BAB II KAJIAN PUSTAKA
B. Kajian Penelitian Terdahulu
akademis yang berkaitan performa dan prestasi lembaga, dan yang ketiga adalah faktor sosiologis yang berkaitan dengan seberapa jauh lembaga pendidikan dapat memenuhi peran-peran sosiologis; peran alokasi posisional berupa kedudukan dan peran penting dalam kehidupan sosial;
memungkinkan terjadinya mobilitas sosial; peran mengukuhkan status sosial; dan peran untuk meningkatkan prestise seseorang di masyarakat.58
2. SDIT Luqman Al Hakim Sleman memiliki Brand image yang ditawarkan kepada masyarakat, menciptakan motivasi masyarakat Terhadap Brand image di SDIT Luqman Al Hakim Sleman. Motivasi Terhadap Brand image di SDIT Luqman Al Hakim Sleman meliputi: 1) memperoleh lingkungan belajar yang aman dan nyaman, 2) mengarahkan anak untuk memiliki akhlak yang mulia dan menjadi penghafal Al-Qur’an, 3) Memiliki Prestasi di Bidang Akademik Dan Non-Akademik.
3. Penerapan strategi brand image di SDIT Luqman Al Hakim Sleman memiliki faktor pendukung serta faktor penghambat. Faktor-faktor tersebut meliputi SDM masih muda, fasilitas sekolah, letak SDIT Luqman Al Hakim Sleman, dan Dinaungi oleh Yayasan Sosial dan Pendidikan Islam Luqman Al Hakim Yogyakarta.
Penelitian kedua ditulis Rokim dan Roudlotul Hikmah yang berjudul
“Integrasi Pendidikan Agama Dan Sains Sebagai Strategi Membangun Brand image Di MA Sains Roudlotul Qur’an Lamongan”.60 Penelitian ini berfokus pada penerapan integrasi pendidikan agama dan sains di MA Sains Roudlotul Qur’an
Lamongan sebagai strategi dalam membangun brand image lembaganya.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Integrasi pendidikan agama dan sains di MA Sains Roudlotul Qur’an Lamongan dapat terealisasikan dalam tahapan sebagai berikut. Pertama, tahap filosofi yang dijadikan landasan dalam pengambilan segala kebijakan di madrasah ke dalam rumusan visi dan misi, serta desain kurikulum.
60 Rokim dan Roudlotul Hikmah, “Integrasi Pendidikan Agama Dan Sains Sebagai Strategi Membangun Brand Image Di MA Sains Roudlotul Qur’an Lamongan,” Jurnal Ilmu Pendidikan Islam Vo 5 No 2 (2021): 64–79.
Kedua, tahap materi yang diwujudkan ke dalam tiga model yaitu muatan lokal, mata pelajaran tafsir sains, dan kegiatan outdoor class. Ketiga, tahap metodologi yang diwujudkan ke dalam paradigma guru ketika mengajar.
Keempat, tahap strategi yang diwujudkan dengan membedah KD/silabus materi agama ke dalam materi sains yang saling berkaitan.
2. Brand image MA Sains Roudlotul Qur’an Lamongan dapat terlihat dari nama madrasah yang menandakan adanya penerapan paradigma integrasi pendidikan agama dan sains yang membentuk 7 elemen bauran jasa pendidikan. Yang meliputi P1: produk jasa (the services product) dengan memberikan jaminan kualitas melalui program pendidikan unggulan madrasah, P2: tarif jasa (price) dengan menetapkan biaya (budget) dari bawah ke atas (bottom-up) disertai penyediaan beragam beasiswa, P3:
Tempat/Lokasi Pelayanan (Place/Service Location) dengan memiliki lokasi strategis yang berada di tengah kota lamongan dan di wilayah Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an serta dilengkapi dengan lahan parkir yang memadai, P4: promosi (promotion) dengan menggunakan 2 strategi, yaitu usaha secara lahiriah dengan memanfaatkan media sosial, banner, beberapa kegiatan humas, dan usaha secara spiritual dengan melakukan kegiatan wirid yang dilakukan secara istiqomah, P5: orang/partisipan (people) dengan mengajak semua warga/komponen madrasah agar memiliki peranan yang sama, P6: sarana fisik (physical evidence) dengan menggunakan absensi finger print dan penyediaan layanan full wi-fi, P7: proses (process) dengan memberlakukan managerial POAC yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling.
Penelitian yang ketiga oleh Siti Azizah Basitoh yang berjudul
“Strategi Brand image Sekolah Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Sekolah Tahfidz Plus SD Khoiru Ummah Cianjur Jawa Barat)”.61 Penelitian ini berfokus pada penerapan strategi Brand image Sekolah Berbasis Masyarakat di Sekolah Tahfidz Plus SD Khoiru Ummah Cianjur.” Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Strategi Sekolah Tahfidz Plus SD Khoiru Ummah Cianjur dalam Menetapkan brand image nya telah sesuai dengan teori Keller yaitu faktor- faktor pembentuk brand image: a) Favorability of brand association yaitu Sekolah yang menawarkan program Tahfidz dengan konsep pendidikan yang bersifat “kaffah” b) Strength of brand association yaitu dengan slogan
“Sekolahnya Penghafal Al-Qur’an dan Pemimpin Masa Depan”, c) Unique of brand association, yaitu sekolah memiliki pedoman hidup yaitu AL- BIAH.
2. Strategi yang dilakukan Sekolah Tahfidz Plus SD Khoiru Ummah Cianjur dalam upaya mengembangkan brand image telah sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Rangkuti yaitu: defensive marketing dengan menjaga kualitas guru dan orang tua yang selalu diperhatikan. Dan yang kedua offensive marketing bersinergi dengan lembaga lain baik lembaga pendidikan maupun non pendidikan.
3. Strategi yang dilakukan Sekolah Tahfidz Plus SD Khoiru Ummah Cianjur dalam mempertahankan brand image yaitu a) menjaga kualitas guru guru atau pendidik b) menjaga dan mengembangkan infrastruktur sekolah c) terus
61 Siti Azizah Basitoh, “Strategi Brand Image Sekolah Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Sekolah Tahfidz Plus SD Khoiru Ummah Cianjur Jawa Barat),” (Skripsi, IAIN Ponorogo, Ponorogo, 2021)
berinovasi dalam program. Hal tersebut sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen menurut Tjiptono yaitu: kepuasan konsumen, kualitas produk dan citra merek.
Penelitian keempat oleh Muhammad Hilmi yang berjudul “Tahfiz Al- Qur’an sebagai Brand image Pendidikan Islam Modern: Studi di Pondok Pesantren Al-Aziziyah, Abu Hurairah, dan SDIT anak Sholeh mataram”62. Focus penelitian ini adalah strategi Brand image melalui Tahfiz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-Aziziyah, Abu Hurairah, dan SDIT anak Sholeh mataram. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Program tahfiz Al-Qur’an di tiga lembaga pendidikan adalah sebagai berikut: Program tahfiz al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-Aziziyah merupakan program utama dan menjadi program pendidikan unggulan. Oleh karena itu kompetensi di Pondok Pesantren Al-Aziziyah mengharuskan kepada para santri untuk menyelesaikan hafalan al-Qur’an 30 juz dengan mutqin. Sementara di Pondok Pesantren Abu Hurairah Mataram adalah menjadikan tahfiz al-Qur’an sebagai brand namun tidak menjadi program utama dan unggulan. Karena program tahfiẓ al-Qur’annya dimasukkan kedalam kurikulum sekolah formal dan menggunakan target capaian hafalan sesuai dengan jenjang pendidikannya. Begitu pula dengan SDIT Anak Sholeh Mataram menjadikan tahfiẓ al-Qur’an sebagai brand tapi bukan menjadi program pendidikan unggulan karena target hafalan di SDIT Anak Sholeh Mataram adalah 2 juz yaitu; juz 30 dan 29.
62 Muhammad Hilmi, “Tahfiz Al-Qur’an Sebagai Brand Image Pendidikan Islam Modern:
Studi Di Pondok Pesantren Al-Aziziyah, Abu Hurairah, Dan SDIT Anak Sholeh Mataram,”
(Disertasi, Universitas Negeri Mataram, 2022).
2. Respon publik terhadap tiga lembaga pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu teologis, pragmatis dan sosiologis. Faktor teologis adalah yang berhubungan dengan religiusitas. Dengan demikian faktor teologis adalah sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama. Faktor pragmatis adalah sesuatu yang bersifat praktis, atau lebih mementingkan nilai kepraktisan dan kegunaannya atau manfaat hidup yang praktis. Faktor sosiologis adalah faktor yang dipengaruhi oleh orang-orang di sekitar.
Komponen yang termasuk di dalamnya yaitu kelompok masyarakat, keluarga, peran dan status sosial.
3. Tahfiz al-Qur’an sebagai brand pendidikan Islam tidah hanya mengandung enam komponen sebagaimana rumusan para ahli yaitu attributes, Benefits, Value, Culture, Personality, User . Namun lebih jauh faktor teologis values yang sangat menentukan dimana masyarakat memilih tahfiz al-Qur‟an didasarkarkan kepada nilai yang sangat sakral yaitu orientasi spiritual, keselamatan dunia dan akhirat. Jadi aspek branding itu tidak hanya enam tapi tujuh yaitu teologis values.
Penelitian kelima dilakukan oleh Yulia Rukmana yang berjudul “Strategi Membangun Brand image dalam Meningkatkan Daya Saing Lembaga (Studi Multi Kasus di SMA Negeri 3 Malang dan SMA Nurul Jadid Paiton Probolinggo)”.63 Fokus utama penelitian ini adalah upaya Strategi Membangun Brand image dalam Meningkatkan Daya Saing Lembaga di SMA Negeri 3 Malang dan SMA Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah :
63 Yulia Rukmana, “Strategi Membangun Brand Image dalam Meningkatkan Daya Saing Lembaga (Studi Multi Kasus di SMA Negeri 3 Malang dan SMA Nurul Jadid Paiton
Probolinggo)” (Tesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2016).
1. Faktor pembentuk brand image lembaga pendidikan adalah; akreditasi kelembagaan, standar manajemen mutu ISO, tingkah laku siswa, prestasi, kualitas lulusan, kegiatan unggulan sekolah, hubungan alumni
2. Langkah- langkah sekolah dalam membangun brand image adalah;
akreditasi kelembagaan dengan cara proses analisis SWOT dan evaluasi standar SNP, standar manajemen mutu ISO dengan cara menggunakan PDCA secara berkesinambungan, tingkah laku siswa dengan cara menggarap program unggul keagamaan, menanamkan nilai-nilai pesantren, membangun prestasi dengan cara melakukan pembinaan pada siswa dan peningkatan kualitas guru, meningkatkan kualitas lulusan dengan cara mengadakan bimbingan dan menjalin kerja sama dengan PTN, Kegiatan unggulan sekolah yang diperuntukkan bagi siswa dan guru, mempererat hubungan dengan alumni dengan mengadakan forum alumni mengajar.
3. Dampak pembentukan brand image pada peningkatan daya saing lembaga meliputi; kualitas pelayanan guru dan karyawan menjadi lebih baik, minat masyarakat untuk masuk sekolah meningkat, siswa memiliki akhlak yang baik, kepercayaan masyarakat tinggi terhadap sekolah, tawaran beasiswa ke luar negeri, banyak lembaga pendidikan melakukan studi banding.
Penelitian keenam oleh Bariah yang berjudul “Strategi Membangun Brand image di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Yusuf Abdussatar Kediri Lombok Barat”64. Fokus penelitian ini adalah upaya Strategi Membangun Brand image di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Yusuf Abdussatar Kediri Lombok Barat.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah :
64 Bariah, “Strategi Membangun Brand Image Di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Yusuf Abdussatar Kediri Lombok Barat” (Tesis, Pascasarjana Universitas Islam Negeri Mataram, 2021).
1. Konseptualisasi strategi membangun brand image di MI Yusuf Abdussatar, dilengkapi dengan enam elemen yaitu: Akreditasi Sekolah, Standar Manajemen, Tingkah laku siswa, Prestasi siswa, Program pendidikan unggulan sekolah dan, Kualitas Lulusan. Semua elemen ini disusun secara optimal dalam program kerja yang terstruktur, terprogram dan berkesinambungan, agar tercapainya kualitas produk yang diterima dan ketercapaian target yang sudah ditentukan.
2. Implementasi strategi membangun brand image di MI Yusuf Abdussatar melibatkan seluruh pihak lembaga baik internal maupun eksternal, berkolaborasi dengan pihak pembuat kebijakan dan stakeholder.
3. Implikasi strategi membangun brand image di MI Yusuf Abdussatar memiliki dua dampak yaitu; implikasi internal berupa kualitas layanan guru dan karyawan, meningkatkan prestasi siswa, dan siswa memiliki akhlak yang baik. Implikasi eksternal meliputi minat masyarakat meningkat, kepercayaan masyarakat tinggi, kesadaran akan pengetahuan meningkat.
Tabel 2.1 Persamaan Dan Perbedaan Penelitian Terdahulu Dan Penelitian Ini
No.
Nama Peneliti, Tahun Penelitian, Judul
Penelitian, Asal Lembaga
Persamaan Perbedaan
1. Munifah Yeni Utama, 2022,“Strategi Brand image Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Luqman Al Hakim Sleman, Universitas Muhammadiyah
Magelang
a. Menggunakan metode penelitian kualitatif
b. Kedua penelitian sama membahas tentang strategi brand image lembaga pendidikan dan kaitannya dengan program pendidikan.
c. Kedua penelitian sama-sama memilih sekolah Islam terpadu sebagai objek penelitian.
a. Penelitian terdahulu membahas motivasi masyarakat dalam membentuk brand image.
Sedangkan penelitian ini
berfokus pada
pengembangan program pendidikan unggulan dalam membentuk brand image.
b. Penelitian terdahulu di lakukan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Luqman Al Hakim Sleman. Sedangkan penelitian ini dilakukan di SDIT Darul Falah
2. Rokim dan Roudlotul a. Menggunakan metode a.Penelitian terdahulu
Hikmah, 2021,
“Integrasi Pendidikan Agama Dan Sains Sebagai Strategi Membangun Brand image Di MA Sains Roudlotul Qur’an”.
Lamongan, Jurnal Ilmu Pendidikan Islam Vo 5 No 2
penelitian yang sama kualitatif.
b. Kedua penelitian membahas tentang strategi brand image lembaga pendidikan.
c. Kedua penelitian juga membahas integrasi ilmu pengetahuan Islam dan ilmu pengetahuan umum.
mengaitkan Strategi Brand image dengan Integrasi pendidikan agama dan sains. Sedangkan penelitian ini membahas strategi brand melalui program pendidikan unggulan b. Penelitian terdahulu
menjadikan MA Sains Roudlotul Qur’an Lamongan sebagai objek penelitiannya. Sedangkan penelitian ini dilakukan di SDIT Darul Falah
3. Siti Azizah Basitoh, 2021, “Strategi Brand image Sekolah Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Sekolah Tahfidz Plus SD Khoiru Ummah Cianjur Jawa Barat)”, IAIN Ponorogo
a. Kedua penelitian menggunakan metode kualitatif.
b. Kedua penelitian membahas strategi Brand image lembaga pendidikan.
c. Kedua penelitian membahas tentang pengembangan program pendidikan
a. Penelitian terdahulu membahas strategi brand image yang Berbasis masyarakat. Sedangkan penelitian ini membahas strategi brand image
melalui program
pendidikan unggulan.
b. Penelitian terdahulu
unggulan.
d. Kedua penelitian menggunakan teori Keller dalam pembentukan brand image.
menjadikan Sekolah Tahfidz Plus SD Khoiru Ummah Lamongan sebagai objek penelitiannya.
Sedangkan objek penelitian ini dilakukan di SDIT Darul Falah
4. Muhammad Hilmi, 2022, “Tahfiz Al- Qur’an sebagai Brand image Pendidikan Islam Modern: Studi di Pondok Pesantren Al- Aziziyah, Abu Hurairah, dan SDIT anak Sholeh mataram”,Universitas Negeri Mataram
a. Kedua penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif.
b. Kedua penelitian membahas strategi brand image lembaga pendidikan.
a. Penelitian terdahulu membahas Tahfidz Al- Qur’an sebagai salah satu cara dalam membangun brand image. Sedangkan penelitian ini Sedangkan penelitian ini membahas strategi brand image melalui program pendidikan unggulan.
b. Penelitian terdahulu menggunakan komparasi 3 objek penelitian yaitu Pondok Pesantren Al- Aziziyah, Abu Hurairah, dan SDIT anak Sholeh mataram. Sedangkan objek
penelitian ini dilakukan di SDIT Darul Falah
5. Yulia Rukmana, 2016,
“Strategi Membangun Brand image dalam Meningkatkan Daya Saing Lembaga (Studi Multi Kasus di SMA Negeri 3 Malang dan SMA Nurul Jadid Paiton Probolinggo)”, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
a. Kedua penelitian menggunakan metode kualitatif
b. kedua penelitian membahas strategi brand image dalam lembaga pendidikan.
a. Penelitian terdahulu membahas berfokus pada peningkatan daya saing lembaga pendidikan, sedangkan penelitian ini
berfokus pada
pengembangan program pendidikan unggulan sebagai strategi dalam membangun brand image lembaga pendidikan.
b. Penelitian terdahulu menggunakan dua objek penelitian yaitu SMA Negeri 3 Malang dan SMA Nurul Jadid Paiton Probolinggo sedangkan objek penelitian ini dilakukan di SDIT Darul Falah.
6. Bariah, 2021, “Strategi Membangun Brand image di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Yusuf
a. Kedua penelitian menggunakan metode kualitatif.
b. Kedua penelitian sama
a. Penelitian terdahulu meneliti berbagai strategi yang digunakan sekolah dalam membangun brand
Abdussatar Kediri Lombok Barat”, Pascasarjana
Universitas Islam Negeri Mataram
membahas tentang brand image.
image. Sedangkan penelitian ini berfokus pada pengembangan program pendidikan unggulan dalam membangun brand image.
b. penelitian terdahulu menjadikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Yusuf Abdussatar Kediri Lombok Barat sebagai objek penelitian. sedangkan objek penelitian ini dilakukan di SDIT Darul Falah.
C. Kerangka Pikir
Tabel 2.2 Kerangka Pikir
Pada penelitian ini peneliti menggunakan Teori Keller yaitu dimensi pembentukan brand image melalui kekuatan merek (Brand Strength), keunikan merek (Brand Uniqueness), kesukaan merek (Favorability Brand) untuk menggambarkan bentuk strategi brand image melalui pengembangan program pendidikan unggulan. Untuk menggambarkan penerapan strategi brand image melalui pengembangan program pendidikan unggulan Peneliti menggunakan teori Akmal Mundiri yaitu membangun brand awareness dan membangun perceived
STRATEGI BRAND IMAGE MELALUI PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN UNGGULAN (STUDI KASUS DI
SDIT DARUL FALAH)
Bentuk strategi brand image melalui pengembangan program pendidikan unggulan
1.Membentuk brand strength 2.Membentuk brand uniquiness 3.Membentuk brand favorability
(Kotler & Keller)
Penerapan strategi brand image melalui pengembangan program unggulan pendidikan unggulan 1. Membangun brand awareness 2. Membangun perceived
kelembagaan
(Akmal Mundiri)
Implikasi penerapan strategi brand image melalui pengembangan program pendidikan unggulan 1. Implikasi internal lembaga 2. Implikasi eksternal lembaga
(Bariah)
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui dan menganalisis bentuk strategi brand image melalui pengembangan program pendidikan unggulan di SDIT Darul Falah
2. Mengetahui dan menganalisis penerapan strategi brand image melalui pengembangan program pendidikan unggulan di SDIT Darul Falah
3. Mengetahui dan menganalisis implikasi penerapan strategi brand image melalui pengembangan program pendidikan unggulan di SDIT Darul Falah
Keberhasilan lembaga dalam membangun brand image melalui pengembangan program pendidikan unggulan
quality. Sedangkan keberhasilan strategi brand image melalui pengembangan program pendidikan unggulan dapat dilihat dari implikasi internal dan eksternal yang diterima lembaga pendidikan sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan olehBariah..
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang berpangkal pada pola pikir induktif, yang didasarkan pada pengalaman induktif yang didasarkan pada pengalaman objektif partisipatif terhadap suatu gejala .65 Penelitian kualitatif adalah penelitian yang memprioritaskan pada substansi terpenting suatu barang atau jasa. Hal terpenting suatu barang atau jasa berwujud kejadian, fenomena, dan gejala sosial adalah makna dibalik kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi pengembangan konsep teori. Jangan sampai sesuatu yang berharga tersebut berlalu bersama waktu tanpa meninggalkan manfaat.
Penelitian kualitatif dapat dirancang untuk memberikan kontribusi pada teori praktis, kebijakan, masalah-masalah sosial, dan tindakan.66Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung di lokasi penelitian yang sudah ditentukan.
Sehingga , data diperoleh dengan terjun langsung dan terlibat aktivitas di lokasi penelitian..67
Orientasi penelitian ini bertujuan untuk memahami karakteristik kelompok secara fokus mendalam, dengan implementasi jenis penelitian lapangan yakni
65 Koentjaraningrat, Pengamatan Terlibat Oleh Seorang Peneliti Pribumi Dan Asing:
Masalah Masuk Kedalam Dan Keluar Dari Kebudayaan, Dalam Aspek Manusia Dalam Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1985)., 73
66 Djunaidi Ghony dan Almanshur Fauzan, Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2012), 25
67 J. R. Raco dan Raco R. Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif; Jenis, Karakteristik Dan Keunggulannya (Jakarta: Grasindo, 2010), 9
studi kasus.68 Bentuk studi kasus dalam penelitian ini adalah studi kasus instrumental tunggal single instrumental case study. Dalam penelitian ini studi kasus instrumental tunggal diterapkan dalam meneliti strategi Brand image melalui program pendidikan unggulan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Darul Falah. Brand image adalah sebuah citra yang diasosiasikan dengan lembaga pendidikan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih adalah Sekolah Dasar Islam Terpadu Darul Falah yang terletak di Jalan Mangga No. 5 Sumberejo Sukorejo Ponorogo Jawa Timur. Adapun waktu penelitian dilakukan pada Tanggal 10 Januari 2023 – 5 Maret 2023.
C. Data dan Sumber Data
Data penelitian diperoleh melalui sumber data sebagai berikut :
1. Wawancara mendalam (In depth interview). Wawancara akan dilakukan kepada kepala sekolah dan stakeholder penyusun program pendidikan untuk mengetahui bagaimana bentuk penerapan , proses serta implikasi strategi brand image melalui pengembangan program pendidikan unggulan di SDIT Darul Falah.
2. Observasi langsung dilakukan untuk menganalisis implementasi program pendidikan, kualitas program yang diterapkan, strategi brand image yang dilakukan serta implikasi strategi brand image melalui pengembangan program pendidikan unggulan.
68 Farida Nugraini., Metode Penelitian Kualitatif Dalam Penelitian Pendidikan Bahasa Indonesia (Solo: Cakra Books, 2014), 48
3. Dokumentasi digunakan sebagai data pendukung pengumpulan data strategi brand image melalui pengembangan program pendidikan unggulan.
Dengan demikian sumber data diperoleh dari sumber data primer yaitu wawancara dengan kepala sekolah dan stakeholder yang berperan dalam penyusunan program. Sumber sekunder diperoleh dari informasi yang termuat dalam buku, jurnal penelitian, berita, dan informasi lain yang berkaitan dengan judul penelitian. Hal ini sekaligus menjadi karakteristik penelitian kualitatif yaitu data penelitian ditemukan secara langsung oleh tangan pertama. Peneliti adalah alat pengumpulan data. Peneliti terlibat langsung dalam pengumpulan data berupa wawancara dan observasi, begitu juga dengan analisis dan interpretasi data.69
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah sebuah langkah yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Adapun teknik pengumpulan data penelitian ini adalah :
1. Wawancara
Menurut Esterberg sebagaimana yang dikutip Sugiono Mendefinisikan interview atau wawancara sebagai berikut: “a meeting of two persons to exchange information dan idea through question dan responses,resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic.” wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
69 J.R Raco, Metode Penelitian Kualitatif (Jenis, Karakteristik, Dan Keunggulannya) (Jakarta: Grasindo, 2010), 57
diinstruksikan untuk menggali makna dalam suatu topik tertentu.70 Wawancara digunakan untuk memperoleh data secara detail. Pada penelitian ini wawancara dilakukan kepada kepala sekolah dan stakeholder yang berperan dalam penyusunan program pendidikan.
2. Observasi
Observasi adalah teknik pengambilan data dengan mengamati fenomena yang diteliti menggunakan indra, utamanya indra penglihatan dan pendengaran. Menurut Umar Sidiq dan Miftachul Choiri, Observasi didefinisikan sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.
Observasi adalah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis. 71Penelitian ini menggunakan observasi jenis non partisipan di mana peneliti hanya mengamati dan tidak turut danil dengan subjek yang diteliti. Teknik pengambilan data dengan observasi ini bertujuan untuk mengetahui penerapan strategi brand image melalui pengembangan program pendidikan unggulan di SDIT Darul Falah secara lebih komprehensif.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pencarian informasi langsung dari sumbernya secara langsung dengan cara mengumpumpulkan data pendukung berupa dokumen dan data yang relevan dengan masalah penelitian.72 Tujuan penggunaan metode dokumentasi adalah untuk mendukung data yang
70 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: ALFABETA cet. Kedua puluh dua, 2015), 231
71 Umar Siddiq dan Moh. Miftachul Choiri, Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang Pendidikan (Ponorogo: CV Nata Karya, 2019), 68
72 Umar Sidiq,73