh Industri Pangan adalah program perbaikan gizi karyawan, mengadakan pekan sarapan sehat, revitalisasi Posyandu, pendidikan dan kampanye kepada ibu dan ibu hamil mengenai pentingnya gizi pada 1000 hari pertama kehidupan, melakukan fortifikasi besi pada tepung terigu, pendidikan gizi seimbang, pendidikan mengenai gizi untuk remaja putri dan juga peningkatan akses kesehatan dan sanitasi.

Inovasi-inovasi teknologi dapat lebih berperan dalam upaya pengurangan dan pencegahan stunting. Ilmu sosial juga memiliki kontribusi yang besar dalam mengubah perilaku hidup masyarakat untuk mendapatkan gizi yang cukup dan pola hidup yang sehat, selain itu perbaikan sanitasi atau pengolahan pangan yang sehat membutuhkan teknologi yang tepat. Peranan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat penting dalam upaya penurunan dan pencegahan stunting.

Penjaminan Keamanan dan Kualitas Pangan

Faktor kualitas dan keamanan pangan adalah hal yang paling utama bagi Industri Pangan. Industri telah melaksanakan program GMP (Good Manufacturing Practices) sebagai salah satu syarat utama untuk memulai berproduksi. Program HACCP (Hazard Analytical Critical Control Point) sebagai program dengan tingkatan yang lebih ketat dari pada GMP juga

telah dilakukan, terutama untuk produk-produk yang beresiko tinggi. Pemantauan lingkungan dan proses sanitasi dan hygiene yagn sangat ketat juga dilakukan untuk dapat memproduksi produk yang aman dan berkualitas.

Komitmen Industri Pangan dalam penjaminan keamanan dan kualitas pangan dilakukan dengan memenuhi standar dan peraturan yang berlaku di Indonesia dan internasional (CODEX). Saat ini produk pangan olahan yang dipasarkan harus mendapatkan ijin dari Badan Pemeriksa Obat dan Makanan yang berwenang melakukan pengawasan terhadap pangan olahan yang beredar. Untuk mendapatkan ijin edar tersebut, pangan olahan harus memenuhi standar yang ditetapkan baik oleh BPOM (regulasi kontaminan untuk menjamin keamanan pangan, regulasi kategori pangan untuk mutu pangan dll), Standar Nasional Indonesia (mutu dan keamanan pangan), menerapkan sistem jaminan mutu yang diakui secara internasional ataupun mengacu pada pedoman Internasional (CODEX).

Beberapa perusahaan telah membangun fasilitas laboratorium yang lengkap serta mengembangkan metoda analisa sesuai standar internasional.

Kendala dan Tantangan

Beberapa tantangan dan kendala dihadapi industry pangan dalam upaya membantu penurunan dan pencegahan stunting. Diantaranya adalah bervariasinya sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga kemampuan setiap perusahaan dalam mematuhi standar dan regulasi juga bervariasi. Dalam hal ini terutama adalah bervariasinya sumber daya antara perusahaan kecil, menengah dan besar.

Beberapa peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah juga belum terintegrasi antara kementrian atau lembaga yang satu dengan yang lainnya. Masih ditemukan adanya beberapa peraturan yagn tumpang tindih sehingga mengakibatkan birokrasi yang lebih panjang dalam pelaksanaannya. Bahkan ditemukan juga beberapa peraturan yang bertentangan antara kementrian atau lembaga satu dengan yang lainnya sehingga industri pangan kesulitan untuk mematuhi peraturan tersebut. Beberapa peraturan kontraproduktif yang diterbitkan juga mempengaruhi pelaksanaannya oleh industri pangan.

Beberapa program pemerintah juga belum terstruktur dan komprehensif dari hulu hingga ke hilir. Masih ditemukan beberapa standar yang ditetapkan ketat di hilir sementara standar untuk bahan baku di hulu yang diperoleh dari petani belum ditetapkan atau ditetapkan tidak seketat yang ada di hilir. Sehingga industri pangan yang menggunakan bahan baku dari dalam negeri kesulitan untuk memenuhi standar tersebut. Hal ini mempengaruhi produksi produk pangan yang ditujukan untuk membantu pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat.

Rekomendasi

Kebijakan yang kurang tepat adalah salah satu kendala dan tantangan yagn dihadapi oleh industry pangan dalam membantu program pencegahan stunting. Oleh karena itu diusulkan agar Pemerintah selalu melaksanakan Regulatory Impact Assessment dalam proses pembahasan peraturan baru ataupun tinjauan terhadap peraturan yang telah ditetapkan, Hal ini penting dilakukan untuk mempertimbangkan dampak peraturan tersebut sehingga pelaksanaanya dapat lebih efektif dan bermanfaat sesuaid engan tujuan penetapan peraturan tersebut.

Pemerintah dan semua pemangku kepentingan, termasuk industri pangan seharusnya membuat peta jalan yang jelas dan transparan sehingga permasalahan dapat diselesaikan

tanpa menjadi beban salah satu pihajk dalam pelaksanaannya. Pelaksanaan kebijakan secara bertahap juga menjamin evaluasi dapat dilakukan untuk perbaikan kebijakan tahap selanjutnya. Pemerintah juga perlu membangun integrasi kebijakan yang baik antar instansi dan lembaga. Komunikasi yang baik juga perlu ditingkatkan oleh semua pemangku kepentingan, termasuk antar lembaga pemerintah dan kementrian dan juga dengan industri pangan.

Industri pangan mengusulkan pembagian peran dalam pengawasan produk pangan agar berjalan lebih efektif. Tanggung jawab pengendalian mutu dan keamanan pangan menjadi tanggung jawab industry pangan. Artinya industri pangan bertanggung jawab terhadap mutu dan keamanan pangan pada saat produk tersebut diproduksi dan dipasarkan sehingga pengawasan pemerintah pada saat pre market dapat dihilangkan. Semenara pemerintah melakukan penguatan pengawasan di post market dan menindak tegas pelaku usaha yang melanggar peraturan yang berlaku.

Dalam dokumen prosiding wnpg xi bidang 3 (Halaman 181-186)