BAB III PROFIL SINGKAT KITAB TAFSIR JALALAIN DAN
A. Profil Singkat Tafsir Jalalain
2. Karakteristik Kitab Tafsir
ayat-ayat, berpegang teguh kepada pendapat yang kuat, mengi‟rabkan hal-hal yang diperlukan, dan mengingatkan adanya berbagai macam qira‟at yang terkenal; semuanya itu diungkapkan dengan baik, ringkas, dan padat. Disebutkan pula berbagai macam pendapat yang tidak tepat dan berbagai macam i‟rab yang tempatnya hanyalah dalam kitab-kitab bahasa. Maka seseorang yang membaca tafsir Jalalain hampir tidak dapat merasakan adanya perbedaan yang jelas di antara penyajian yang dikemukakan oleh kedua imam besar itu dalam tafsirnya ini, kecuali dalam tempat-tempat tertentu yang sedikit jumlahnya, kalau dihitung tidak sampai sepuluh masalah.14
mengkaji ilmu agama sehingga beliau banyak mempunyai karangan salah satunya adalah kitab Tafsîr Al-Qur`an Al-„Azhîm yang lebih populer dengan nama Tafsir Jalalain namun penulisannya belum sampai tahap akhir.16
Melanjutkan perjuangan Imâm Jalâluddîn Al-Mahallî (w. 864 H), Imâm Jalâluddîn As-Suyûthî (w. 911 H) menyempurnakan karya gurunya ini. Pada mulanya beliau tidak berminat dalam penulisan tafsir ini, namun mengingat firman Allah swt:
“Dan Barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).” (QS. Al-Isra‟[17]:72)
Maka beliau ingin memelihara diri dari firman Allah yang telah disebutkan diatas, sehingga beliau menulis kitab ini sampai tahap akhir. Kitab Tafsir ini selesai ditulis pada hari Ahad, tanggal 10 Syawal 870 Hijriah, penulisannya dimulai pada hari rabu, awal Ramadhan dalam tahun yang sama, kemudian konsep jadinya diselesaikan pada hari Rabu 8 Safar 871 Hijriah.17
Adapun sumber, metode dan corak yang digunakan dalam Tafsir Jalalain sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa sumber dalam penafsiran jumhur ulama mengatakan ada dua yaitu bil-Ma‟tsûr dan bir-Ra‟yî.18 Meski „Âli ash-Shâbûnî menambahkan bahwa ada satu
16 Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Qur`an, h. 110
17 Edi Afanurriza, An-Nafs Al-Muthmainnah dalam Al-Qur`an menurut Imam Al- Mahalli dan Imam Al-Suyuti dalam Tafsir Jalalain, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin Prodi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus, 2015), h. 47
18 Manna‟ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur`an, penerjemah; Mudzakir AS, cet. 18, h. 488 . Tafsir bil-Ma‟tsur adalah penafsiran yang berdasarkan pada riwayat yang
lagi sumber penafsiran, yaitu al-Isyâry.19 Mayoritas ulama berpendapat bahwa Tafsir Jalalain digolongkan dalam tafsir yang bersumber bir-Ra‟yî.20 Karena dalam menafsirkan setiap ayat Al- Qur`an dengan menggunakan pemikiran atau ijtihad para mufassir meskipun juga tidak menafikan riwayat-riwayat untuk menentukan makna yang paling tepat.21
Setelah mengetahui sumber, kemudian yang dilihat adalah metode yang digunakan oleh mufassir. Seperti yang kita ketahui bahwa metode dalam penafsiran Al-Qur`an itu dibagi menjadi empat yaitu metode tahlili (rinci), metode ijmali (global), metode maudhu‟i (tematik), dan metode muqoron (komparasi).22 Dari metode yang ada maka tafsir Jalalain di golongkan kepada metode Ijmali (global) karena pemaparan dan penjelasan yang ada pada tafsir ini
shahih yaitu Al-Qur`an dengan Al-Qur`an, Al-Qur`an dengan hadis, Al-Qur`an dengan perkataan sahabat, dan Al-Qur`an dengan perkataan tabi‟in. sedangkan Tafsir bir-Ra‟yi yaitu upaya untuk memahami nash Al-Qur`an atas dasar ijtihad atau penalaran seorang ahli tafsir (mufassir) yang memahami bahasa Arab dari segala sisinya.
19 Jamâl Musthafa „Abdul Hamîd „Abdul Wahâb an-Najjâr , Ushûl ad-Dakhîl fii Tafsîr ây at-Tanzîl, (Kairo: Jami‟ah Azhar, 2009), h. 283 lihat juga Anshori, Tafsir bir-Ra‟yi;
Menafsirkan Al-Qur‟an dengan Ijtihad, (Jakarta: GP Prees, 2010), cet. 1.
www.iiq.ac.id/index.php?a=artikel&d=3&id=289, Diakses pada Selasa, 01 Agustus 2017, pukul 16.25 WIB.
20 Faizah Ali Syibromalisi, Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, cet.
1, h. 27 lihat juga Imam Zaki Fuad, Kajian atas Kitab Hasyiah Al-Sawi „Ala Tafsir Al- Jalalain, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin Prodi Tafsir-Hadis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 29
21 Edi Afanurriza, An-Nafs Al-Muthmainnah dalam Al-Qur`an menurut Imam Al- Mahalli dan Imam Al-Suyuti dalam Tafsir Jalalain, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin Prodi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus, 2015), h. 54
22 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), cet. 20, h.
219-222 . Metode Tahlili (rinci) adalah metode tafsir yang menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Qur`an dari seluruh aspeknya berdasarkan urutan ayat dalam Al-Qur`an mulai dari mengemukakan arti kosa kata, munasabah (persesuaian), antara ayat, antara surah, asbabun nuzul, dan lainnya. Metode Ijmali (global) adalah metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Al-Qur`an general (garis besar), berdasarkan urutan bacaan dan susunan Al-Qur`an. Metode Maudhu‟I adalah metode penafsiran menyangkut satu surah dalam Al-Qur`an dengan menjelaskan tujuan-tujuannya secara umum dan khusus serta hubungan persoalan-persoalan yang beraneka ragam dalam surah tersebut anatara satu dengan yang lain. Metode Muqoron adalah metode tafsir yang menggunakan cara dengan perbandingan (komparatif dan komparatif).
diungkapkan secara global atau ringkas.23 Sebagaimana diungkapkan oleh as-Suyûthî (w. 911 H) bahwa beliau menafsirkan sesuai dengan metode yang digunakan al-Mahallî (w. 864 H) yaitu berangkat dari qaul yang kuat, I‟rab lafal yang dibutuhkan saja, perhatian terhadap Qiraat yang berbeda dan ungkapan yang simpel dan padat serta meninggalkan ungkapan-ungkapan yang terlalu panjang.24
Ada beberapa corak yang terdapat dalam sebuah penafsiran yaitu, adabi, adabi ijtima‟i, ilmi, lughowi, fiqih, falsafi, sufi, balaghi, bayani, al-hida‟i dan haraki. Hal yang melatarbelakangi adanya perbedaan corak ini karena pendidikan (keilmuan), lingkungan dan akidah (keyakinan).25
Terkait dengan tafsir Jalalain maka kitab ini lebih dikenal dengan tafsir yang berbasis kebahasaan, namun selain itu juga terdapat qira‟at dan cerita-cerita kemasyarakatan pada zaman dahulu, sebagaimana kisah-kisah israiliyat yang terdapat di dalamnya.
B. Biografi KH. Ahmad Makki