• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan

sebesar 93% dan tergolong sangat baik, sehingga siklus berikutnya tidak perlu dilakukan lagi.

Kategori ketuntasan klasikal adalah sebagai berikut:

KK = 0% - 75% Tidak Tuntas

KK = 76% - 100% Tuntas

d. Refleksi

Secara kolaboratif, peneliti bersama guru melakukan refleksi yakni penilaian atau kajian analisis tentang tindakan yang telah tercapai dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada siklus I diperoleh skor sebesar 70% dan tergolong cukup baik. Sedangkan pada siklus II diperoleh skor sebesar 90% dan tergolong baik.

b. Aktivitas Peserta Didik

Hasil deskripsi siklus I di atas dapat dilihat bahwa skor yang diperoleh pada aktivitas peserta didik sebesar 60% dan tergolong cukup baik. Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 85% dan tergolong baik.

Kegiatan belajar mengajar guru dan aktivitas peserta didik di dalam kelas dari siklus I ke siklus II ternyata mengalami peningkatan. Ini dibuktikan dengan hasil yang telah diperoleh dari setiap siklus menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) yang telah diterapkan. Perbandingan hasil antara aktivitas guru dan aktivias peserta didik dalam 2 siklus dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 4.9 Perbandingan Observasi Aktivitas Guru dan Peserta Didik

No Observasi Siklus I Siklus II

1 Aktivitas Guru 70 % 90 %

2 Aktivitas Peserta Didk 60 % 85 %

2. Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatifff Peserta Didik Hasil analisis data pada pelaksanaan siklus I dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), penguasaan konsep peserta didik secara teoritik dengan menggunakan tes yang berupa

soal essay diperoleh skor 65.52%. Sedangkan untuk tes keterampilan berpikir kreatif dengan menggunakan soal berupa essay diperoleh skor 37.93%. Hal ini dikarenakan masih terdapat kekurangan dalam proses pembelajaran berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.

Pada pelaksanaan siklus II dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), penguasaan konsep peserta didik secara teoritik dengan menggunakan tes yang berupa soal essay diperoleh skor 89.65%. Untuk tes keterampilan berpikir kreatif dengan menggunakan soal berupa essay diperoleh skor 93%. Untuk kedua tes tersebut tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya karena telah mengalami peningkatan yang signifikan.

Perbandingan hasil tes antara penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif aktivias peserta didik dalam 2 siklus dapat dilihat melalui tabel berikut.

Tabel 4.10 Perbandingan Hasil Tes Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif

No Aspek Siklus I Siklus II

1 Penguasaan Konsep 65.52 % 89.65 %

2 Keterampilan Berpikir Kreatif 37.93 % 93%

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, diperoleh bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dapat memperbaiki penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif peserta didik khususnya pada materi tekanan zat. Dengan

model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) mengutamakan peserta didik dalam belajar dan dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahn yang ada, baik dalam materi maupun dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru berkenaan dengan materi yang diberikan. Selain itu, model pembelajaran ini menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kreatif dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan konsep yang esensial dari materi yang dipelajari.

Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Ikhwanul Muslim, A.

Halim dan Rini Safitri menunjukkan bahwa peningkatan penguasaan konsep siswa dengan model pembelajaran PBL secara signifikan lebih tinggi..71

Dan dalam peneitian yang telah dilakukan oleh Siska Sucirahayu, A.

Halim, dan Nasrullah Idris, menunjukkan bahwa model problem based learning juga dapat melatih siswa untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapinya secara mandiri.72 Dengan pembelajaran berbasis masalah peserta didik mampu berpikir secara kreatif dan mengembangkan inisiatif serta dapat memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

71 Ikhwanul Muslim, A. Halim, dan Rini Safitri, Penerapan Model Pembelajaran PBL untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Elastisitas dan Hukum Hooke Di SMA Negeri Unggul Harapan Persada, Vol. 03, Nomor 02, 2015, hlm. 43.

72 Siska Sucirahayu, A. Halim, dan Nasrullah Idris, Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Pada Konsep Usaha dan Energi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Siswa SMA, Vol. 03, Nomor 01, 2015, hlm. 213.

BAB V PENUTUP B. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulakan bahwa kemampuan terhadap penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif peserta didik dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Peningkatan masing-masing indikator dari penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif peserta didik tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yag telah dilakukan. Untuk penguasaan konsep pada siklus I diperoleh skor 65.52% dan pada siklus II diperoleh 89.65%. Sedangkan untuk keterampilan berpikir kreatif menggunakan tes yang berupa soal essay diperoleh skor 37.93% dan pada siklus II diperoleh 93%.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan maka beberapa saran yang diusulakan sebagai upaya perbaikan adalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dapat digunakan dan dikembangkan sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, karena berdasarkan penelitian yang dilakukan, peserta didik dapat meningkatkan kemampuan terhadap penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatifnya, mengemukakan pendapat, aktif, mengajukan pertanyaan, bekerja sama, serta mandiri dalam belajar.

2. Bagi peserta didik, guru, dan semua pihak sekolah di MTs Ad-Diinul Qayyim agar terus berusaha mengembangkan dan mencari inovasi maupun kreatifitas pembelajaran IPA terutama yang berhubungan dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning).

3. Bagi peneliti lain yang berkeinginan untuk melakukan penelitian sejenis sebaiknya tidak hanya membatasi peserta didik dalam upaya peningkatan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan, tetapi juga variabel yang ditingkatkan dan bidang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Anggayni, Febi,. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dalam Meningkatkan Kemampuan Memahami Materi KPK dan FPB pada Siswa kelas IV A di MI Darun Najah Kloposepuluh Sukodono, (Skripsi, FTK UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2018). hlm: 1-90.

Awal, Raudhah, dan Irma Sari. Pembelajaran Berbasis Masalah melalui Keterampilan Proses Sains terhadap Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Sistem Gerak Kelas XI IPA 2 T.A 2015/ 2016 SMA Nurul Falah Pekanbaru. Jurnal Pendidikan. 2017. 8 (1): 66-74.

Bahtiar. Strategi Belajar Mengajar SAINS (IPA). Mataram: Institut Agama Islam Negeri (IAIN), 2015.

Bukhori, Imam, dan Ibrohim. Penerapan Model Problem Based Learning Pada Matakuliah Ekologi Tumbuhan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang 2014/2015. (Malang: Program Studi Pendidikan Biologi, Pascasarjana, 2015). hlm: 617-723.

Dewi, Lina, dan Ruspeni. Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir.

Biology Study Center. 2017. 5 (1): 10-26.

Gusti. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Mind Map Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Biologi Pada Siswa SMK.

Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran. 2017. 1(1): 68-77.

Hikmawati. Strategi Pembelajaran Fisika. Mataram: Universitas Negeri Mataram, 2014.

Ikhwanul Muslim, A. Halim, dan Rini Safitri. Penerapan Model Pembelajaran PBL untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Pada Konsep Elastisitas dan Hukum Hooke Di SMA Negeri Unggul Harapan Persada. Jurnal Pendidikan Sains Indonesi. 2015. 3 (2): 38.

Iyam Maryati. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Materi Pola Bilangan Di Kelas VII Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Mosharaf. 2018.

7 (1): 63-74.

Khoirussyifa, Ahmad, Muslimin Ibrahim Dan Wahono Widodo. Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Melatihkan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Penguasaan Konsep Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal

Review Pendidikan Dasar: Jurnal Kajian Pendidikan dan Hasil Penelitian.

2017. 3 (1): 378-387.

Lidya Arisanti, Wahyu, dan Ari. Analisis Penguasaan Konsep dan Berpikir Kreatif Siswa SD Melalui Project Based Learning. Jurnal Pendidikan Dasar. 2016. 8 (1): 82-95.

Lutfa, Asna,. Sugianto, Sulhadi. Penerapan Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) Untuk Menumbuhkan Keterampilan Proses Sains Pada Siswa SMA, (Semarang, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 2014). 3 (2): 79-83.

Marojahan dan Sri. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning Di Kelas X SMA. Jurnal Inspiratif. 2017. 3 (2): 1-17.

Rahmi. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Materi Dunia Tumbuhan. Jurnal EduBio Tropika. Desember 2013. 1 (2): 73.

Shinta, Ahmad, dan Gunawan. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Simulasi Virtual Terhadap Penguasaan Konsep dan Kreativitas Fisika Siswa SMAN 2 Mataram. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi.

2016. II (3): 123-128.

Siska, Halim, A., dan Nasrullah. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Pada Konsep Usaha dan Energi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Siswa SMA. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia.

2015. 3 (1): 207-217.

Sunaryo, Yoni,. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematik Siswa SMA Di Kota Tasikmalaya. Jurnal Pendidikan dan Keguruan. 2014. 1 (2): 41-51.

Suparman dan Dwi Nastuti. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Penerapan Model Problem Based Learning. Jurnal Bioedukasi.

2015. 3 (2): 367-372.

Susanto, Erik,. Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa. Jurnal Pendidikan. 2018. 8 (1):

80-87.

Tomi, Irwan, dan Dodi. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dengan Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Pendidikan Matemtika. 2012. 1 (1):

22-26.

Ulfah, Mariah,. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Melalui Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IX C SMPN 7 Kota Bima Pokok Bahasan Potensi Sumber Daya Manusia Tahun Pelajaran 2017/2018. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan. 2017. 1(2):

47-53.

Wan Syafi’i, Evi Suryawati dan Ardiyas Robi Saputra. Kemampuan Berpikir Kreatif dan Penguasaan Konsep Siswa Melalui Model Problem Based Learning (PBL) Dalam Pembelajaran Biologi Kelas XI IPA SMAN 2 Pekanbaru Tahun Ajaran 2010/2011. Jurnal Biogenesis. 2011. 3 (1): 1-7.

Wirda, Abdul Gani, dan Ibnu Khaldun. Penerapan Pembelajaran Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses SAINS dan Motivasi Belajar Siswa Pada Materi Alat-alat Optik. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia. 2015. 3 (2): 131-142.

Zainul Mustofa, Herawati Susilo, Mimien Heni Irawati Al Muhdhar. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Melalui Pendekatan Kontekstual Berbasis Lesson Study Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah dan Hasil Belajar Kognitif Siswa SMA. Jurnal Pendidikan. Mei 2016. 1 (5): 886.

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(Siklus I)

Satuan Pendidikan : MTs Ad-Dinul Qayim, Gunung Sari-Lombok Barat Mata Pelajaran : IPA Terpadu

Materi Pokok : Tekanan Zat Sub-Materi Pokok : Hukum Pascal Kelas/semester : VIII/Genap Waktu/jam pertemuan : 5 x Pertemuan

A. Kompetensi Inti

Kompetensi inti

3. Memahami pengetahuan (Faktual, Konseptual, dan Prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya rentang Ilmu Pengetahuan, teknologi, seni budaya, terkait fenomena tampak mata.

4. Mencoba, mengolah, dan menyaji ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang maupun teori.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi 3.3Menjelaskan keterkaitan antara

tekanan pada benda zat padat dan zat cair dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari.

3.3.1 Mendeskripsikan tentang tekanan zat padat dan zat cair 3.3.2 Menjelaskan tentang bunyi

hukum Pascal 3.4Menyelidiki tekanan pada benda

zat padat dan zat cair dalam kehidupan sehari-hari

3.4.1 Menentukan salah satu besaran berhubungan dengan rumusan tekanan zat padat dan tekanan hidrostatik 3.4.2 Memberikan contoh

penerapan hukum bejana

berhubungan

3.4.3 Menyelesaikan masalah sederhana berhubungan dengan hukum pascal 3.4.4 Memberikan contoh

penerapan hukum pascal dalam kehidupan sehari-hari C. Tujuan Pembelajaran

Tujuan Pembelajaran

1. Peserta didik dapat mendeskripsikan tentang tekanan zat padat 2. Peserta didik dapat menjelaskan tentang bunyi hukum Pascal

3. Menentukan salah satu besaran berhubungan dengan rumusan tekanan zat padat dan tekanan hidrostatik

4. Memberikan contoh penerapan hukum bejana berhubungan

5. Menyelesaikan masalah sederhana berhubungan dengan hukum pascal 6. Memberikan contoh penerapan hukum pascal dalam kehidupan sehari-hari D. Materi Pembelajaran

Pertemuan ke-

Materi Pembelajaran 1  Tekanan Zat Padat

Pada saat berjalan di atas tanah yang berlumpur jejak kaki kita akan tampak membekas lebih dalam jika dibandingkan dengan jejak kaki kita ketika berjalan di tanah yang tak berlumpur.

Sumber Gambar : ercorisa.blogspot.com

Gejala ini menunjukkan bahwa tekanan kaki kita pada tanah berlumpur lebih besar dibandingkan tekanan kaki kita pada tanah yang tak berlumpur. Contoh lain dari peristiwa ini adalah pada saat kita menancapkan waktu runcing lebih mudah daripada paku yang tumpul dan dengan pisau yang tajam memudahkan kita dalam memotong suatu benda.

Rumusan tekanan zat padat

Tekanan merupakan besarnya gaya tekan dibagi luas bidang tekan

Gambar kayu yang ditekan dengan gaya

Secara sistematis tekanan zat padat dapat dirumuskan sebagai berikut:

P = dengan:

P = Tekanan (N/m2) F = Gaya tekan (N) A = Luas bidang (m2)

Adapaun faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan adalah besarnya gaya tekan dan luas bidang.

Contoh soal

Sebuah truk memiliki delapan roda yang berisi 2,5 ton muatan dan akan melintasi sebuah jembatan. Luas permukaan bidang sentuh roda dengan permukaan jalan seluruhnya adalah 400 cm2. Berapakah tekanan yang dialami setiap ban tersebut?

penyelesaian:

Diketahui: m = 2,5 ton = 2500 kg

A = 400 cm2 = 4 x 10-2 m2 = 0,04 m2 g = 10 m/s2

ditanyakan: P = .... ? P =

= =

= 625.000 N/m2 2  Tekanan Zat Cair

Tekanan pada zat cair sering disebut dengan tekanan hidrostatis. Tekanan hidrostatis ini tergantung pada suatu tingkatan kedalaman dan berat jenis pada zat cair. Tekanan pada zat cai mengarah ke segala arah. Secara sistematis tekanan zat cair dapat dirumuskan sebagai berikut:

dengan:

P = Tekanan (N/m2)

ρ = massa jenis zat cair (kg/m3) g = percepatan gravitasi (m/s2) h = tinggi zat cair (m)

Tekanan pada zat car dipengaruhi oleh massa jenis, gaya, ketinggian zat cair. Permukaan zat cair bermassa jenis sama dalam keadaan diam di dalam bejana berhubungan selalu mempunyai permukaan yang sejajar. Apabila terdapat zat cair yang bermassa jenis tidak sama dimasukkan ke dalam bejana berhubungan, maka kedua benda cair tersebut tidak akan bercampur, sehingga permukaan kedua zat cair tersebut tidak sama tinggi.

Bejana berhubungan

Gambar bejana berhubungan

Bejana berhubungan adalah sebuah bejana yang memiliki beberapa pipa yang saling berhubungan. Hukum bejana berhubungan menyatakan jika bejana berhubungan diisi zat cait yang sejenis dalam keadaan seimbang, maka permukaan zat cair akan berbeda pada satu bidang sejajar (datar). Contoh peralatan yang prinsip kerjanya berdasarkan hukum bejana berhubungan antara lain kendi, teko, pembuatan dam, dan menara penampung air.

Hukum bejana berhubungan tidak berlaku jika bejana diisi dengan zat cair yang tidak sejenis, bejana digoyang- goyangkan, salah satu kaki bejana ada yang berupa pipa kapiler, bejana ada yang mandapat tekanan yang tidak sama.

Contoh soal

Seorang anak menyelam di kedalaman 100 m di bawah permukaan air. Jika massa jenis air 1000 kg/m3 dan percepatan gravitasi 9,8 m/s2, maka berapakah tekanan hidristatis yang dialami anak tersebut?

Penyelesaian:

Diketahui: h = 100 m ρ = 1000 kg/m3 g = 9,8 m/s2 ditanyakan: Ph = ....?

Ph= ρ . g . h

= 1000 . 9,8 . 100 = 9,8 . 105 N/m2 3  Hukum Pascal

Hukum Pascal adalah hukum yang menerangkan suatu sifat tekanan pada zat cair. Hukum Pascal menyatakan bahwa:

“Tekanan yang diberikan pada zat cair dalam ruang tertutup akan diteruskan ke segala arah dengan sama besar.”.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak penerapan dari hukum Pascal misalnya pada saat kita menyeruput minuman dengan sedotan, pompa hidrolik dan dongkrak hidrolik.

Dengan hukum Pascal maka hal tersebut dapat dijelaskan, untuk lebih jelasnya kita lihat gambar berikut

Ketika mobil diletakkan di A2 yaitu di penampang yang besar maka mobil dapat diangkat dengan menggunakan gaya di A1 yaitu di penampang yang kecil dengan besar gaya yang lebih kecil. Hal tersebut dapat dirumuskan:

dengan:

F1 = Gaya pada penampang 1 (N) F2 = Gaya pada penampang 2 (N) A1 = Luas penampang 1 (cm2) A2 = Luas penampang 2 (cm2) 4  Eksperimen/Praktikum

Melalukan diskusi dalam menyelesaikan masalah sederhana yang berhubungan dengan hukum pascal

5  Penerapan Hukum Pascal

Alat-alat yang digunakan dalam kehidupan sehari yang bekerja berdasarkan Hukum Pascal diantaranya dingkrak hidrolik, mesin hidrolik pengangkat mobil, dan rem hidrolik.

a. Dongkrak Hidrolik

Dongkrak hidrolik yang terdiri atas:

1. Dua bejana yang berhubungan terbuat dari bahan yang kuat misalnya besi

2. Penghisap kecil dam penghisap besar 3. Minyak pengisi bejana

Adapun cara kerjanya adalah: ketika sebuah gaya F1 diberikan melalui tuas dongkrak untuk menekan penghisap kecil A1, tekanan ini akan diteruskan oleh minyak ke segala arah.

b. Mesin Hidrolik Pengangkat Mobil

Cara kerja mesin hidrolik tersebut sama dengan dongkrak hidrolik.

c. Rem Hidrolik

Gaya diberikan pengemudi pada pedal rem. Gaya ini diteruskan oleh minyak melalui pipa sehingga memberikan gaya yang lebih besar pada rem yang terdapat di ban mobil.

E. Pendekatan dan Model Pembelajaran

Pendekatan Model Pembelajaran Metode Pembelajaran Saintific Approach Pembelajaran Berbasis

Masalah (PBM)

- Ceramah Interaktif - Demonstrasi - Pengamatan - Praktikum/Diskusi

Kelompok

- Penugasan/latihan F. Media dan Alat Pembelajaran

Media Alat dan Bahan

- Papan Tulis - Notebook/Laptop

- Spidol - Penghapus

- Alat dan bahan praktikum yang mendukung (air mineral, jarum pentul/peniti)

G. Sumber Belajar

Sumber Belajar

- Buku IPA Kelas VIII ; penerbit : kemendikbud RI tahun 2013

- Buku Eksplorasi Ilmu Alam Kelas IX Jilid 2; penerbit : kemendikbud RI tahun 2017

- LKS/Buku referensi pendamping peserta didik - Internet

H. Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan I Alokasi

Waktu

Kegiatan Pendahuluan 10 Menit

- Memberi salam dan berdoa sebelum kegiatan pembelajaran dimulai - Mengecek kehadiran peserta didik

- Menyampaikan cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukakan - Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk memusatkan

perhatiannya pada materi yang akan dijelaskan yaitu tentang tekanan zat dengan sub pokok tekanan zat padat

Kegiatan Inti Pembelajaran 60 Menit 1. Tahap 1: Orientasi peserta didik pada masalah

 Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang

dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada pemecahan masalah yang dipilihnya. Dalam hal ini:

- Guru menyampaikan tujuan dari pembelajaran

- Guru memberikan suatu permasalahan dalam bentuk pertanyaan kepada peserta didik untuk diselesaikan secara bersama-sama.

“Mengapa ketika kita berjalan di atas tanah yang berlumpur jejak kaki kita akan tampak membekas lebih dalam dibandingkan dengan jejak kaki kita ketika berjalan di tanah yang tak berlumpur?”

2. Tahap 2: Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar

 Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Dalam hal ini:

- Guru menjelaskan materi yang akan disampaikan kepada peserta didik yaitu tentang tekanan pada zat padat

- Peserta didik memperahatikan dan mendengarkan penjelasan dari guru

3. Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual dan kelompok

 Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya. Dalam hal ini:

- Guru melakukan pendemonstrasian terhadap suatu benda untuk memberikan pemahaman yang lebih kepada peserta didik

4. Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

 Membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu mereka berbagi tugas dengan temannya. Dalam hal ini:

- Guru memberikan tugas yang berupa latihan soal kepada peserta didik untuk dikerjakan

5. Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

 Membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Dalam hal ini:

- Guru bersama peserta didik bersama-sama menjawab soal yang telah diberikan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

Kegiatan Penutup 10 Menit

- Bersama guru, peserta didik menyimpulkan tentang materi yang sudah dipelajari

- Guru menugaskan peserta didik untuk mempelajari materi berikutnya

- Memberi salam

Pertemuan II Alokasi Waktu

Kegiatan Pendahuluan 10 Menit

- Memberi salam dan berdoa sebelum kegiatan pembelajaran dimulai - Mengecek kehadiran peserta didik

- Menyampaikan cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukakan - Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk memusatkan

perhatiannya pada materi yang akan dijelaskan yaitu tentang tekanan zat dengan sub pokok tekanan benda pada zat cair

Kegiatan Inti Pembelajaran 60 Menit 1. Tahap 1: Orientasi peserta didik pada masalah

 Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada pemecahan masalah yang dipilihnya. Dalam hal ini:

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

- Guru memberikan suatu permasalahan dalam bentuk pertanyaan kepada peserta didik untuk diselesaikan secara bersama-sama.

2. Tahap 2: Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar

 Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Dalam hal ini:

- Guru menjelaskan materi yang akan disampaikan kepada peserta didik yaitu tentang tekanan pada benda zat cair

- Peserta didik memperahatikan dan mendengarkan penjelasan dari guru

3. Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual dan kelompok

 Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya. Dalam hal ini:

- Guru melakukan pendemonstrasian terhadap suatu benda atau berupa media gambar untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik

4. Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

 Membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu mereka berbagi tugas dengan temannya. Dalam hal ini:

- Guru memberikan tugas yang berupa latihan soal kepada peserta didik untuk dikerjakan supaya lebih memahami materi yang telah dipelajari

5. Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

 Membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Dalam hal ini:

- Guru bersama peserta didik bersama-sama menjawab soal yang telah diberikan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

Kegiatan Penutup 10 Menit

- Bersama guru, peserta didik menyimpulkan tentang materi yang sudah dipelajari

- Guru menugaskan peserta didik untuk mempelajari materi berikutnya - Memberi salam

Pertemuan III Alokasi

Waktu

Kegiatan Pendahuluan 10 Menit

- Memberi salam dan berdoa sebelum kegiatan pembelajaran dimulai - Mengecek kehadiran

- Menyampaikan cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukakan

- Memberi motivasi atau rangsangan kepada peserta didik untuk memusatkan perhatiannya pada materi yang akan dijelaskan yaitu tentang tekanan pada zat cair dengan sub pokok Hukum Pascal

Kegiatan Inti Pembelajaran 60 Menit 1. Tahap 1: Orientasi peserta didik pada masalah

 Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada pemecahan masalah yang dipilihnya. Dalam hal ini:

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

- Guru memberikan suatu permasalahan dalam bentuk pertanyaan kepada peserta didik untuk diselesaikan secara bersama-sama.

2. Tahap 2: Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar

 Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Dalam hal ini:

- Guru menjelaskan materi yang akan disampaikan kepada peserta didik yaitu tentang tekanan pada benda zat cair dengan pokok bahasan Hukum Pascal

- Peserta didik memperahatikan dan mendengarkan penjelasan dari guru

3. Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual dan kelompok

 Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya. Dalam hal ini:

- Guru melakukan pendemonstrasian berupa media gambar untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik

4. Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

 Membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu mereka berbagi tugas

Dokumen terkait