BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
3. Kajian Tentang Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Dalam model pembelajaran Banathy ada beberapa kelebihan dan kelemahannya, yaitu sebagai berikut:
1) Kelebihan
a. Menganalisis dan merumuskan tujuan dengan baik, baik tujuan umum maupun tujuan khusus yang lebih spesifik, yang merupakan sasaran dan arah yang harus dicapai peserta didik.
b. Mengembangkan kriteria test yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Hal ini dilakukan agar setiap tujuan yang dirumuskan tersedia alat untuk menilai keberhasilannya.
c. Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni merumuskan apa yang harus dipelajari (kegiatan belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar). Kemampuan awal siswa harus di analisis atau dinilai agar mereka tidak perlu mempelajari apa yang telah mereka kuasai.
d. Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi. Jadi model ini didasarkan pada hasil test peserta didik.
e. Langkah-langkahnya yang hanya sedikit sehingga kita bisa lebih efektif untuk membuatnya.
2) Kelemahan
a. Sedikit langkah sehingga dikhawatirkan akan tidak efisien.
b. Model cenderung lebih fokus pada materi yang belum dikuasai oleh anak didik sehingga mengabaikan materi yang sudah di pelajari yang bisa lupa apabila tidak pernah di kaji ulang.31
3. Kajian tentang Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
alam semesta “melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.”33
Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur menurut Marsetio Donosepoetro dalam Trianto bahwa,
IPA sebagai proses, diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagi produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau diluar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (scientific method). Selain sebagai proses dan produk, Daud Joesoef dalam Donosepoetro dalam Trianto, pernah menganjurkan agar IPA dijadikan sebagai suatu “kebudayaan”
atau suatu kelompok atau institusi sosial dengan tradisi nilai, aspirasi, maupun inspirasi.34
Menurut H.W Fauler dalam Prihantoro dalam Trianto bahwa, IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati oleh indera. IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. Adapun Wahyana dalam Trianto mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
33Ahmad Susanto, Teori…, hlm. 167.
34Trianto, Model…, hlm.137.
Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.35
Carin dan Sund dalam Wisudawati dan Sulistyowati mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”. Merujuk pada definisi Carin dan Sund tersebut maka IPA memiliki empat unsur utama, yaitu :
1) Sikap : IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat.
Persoalan IPA dapat dipecahkan dengan menggunakan prosedur yang bersifat open ended.
2) Proses : proses pemecahan masalah pada IPA memungkinkan adanya prosedur yang runtut dan sistematis melalui metode ilmiah. Metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesism perencanaan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.
3) Produk : IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum.
4) Aplikasi : penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.36
Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh dan menggunakan rasa ingin tahunya untuk memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah yang menerapkan langkah-langkah metode ilmiah. Oleh karena itu, “IPA sering kali disamakan dengan the way of thinking.”37
Dari uraian pengertian IPA dapat dipahami bahwa pembelajaran IPA merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang
35Ibid., hlm. 136.
36Asih Widi Wisudawati dan Eka Sulistyowati, Metodologi Pembelajaran IPA, (Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2014), hlm. 24.
37Ibid.
mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA.
Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA.
Dengan kegiatan tersebut pembelajaran IPA akan mendapat pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana.
Pembelajaran yang demikian dapat “menumbuhkan sikap ilmiah siswa yang diindikasikan dengan merumuskan masalah, penarikan kesimpulan, sehingga mampu berfikir kritis melalui pembelajaran IPA.”38
b. Tujuan IPA di Sekolah Dasar
Pembelajaran sains di sekolah dasar dikenal dengan pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA). Konsep IPA di sekolah dasar merupakan konsep yang masih terpadu, karena belum dipisahkan secara tersendiri, seperti mata pelajaran kimia, biologi, dan fisika.
Adapun tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam Badan Nasional Standar Pendidikan BSNP dalam Susanto, dimaksudkan untuk:
1) Memperolah keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
38Ahmad Susanto, Teori…, hlm. 170.
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan tuhan.
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.39 c. Keterampilan Proses Pembelajaran IPA
Keterampilan proses perlu dilatihkan/dikembangkan dalam pengajaran IPA karena keterampilan proses mempunyai peran-peran sebagai berikut:
1) Membantu siswa belajar mengembangkan pikirannya.
2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan.
3) Meningkatkan daya ingat.
4) Memberikan kepuasan instrinsik bila anak telah berhasil melakukan sesuatu.
5) Membantu siswa mempelajari konsep-konsep sains.40
Dengan menggunakan keterampilan proses akhirnya akan terjadi interaksi antara konsep/prinsip/teori yang telah ditemukan atau dikembangkan dengan pengembangan keterampilan proses itu sendiri. Di sekolah, keterampilan proses kebanyakan digunakan untuk menguji konsep yang telah ada atau verifikasi saja. Dengan adanya interaksi tersebut, akan timbul sikap dan nilai yang diperlukan dalam penemuan ilmu pengetahuan.
Nilai ini meliputi: teliti, kreatif, tekun, tenggang rasa, bertanggung jawab, kritis, objektif, rajin, jujur, terbuka, dan berdisiplin.
Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan proses IPA, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap nilai yang dituntut.
39Ibid., hlm. 171.
40Trianto, Model…, hlm.148.
Dengan demikian, keterampilan-keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai.
Dalam kegiatan belajar mengajar IPA dengan melatihkan keterampilan proses tidak diharapkan setiap siswa akan menjadi saintis, melainkan mampu mengemukakan idenya bahwa memahami IPA bergantung pada kemampuan memandang dan bergaul dengan alam menurut cara-cara yang diperbuat oleh ilmuan. Kegiatan belajar mengajar dengan melatihkan keterampilan proses kepada siswa dapat dilaksanakan dengan keyakinan bahwa IPA merupakan alat yang sangat potensial untuk membantu mengembangkan kepribadian siswa. Kepribadian siswa yang dikembangkan merupakan prasyarat untuk melangkah ke jalur profesi apapun yang diminatinya. “Mengembangkan kreativitas siswa berarti mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.”41
Keterampilan proses akan terbentuk hanya melalui proses berulang-ulang. Siswa tidak akan terampil (misalnya untuk merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan, melakukan percobaan, melakukan pengukuran, pengelolaan data, dan menarik kesimpulan) apabila tidak ada peluang untuk melakukannya sendiri proses tersebut secara terus menerus.
Namun adanya kendala yang dihadapi di dalam penerapannya, antara lain waktu yang terbatas dan banyaknya materi yang harus dipelajari. Sehingga
41Ibid., hlm. 149.
dalam pelaksanaan/latihannya untuk menghindari kendala tersebut sangat dibutuhkan suatu pemodelan.
Melatih keterampilan proses merupakan salah satu upaya yang penting untuk memperoleh keberhasilan belajar siswa yang optimal. Materi pelajaran akan lebih mudah dipelajari, dipahami, dihayati, dan diingat dalam waktu yang relatif lama bila siswa sendiri memperoleh pengalaman langsung dari peristiwa belajar tersebut melalui pengamatan atau eksperimen. Selain itu, tujuan melatihkan keterampilan proses pada pembelajaran IPA diharapkan adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan motivasi dan dan hasil belajar siswa, karena dalam melatihkan ini siswa dipicu untuk berpartisipasi secara aktif dan efisien dalam belajar.
2) Menuntaskan hasil belajar siswa secara serentak, baik keterampilan produk, proses, maupun keterampilan kinerjanya.
3) Menemukan dan membangun sendiri konsepsi serta dapat mendefinisikan secara benar untuk mencegah terjadinya miskonsepsi.
4) Untuk lebih memperdalam konsep, pengertian, dan fakta yang dipelajarinya karena dengan latihan keterampilan proses, siswa sendiri yang berusaha mencari dan menemukan konsep tersebut.
5) Mengembangkan pengetahuan teori atau konsep dengan kenyataan dalam kehidupan bermasyarakat.
6) Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan hidup di dalam masyarakat, karena siswa telat dilatih keterampilan dan berfikir logis dalam memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan.42
42Trianto, Model…, hlm.150.