• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Tentang Desain Pembelajaran Model Banathy

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

2. Kajian Tentang Desain Pembelajaran Model Banathy

Desain pembelajaran merupakan sebuah proses sederhana untuk membantu menciptakan pembelajaran ataupun pelatihan yang efektif dalam cara-cara yang efisien. Para desainer pembelajaran memusatkan perhatian pada peningkatan kinerja manusia untuk memecahkan masalah pembelajaran. Desain pembelajaran merupakan sains dan seni dalam menciptakan spesifikasi detail bagi pengembangan, evaluasi, dan pemeliharaan situasi yang memfasilitasi pembelajaran dan kinerja menurut Richey et al dalam Kartikasari “Desain pembelajaran merupakan suatu proses yang digunakan untuk membuat produk, program dan sistem penyampaian.”26

Menurut Reigeluth dalam Prawiradilaga, desain pembelajaran adalah

kisi-kisi dari penerapan teori belajar dan pembelajaran untuk memfasilitasi proses belajar seseorang. Reigeluth membedakan disain pembelajaran dengan pengembangan. Ia menyatakan bahwa pengembangan adalah penerapan kisi-kisi disain di lapangan. Kemudian setelah uji coba selesai, maka disain tersebut diperbaiki atau diperbaharui sesuai dengan masukan yang telah diperoleh. Reigeluth mengkaji desain dan pengembangan

26Ika Kartikasari, dkk, “Konstruksi dan Validasi Model Disain Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Mengembangkan Kreativitas Siswa”, Jurnal Esu-Sains, Vol. 5, No. 1, Januari 2016, hlm. 58.

pembelajaran berdasarkan tinjauan atas teori belajar dan pembelajaran.27

Jadi, desain pembelajaran merupakan suatu pendekatan berbasis pemecahan masalah yang ilmiah dan bernilai seni yang menggabungkan teori-teori dan praktik-praktik pembelajaran dalam rangka menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien.

b. Model Pembelajaran Banathy

Banathy mengembangkan rencana pembelajaran yang dimulai dari proses merumuskan tujuan.

Dari hasil rumusan tujuan tersebut kemudian digunakan untuk menganalisis kegiatan belajar dan mengembangkan tes. hasil analisis terhadap kegiatan belajar kemudian digunakan untuk mendesain sistem instruksional. Dari hasil desain sistem instruksional dan pengembangan tes, kemudian dilaksanakan kegiatan evaluasi pembelajaran. Hasil dari evaluasi pembelajaran digunakan untuk kegiatan perbaikan. Keseluruhan proses tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik dalam merumuskan tujuan.28

27Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran (instructional Design Principles), ( Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 15.

28Sugeng Listyo Prabowo dan Faridah Nurmaliyah, Perencanaan Pembelajaran (Pada Bidang Studi, Bidang Studi Tematik, Muatan Lokal, Kecakapan Hidup, Bimbingan dan Konseling), (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), hlm. 12.

Gambar 2.1

Model Perencanaan Pembelajaran Bellah Banathy

Model ini memandang bahwa penyusunan sistem instruksional dilakukan melalui tahapan-tahapan yang jelas. Terdapat 6 tahap dalam mendesain suatu program pembelajaran yaitu:

1) Menganalisis dan merumuskan tujuan, baik tujuan pengembangan sistem maupun tujuan spesifik. Tujuan merupakan sasaran dan arah yang harus dicapai oleh siswa atau peserta didik.

2) Merumuskan kriteria tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Item tes dalam tahap ini dirumuskan untuk menilai perumusan tujuan. Melalui perumusan tes dapat meyakinkan kita bahwa setiap tujuan ada alat untuk menilai keberhasilannya.

3) Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni kegiatan mengiventarisasi seluruh kegiatan belajar mengajar, menilai kemampuan penerapannya sesuai dengan kondisi yang ada serta menentukan kegiatan yang mungkin dapat diterapkan.

4) Merancang sistem, yaitu kegiatan menganalisis sistem menganalisis setiap komponen sistem, mendistribusikan dan mengatur penjadwalan.

5) Mengimplementasikan dan melakukan kontrol kualitas sistem, yakni melatih sekaligus menilai efektivitas sistem, melakukan penempatan dan melaksanakan evaluasi.

MERUMUSKAN TUJUAN

MENGANALISIS KEGIATAN BELAJAR

MENDESAIN SISTEM INSTRUKSIONAL

MENGEMBANGKAN TES

MELAKSANAKAN KEGIATAN DAN MENGEVALUASI

MENGADAKAN PERBAIKAN GARIS UMPAN BALIK

6) Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi.29

Manakala kita lihat langkah 1 s/d 4 merupakan tahapan dalam rangka proses rancangan, sedangkan tahap 5 dan 6 adalah tahap pelaksanaan dari perencanaan yang sudah dirumuskan.

Tahapan desain pembelajaran model Banathy dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Merumuskan tujuan

Yang kita harapkan pada tahap pertama dapat dikerjakan oleh siswa:

a. Maksud sistem

Identifikasi masalah merupakan proses membandingkan keadaan sekarang dengan keadaan yang seharusnya.

Hasilnya akan menunjukkan kesenjangan antara kedua keadaan tersebut. Kesenjangan ini disebut kebutuhan (needs). Bila kesenjangan kedua keadaan tersebut besar, kebutuhan itu perlu diperhatikan atau di selesaikan.

Kebutuhan yang besar dan di tetapkan untuk diatasi itu di sebut masalah, sedangkan kebutuhan yang lebih kecil mungkin untuk sementara atau seterusnya diabaikan. Ia merupakan kebutuhan yang tidak dianggap sebagai masalah. Hasil akhir dari identifikasi masalah adalah perumusan tujuan umum, dalam model desain pembelajaran menurut Banathy menggunakan istilah maksud sistem.

b. Spesifikasi tujuan

Tujuan merupakan sesuatu yang akan dapat dikerjakan oleh siswa setelah menyelesaikan proses belajar dan merupakan tujuan yang bermanfaat bagi siswa. Tujuan ini kemudian diuraikan menjadi tujuan-tujuan khusus, yaitu tujuan yang lebih rinci dan spesifik. Selanjutnya tujuan khusus ini disusun dalam urutan yang logis. Atas dasar tujuan inilah isi pelajaran dipilih dan disajikan kepada siswa kelak. Dalam Model Banathy menggunakan istilah spesifikasi tujuan.

c. Tes acuan patokan

Tes acuan patokan dalam istilah umum adalah pembuatan prototipe. Pembuatan prototipe merupakan permulaan produksi untuk menghasilkan barang yang sesungguhnya.

29Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 73.

Di samping itu, pada kesempatan ini pula dimulai pengembangan desain evaluasi dan permulaan reviu teknis terhadap sistem tersebut oleh para ahli serta penyusunan tes yang akan digunakan untuk mengukur perilaku siswa, baik sebelum maupun setelah uji coba nanti.

2) Mengembangkan tes

Tahap kedua Mengembangkan tes yang didasarkan pada tujuan yang diinginkan dan digunakan untuk mengetahui kemampuan yang diharapkan dapat di capai sebagai hasil dari pengalaman belajarnya. Dengan mengembangkan tes pada tahap awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Siswa yang sekolah masing-masing sudah memiliki kemampuan awal yang berbeda-beda yang di dapatkan sebelum masuk sekolah . Sehingga, salah apabila menganggap siswa kosong dan tidak memiliki kemampuan awal sebelum siswa masuk sekolah.

3) Menganalisis kegiatan belajar

Dalam menganalisis kegiatan belajar menggunakan hasil pengembangan tes yang dilakukan pada tahap kedua, yaitu berupa kemampuan awal siswa. Kemampuan awal siswa di analisis atau di nilai. Dari analisis kemampuan awal siswa akan di ketahui apa yang perlu di pelajari dan yang tidak perlu di pelajari. Kemampuan yang sudah dimiliki oleh siswa tidak perlu di pelajari, hal yang perlu dipelajari kemampuan yang belum dimiliki atau di kuasai oleh siswa. Sehingga akan lebih efektif dan efisisen dalam proses pembelajaran. Pada tahap ini dirumuskan untuk:

a. Menentukan tugas-tugas belajar b. Menilai kompetensi masukan c. Melakukan tes masukan

d. Mengidentifikasi dan karakterisasi tugas-tugas belajar yang aktual.

4) Mendesain sistem instruksional

Setelah itu di pertimbangkan alternatif-alternatif dan identifikasi apa yang harus dikerjakan untuk menjamin bahwa siswa akan menguasai kegiatan-kegiatan yang telah di analisis pada tahap 3 (hal ini di sebut oleh Banathy dengan istilah function analysis). Juga perlu di tentukan siapa atau apa yang mempunyai potensi paling baik untuk mencapai fungsi-fungsi tersebut (disebut component analysis) dan di tentukan pula kapan dan dimana fungsi-fungsi tersebut harus dilaksanakan (disebut design of the system). Tahap mendesain sistem intruksional merupakan penentuan metode dan media intruksional yang sangat penting untuk memungkinkan peserta didik mencapai tujuan intrusional, yang meliputi:

a. Analisis fungsi, isi dan urutan b. Analisis komponen

c. Distribusi fungsi antar komponen d. Pejadwalan

Metode yang diidentifikasi dapat lebih dari satu, atau beberapa alteratif metode, karena dalam uji coba ada kemungkinan metode yang digunakan tidak efektif sehingga perlu diganti dengan metode lain.

5) Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil

Dalam tahap melaksanakan dan mengetes hasil ini, sistem yang sudah di desain sekarang dapat di uji cobakan atau di tes dan di laksanakan. Apa yang dapat dilaksanakan atau dikerjakan siswa sebagai hasil implementasi sistem, harus di nilai agar dapat di ketahui seberapa jauh siswa telah menunjukan tingkah laku seperti yang dimaksudkan dalam rumusan tersebut.

6) Mengadakan perbaikan

Berdasakan hasil yang diperoleh dari interpretasi data hasil uji coba revisi dilakukan dari revisi kecil sampai revisi total.

Untuk mengakhiri uji coba ulang yang kemudian akan di implementasikan harus di ambil suatu keputusan. Hasil-hasil yang diperoleh dari evaluasi merupakan umpan balik (feedback) untuk keseluruhan sistem sehingga perubahan- perubahan, jika di perlukan dapat dilakukan untuk memperbaiki sistem instruksional.30

Dari 6 komponen tersebut tampaknya sangat sederhana, namun untuk mengembangkan rancangan sistem pembelajaran model ini memerlukan kemampuan akademik yang cukup tinggi serta pengalaman yang memadai serta wawasan yang luas. Selain dari itu, proses pengembangan suatu sistem menuntut partisipasi pihak-pihak terkait, seperti kepala sekolah, administrator, supervisor dan kelompok guru, sehingga rancangan kurikulum yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pendidikan di sekolah dan dapat diterapkan dalam sistem sekolah.

30Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2013), hlm. 120.

Dalam model pembelajaran Banathy ada beberapa kelebihan dan kelemahannya, yaitu sebagai berikut:

1) Kelebihan

a. Menganalisis dan merumuskan tujuan dengan baik, baik tujuan umum maupun tujuan khusus yang lebih spesifik, yang merupakan sasaran dan arah yang harus dicapai peserta didik.

b. Mengembangkan kriteria test yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Hal ini dilakukan agar setiap tujuan yang dirumuskan tersedia alat untuk menilai keberhasilannya.

c. Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni merumuskan apa yang harus dipelajari (kegiatan belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar). Kemampuan awal siswa harus di analisis atau dinilai agar mereka tidak perlu mempelajari apa yang telah mereka kuasai.

d. Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi. Jadi model ini didasarkan pada hasil test peserta didik.

e. Langkah-langkahnya yang hanya sedikit sehingga kita bisa lebih efektif untuk membuatnya.

2) Kelemahan

a. Sedikit langkah sehingga dikhawatirkan akan tidak efisien.

b. Model cenderung lebih fokus pada materi yang belum dikuasai oleh anak didik sehingga mengabaikan materi yang sudah di pelajari yang bisa lupa apabila tidak pernah di kaji ulang.31

3. Kajian tentang Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Dokumen terkait