• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka

1. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pembelajaran melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui metode ilmiah (Sanjaya, 2009). Dengan demikian perpaduan antara pembelajaran berbasis masalah dengan keterampilan proses sains akan saling melengkapi satu sama lain.15

Menurut Sanjaya (2009) pembelajaran berdasarkan masalah yang nyata membuat peserta didik belajar mandiri dan dapat meningkatkan aktivitas peserta didik karena pembelajaran ini lebih menekankan peserta didik dalam beraktivitas serta mampu membuat peserta didik aktif dan mengakibatkan penyimpanan yang lebih lama pada ingatan peserta didik terhadap informasi yang diterima peserta didik tersebut.16

Pembelajaran berbasis masalah berstandar kepada psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman belajar. Belajar bukan semata hanya proses menghafal sejumlah fakta, tetapi juga suatu proses interaksi yang secara sadar

15 Raudhah Awal dan Irma Sari, Pembelajaran Berbasis Masalah melalui Keterampilan Proses

Sains terhadap Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Sistem Gerak Kelas XI IPA 2 T.A 2015/ 2016 SMA Nurul Falah Pekanbaru, Vol. 8, Nomor 1, Februari 2017, hlm. 72.

16 Ibid, hlm. 73

antara individu dengan lingkungannya (Sanjaya, 2009).17 Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pembelajaran didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan nyata pula (Trianto, 2009).18

Pembelajaran berbasis masalah menggambarkan suatu lingkungan belajar dimana masalah yang memandu maupun mengarahkan pembelajaran.

Pembelajaran dimulai dengan suatu permasalahan yang harus diselesaikan, dan masalah tersebut diajukan dengan cara sedemikian rupa sehingga peserta didik membutuhkann tambahan pengetahuan baru sebelum mereka menyelesaikan masalah tersebut.19 Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.20

Model pembelajaran berbasis masalah adalah merupakan model pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud menyusun pengetahuannya sendiri, mengembangkan keterampilan lebih tinggi dan memandirikan siswa serta meningkatkan kepercayaan diri siswa. Model

17 Ibid, hlm. 68

18 Ibid, hlm. 68.

19 Maria Ulfah, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Melalui Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IX C SMPN 7 Kota Bima Pokok Bahasan Potensi Sumber Daya Manusia Tahun Pelajaran 2017/2018, Vol. 1, Nomor 2, November 2017, hlm.

51.

20 Iyam Maryati, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Materi Pola Bilangan Di Kelas VII Sekolah Menengah Pertama, Volume 7, Nomor 1, Januari 2018, hlm. 65.

pembelajaran berbasis masalah mendorong siswa mencari sendiri pemecahan masalah yang menyertainya dan mampu menghasilkan pengetahuan yang benar- benar bermakna.21 Implementasi Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang berorientasikan pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme. Dalam model pembelajaran ini, fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga peserta didik tidak hanya mempelajari konsep- konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut.22

Pembelajaran PBL mendasarkan pada masalah, maka pemilihan masalah menjadi hal yang sangat penting. Masalah untuk PBL seharusnya dipilih sedemikian hingga menantang minat peserta didik dalam menyelesaikannya, menghubungkan dengan pengalaman dan belajar sebelumnya, serta membutuhkan kerjasama dan berbagai strategi untuk menyelesaikannya.23

Menurut Suradijono (2004), pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana peserta didik mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi,

21 Gusti, Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Mind Map Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Biologi Pada Siswa SMK, Vol. 1, Nomor 1, Maret 2017, hlm. 70.

22 Ibid, hlm. 67.

23 Ibid, hlm. 68.

mengembangkan kemandirian dan percaya diri.24 Model pembelajaran berbasis masalah bercirikan mengenai masalah-masalah pada kehidupan nyata, dan juga merupakan pembelajaran yang menekankan pada aktivitas penyelidikan dalam menyelesaikan masalah (Kurniasih, 2014).25

Padmavathy dan Maaresh (2013) mengemukakan bahwa problem based learning adalah suatu pembelajaran yang menggambarkan kegiatan belajar dimana dengan adanya masalah mendorong proses pembelajaran.26 Menurut Komalasari (2013) pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran.

Arends (Hariyanto dan Warsono, 2012) mengemukakan sintaks pembelajaran berbasis masalah yaitu:

a. Orientasi peserta didik pada masalah.

b. Mengorganisasi peserta didik.

c. Membimbing penyelidikan indvidu maupun kelompok d. Mengembangkan dan menyajikan hasil.

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah.27

24 Wan Syafi’i, Evi Suryawati dan Ardiyas Robi Saputra, Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Penguasaan Konsep Siswa Melalui Model Problem Based Learning (Pbl) Dalam Pembelajaran Biologi Kelas Xi Ipa Sman 2 Pekanbaru Tahun Ajaran 2010/2011, Vol. 8, Nomor 1, Juli 2011, hlm. 2.

25 Dewi Hari Puspitasari, Lina Listiana dan Ruspeni Daesusi, Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfik, Vol. 5, Nomor 1, April 2017, hlm. 11.

26 Marojahan dan Sri, Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning Di Kelas X SMA, Vol. 3 Nomor 2, Agustus 2017, hlm. 6.

27 Erik Susanto, Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa, Vol. 2, Nomor. 2, Januari 2018, hlm. 82.

Menurut Nurhadi (dalam Bahtiar, 2015), Problem Based Learning terdiri atas lima tahapan utama. Kelima tahapan tersebut dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa.28

Tabel 2.1 Tahap-tahap Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Tahapan Tingkah Laku Guru

Tahap 1:

Orientasi siswa kepada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada pemecahan masalah yang dipilihnya.

Tahap 2:

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

Tahap 3:

Membimbing penyelidikan individu dan kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya.

Tahap 4:

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.

Tahap 5:

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

28 (Bahtiar. 2015. Strategi Belajar Mengajar SAINS (IPA)). hlm. 76.

Tahapan-tahapan dalam penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

1. Tahap ke-1 (Fase 1): Orientasi peserta didik pada masalah.

Pada tahap ini, pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengetahui pembelajaran yang akan dilakukan.29

2. Tahap ke-2 (fase 2), mengorganisasi peserta didik dalam belajar.

Pada tahap ini aktivitas utama guru adalah membantu peserta didik untuk belajar (mengorganisasikan peserta didik untuk belajar yang berhubungan dengan masalah yang diberikan.30

3. Tahap ke-3 (fase 3), membimbing penyelidikan secara individu maupun kelompok.

Pada tahap ini, guru membimbing peserta didik dalam memecahkan masalah melalui penyelidikan individu maupun kelompok.

29Iyam Maryati, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Materi Pola Bilangan Di Kelas VII Sekolah Menengah Pertama, Volume 7, Nomor 1, Januari 2018, hlm. 69.

30 Ibid, hlm. 70.

4. Tahap ke-4 (fase 4), mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Pada tahap ini guru dapat membimbing peserta didik untuk mengembangkan hasil penyelidikan dan meminta peserta didik mempresentasikan hasil temuannya.

5. Tahap ke-5 (fase 5), menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Pada tahap ini guru memandu/memfasilitasi peserta didik untuk menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah yang diperolehnya.31

Menurut Smith (Amir, 2013), manfaat pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

a. Menjadi lebih ingat dan meningkat pemahamannya atas materi ajar.

Kedua hal ini ada kaitannya, kalau pengetahuan itu didapatkan lebih dekat dengan konteks praktiknya, maka kita akan lebih ingat.

b. Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan.

Dengan kemampuan pendidik membanguan masalah yang sarat dengan konteks praktik, pembelajaran bisa merasakan lebih baik konteks operasinya di lapangan

c. Mendorong untuk berfikir

Dengan proses yang mendorong pembelajaran untuk mempertanyakan, kritis, reflektif maka manfaat ini berpeluang terjadi.

d. Membangun kerja tim, kepemimpinan dan keterampilan sosial

Pembelajaran diharapkan memahami perannya dalam kelompok, menerima pandangan orang lain, bisa memberikan pengertian bahkan untuk orang-orang yang barangkali tidak mereka senangi.

31Ibid, hlm. 71.

e. Membangun kecakapan belajar

Pembelajaran perlu dibiasakan untuk mampu belajar terus menerus.

Ilmu keterampilan yang mereka butuhkan nanti akan terus berkembang, apapun bidang pekerjaannya.

f. Memotivasi pembelajaran

Motivasi belajar pembelajaran, terlepas dari apapun metode yang kita gunakan, selalu menjadi tantangan. Dengan model pembelajaran berbasis masalah, kita punya peluang untuk membangkitkan minat dari dalam diri, karena kita menciptakan masalah dengan konteks pekerjaan.32

Adapun perencanaan dan pelaksanaan model pembelajaran berdasarkan masalah apabila seorang pendidik ingin menerapkan di kelas adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan dalam pembelajaran berbasis masalah memiliki peran yang sangat penting dan memerlukan upaya yang lebih banyak.

b. Pendidik perlu menetapkan terlebih dahulu tujuan pembelajaran umum dan khusus kemudian mengkomunikasikannya kepada peserta didik.

c. Pembelajaran berdasarkan masalah didasarkan pada premis bahwa situasi masalah yang mengundang pertanyaan dan belum terdefinisikan dengan jelas akan menimbulkan rasa ingin tahu peserta didik dan diharapkan melibatkan mereka dalam inkuiri.

d. Situasi masalah yang dipilih hendaklah otentik, terdefinisikan secara longgar, bermakna dan sesuai dengan tingkat intelektual peserta didik, cukup luas dan menguntungkan bagi kelompok.

32 Erik Susanto, Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa, Vol. 2, Nomor. 2, Januari 2018, hlm. 83.

e. Peserta didik perlu dilatih agar menjadi peneliti yang aktif dan terampil menggunakan berbagai metode untuk pengumpulan informasi.

f. Penyelidikan dapat dilakukan secara individu, berpasangan atau berkelompok.

g. Guru perlu merespon positif semua ide peserta didik dan memantau dalam pengembangan hipotesis mereka.33

Borich (2006) menyatakan pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menggunakan sebuah masalah untuk dianalisis, kemudian dapat ditentukan solusinya. Pembelajaran berbasis masalah menuntut peserta didik untuk berpikir lebih kreatif dalam menentukan pemecahan masalah.34

Menurut Arends (dalam Bahtiar, 2015), tujuan pembelajaran problem based learning adalah mengahasilkan peserta didik yang memiliki kemampuan:

1. Mengatasi masalah yang dihadapi dalam kehidupannya dengan inisiatif dan antusiasisme.

2. Melakukan pemecahan masalah secara efektif dengan berdasarkan pengetahuan yang terintegrasi, fleksibel, dan berguna.

3. Menggunakan keterampilan belajar mandiri dan efektif.

4. Secara berkesinambungan memantau dan menilai kelayakan pengetahuan, pemecahan masalah, dan keterampilan belajar mandiri.

5. Kolaborasi secara aktif sebagai anggota kelompok.35

33 (Hikmawati. 2014. Strategi Pembelajaran FisikaI). hlm. 43-44.

34 Ahmad, Muslimin dan Widodo, Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Melatihkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Penguasaan Konsep Siswa Kelas V Sekolah Dasar, Vol. 3, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 380.

35 (Bahtiar. 2015. Strategi Belajar Mengajar SAINS (IPA)). hlm. 75.

Pembelajaran berdasarkan masalah memiliki beberapa kelebihan dibandingkan model pengajaran lainnya, diantaranya seagai berikut.36

a. Mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas

b. Mendorong peserta didik melakukan pengamatan dan dialog dengan orang lain

c. Melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri d. Membantu peserta didik menjadi pembelajar yang mandiri

Sama halnya dengan model pembelajaran yang lain, pembelajaran berdasarkan masalah juga memiliki beberapa kelemahan dalam penerapannya, yaitu sebagai berikut.37

a. Kondisi kebanyakan sekolah tidak kondusif untuk model PBL. Dalam pelaksanaannya PBL memerlukan sarana dan prasarana yang tidak semua sekolah memilikinya.

b. Pelaksanaan PBL memerlukan waktu yang cukup lama.

c. Model PBL tidak mencakup semua informasi atau pengetahuan dasar.

Salah satu strategi instruksional student centered adalah pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Pembelajaran berbasis masalah melatih peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir (penalaran,

36 Ibid, hlm. 77.

37 Ibid, hlm. 78.

komunikasi dan koneksi) dalam memecahkan suatu permasalahan (Rusman, 2011).38

2. Penguasaan Konsep

Anderson dan Krathwohl (Nurhasanah, 2007) menjelaskan bahwa penguasaan konsep didefinisikan sebagai tingkatan dimana seorang peserta didik tidak hanya mengetahui konsep-konsep, melainkan benar-benar memahaminya dengan baik yang ditunjukkan oleh kemampuannya dalam menyelesaikan berbagai persoalan, baik yang terkait dengan konsep itu sendiri maupun penerapannya dalam situasi baru.39 Penguasaan konsep dapat diartikan sebagai kemampuan dalam memahami makna materi, memadukan konsep dan mampu menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari (Usman, 1992).40

Cara pembelajaran konsep cenderung abstrak dan menggunakan metode ceramah sehingga membuat siswa menjadi pasif dan lebih banyak didominasi oleh guru. Selain itu, pada umumnya guru mengajar dengan tidak

38 Asna Lutfa, Sugianto, dan Sulhadi, Penerapan Model Pembelajaran PBL Untuk Menumbuhkan Keterampilan Proses Sains Pada Siswa SMA, (Semarang, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 2014), hlm. 79.

39 Imam Bukhori dan Ibrohim, Penerapan Model Problem Based Learning Pada Matakuliah Ekologi Tumbuhan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang 2014/2015, (Malang: Program Studi Pendidikan Biologi, Pascasarjana, 2015), hlm. 618.

40 Wan Syafi’i, Evi Suryawati dan Ardiyas Robi Saputra, Kemampuan Berpikir Kreatif dan Penguasaan Konsep Siswa Melalui Model Problem Based Learning (PBL) Dalam Pembelajaran Biologi Kelas XI IPA SMAN 2 Pekanbaru Tahun Ajaran 2010/2011, Vol. 8, Nomor 1, Juli 2011, hlm.

3.

memperhatikan kemampuan berpikir siswa, sehingga ada beberapa siswa yang kurang tepat memahami konsep-konsep materi yang diajarkan.41

Penguasaan konsep yang lebih komprehensif dinyatakan oleh kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan ke dalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya. Penguasaan konsep tidak hanya sekedar memahami secara sederhana, namun dapat pula dijabarkan sebagai kemampuan mengerti, memahami, mengaplikasikan, mengklasifikasikan, mengeneralisasikan, mensintesis, dan menyimpulkan obyek–obyek. Dalam fisika, siswa dituntut untuk memahami konsep-konsep yang ada. Pemahaman konsep akan membantu siswa dan menyelesaikan soal-soal ataupun menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dalam kehidupan. Dalam taksonomi tujuan pembelajaran ranah kognitif menurut Bloom terdiri atas enam tingkatan, yakni pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.42

Penguasaan konsep merupakan kemampuan siswa dalam memahami IPA secara ilmiah, baik konsep secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dikatakan menguasai konsep apabila ia mampu mendefinisikan konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh dari konsep,

41 Ibid, hlm. 2

42 Shinta, Ahmad, dan Gunawan, Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Simulasi Virtual Terhadap Penguasaan Konsep dan Kreativitas Fisika Siswa SMAN 2 Mataram, Vol.

II Nomor 3, Juli 2016, hlm. 125.

sehingga dengan kemampuan ini ia bisa membawa suatu konsep dalam bentuk lain yang tidak sama dengan dalam buku teks.43

Pengertian konsep sendiri menurut Ibrahim (2012) didefinisikan sebagai kumpulan stimulus (fakta, benda, peristiwa dall) yang memiliki ciri-ciri yang sama (atribut), sedangkan atribut merupakan ciri esensial yang membedakan contoh konsep dari yang bukan contoh konsep. Dari uraian tersebut melatihkan penguasaan konsep merupakan hal yang penting untuk dapat melatihkan kemampuan berpikir kreatif.44

3. Berpikir Kreatif

Menurut Munandar (2009), berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk melihat berbagai macam kemungkinan penyelesain terhadap suatu permasalahan, dan menemukan cara yang tepat dalam menyelesaikan suatu permasalahan tersebut.45 Proses berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi yang menggabungkan berpikir logis dengan berpikir divergen. Berpikir divergen digunakan dalam mencari ide-ide untuk menyelesaikan masalah sedangkan

43 Wa Ode Lidya Arisanti, Wahyu Sopandi, dan Ari Widodo, Analisis Penguasaan Konsep dan Berpikir Kreatif Siswa SD Melalui Project Based Learning, Vol. 8, Nomor 1, Januari 2016, hlm. 86.

44 Ahmad, Muslimin Dan Wahono, Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Melatihkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Penguasaan Konsep Siswa Kelas V Sekolah Dasar, Vol 3, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 379.

45 Raudha dan Irma Sari, Pembelajaran Berbasis Masalah melalui Keterampilan Proses Sains terhadap Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Sistem Gerak Kelas XI IPA 2 T.A 2015/ 2016 SMA Nurul Falah Pekanbaru, Vol. 8, Nomor 1, Februari 2017, hlm. 69.

berpikir logis digunakan dalam memverifikasi ide-ide tersebut menjadi sebuah penyelesaian yang kreatif.46

Tabel 2.2 Aspek dan Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif 47 Aspek KBK Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif

Fluency a. Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan

b. Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya

c. Dapat dengan cepat melihat kesalahan dan kelemahan dari suatu objek atau situasi

Flexibility a. Memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah

b. Jika diberi suatu masalah biasanya memikirkan

bermacam cara yang berbeda untuk menyelesaikannya c. Menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori)

yang berbeda

Originality Menyelesaikan permasalahan dengan gagasan sendiri Elaboration a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban

atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah- langkah yang terperinci

b. Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain

Keterampilan berfikir tingkat tinggi diantaranya adalah keterampilan berfikir kreatif. Menurut Putra, dkk (2012), berfikir kreatif adalah proses berfikir yang menghasilkan beragam kemungkinan ide dan cara. Dalam suatu permasalahan, apabila menerapkan berfikir kreatif, akan menghasilkan banyak ide yang berguna dalam menemukan penyelesaian.48 Kemampuan berpikir kreatif tak akan pernah terwujud apabila seseorang belum dapat menguasai konsep suatu

46 Wan Syafi’i, Evi Suryawati dan Ardiyas Robi Saputra, Kemampuan Berpikir Kreatif dan Penguasaan Konsep Siswa Melalui Model Problem Based Learning Dalam Pembelajaran Biologi Kelas XI IPA SMAN 2 Pekanbaru Tahun Ajaran 2010/2011, Vol. 8, Nomor 1, Juli 2011, hlm. 2.

47 Ibid, hlm. 2.

48 Dewi, Lina dan Ruspeni, Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif dan Hasil Belajar Siswa, Vol. 5, Nomor 1, April 2017, hlm. 11.

hal dengan baik, hal ini seperti yang diungkapkan oleh Gagna (dalam Ibrahim, 2012) bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan yang memungkinkan seseorang dapat berbuat sesuatu.49

Susanto (2012) menyatakan bahwa untuk berpikir kreatif perlu diberikan sebuah rangsangan yang berupa masalah. Seseorang akan menjadi kreatif jika menghadapi sebuah masalah.50 Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir dengan berdasarkan data dan informasi yang tersedia sehingga dapat menentukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, di mana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban.51

Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan pola baru yang sesuai dengan kondisi/situasi tertentu. Kreativitas juga dapat diartikan sebagai kemampuan dalam mengatasi suatu permasalahan dengan mengeksplorasi potensi dan kemampuan sendiri.52 Metode pengajaran atau teknik belajar kreatif berorientasikan pada pengembangan potensi berpikir siswa, yakni mengaktifkan fungsi berpikir divergen melalui teknik-teknik seperti sumbang saran, daftar penulisan gagasan, teknik pemecahan masalah yang merangsang peserta didik

49 Ahmad, Muslimin Dan Wahono, Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Melatihkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Penguasaan Konsep Siswa Kelas V Sekolah Dasar, Vol 3, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 379.

50 Ibid, hlm. 380.

51 Imam Dan Ibrohim, Penerapan Model Problem Based Learning Pada Matakuliah Ekologi Tumbuhan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang 2014/2015, (Malang: Program Studi Pendidikan Biologi, Pascasarjana, 2015), hlm. 619.

52 Shinta, Ahmad dan Gunawan, Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Simulasi Virtual Terhadap Penguasaan Konsep dan Kreativitas Fisika Siswa SMAN 2 Mataram, Vol.

II Nomor 3, Juli 2016, hlm. 125.

untuk berpikir tentang berbagai kemungkinan yang dapat dilakukan (berpikir divergen), dalam setiap kegiatan belajar-mengajar, siswa dilibatkan secara aktif dalam masalah yang nyata dan menantang (Satiadarma dan Waruwu, 2003).53

Tanriseven (2014) menjelaskan bahwa penggunaan peta pikiran sebagai alat perencanaan akan memungkinkan peserta didik untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana pemanfaatan peta pikiran untuk tujuan perencanaan, penetapan tujuan, persiapan ujian, dan kegiatan kelompok sehingga pembelajaran yang akan dilakukan menjadi lebih hidup, variatif, dan membiasakan peserta didik memecahkan permasalahan dengan cara memaksimalkan daya pikir dan kreatifitas.54 Kemampuan berpikir kreatif dapat dirumuskan sebagai suatu kemampuan untuk mengungkapkan jawaban dan gagasan beragam yang dianggap paling tepat dan paling baik dalam menyelesaikan suatu permasalahan dan gagasan tersebut asli atau berasal dari pemikirannya sendiri meskipun merupakan gabungan dari beberapa gagasan yang telah ada sebelumnya. Gie (2003) yang menyatakan bahwa berpikir kreatif (creative thinking) adalah suatu pemikiran yang berusaha menciptakan sesuatu gagasan yang baru.55

53 Siska, Halim Dan Nasrullah, Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Pada Konsep Usaha dan Energi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Siswa SMA, Vol. 03, Nomor 01, 2015, hlm. 213.

54 Gusti, Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Mind Map Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Biologi Pada Siswa SMK, Vol. 1, Nomor 1, Maret 2017, hlm. 71.

55 Yoni Sunaryo, Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematik Siswa SMA Di Kota Tasikmalaya, Vol. 1 Nomor 2, 2014, hlm.

45.

Berpikir kreatif merupakan komponen yang penting untuk kesuksesan seseorang dalam menjalani aktifitas hidup. Berpikir kreatif menjadi penentu keunggulan suatu bangsa, Mahmudi (2010) dalam Ahmadi (2012). Kemajuan suatu bangsa tidak lagi ditentukan oleh seberapa banyak sumber daya yang dimiliki oleh bangsa, melainkan ditentukan oleh seberapa kreatif masyarakat yang ada dalam bangsa tersebut.56

Berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir yang menghasilkan bermacam- macam kemungkinan ide dan cara secara luas dan beragam. Dalam menyelesaikan suatu persoalan, apabila menerapkan berpikir kreatif, akan menghasilkan banyak ide yang berguna dalam menemukan penyelesaiannya.

Kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada.57

Dokumen terkait