BAB III PROFIL SINGKAT KITAB TAFSIR JALALAIN DAN
B. Biografi KH. Ahmad Makki
1. Riwayat Hidup
diungkapkan secara global atau ringkas.23 Sebagaimana diungkapkan oleh as-Suyûthî (w. 911 H) bahwa beliau menafsirkan sesuai dengan metode yang digunakan al-Mahallî (w. 864 H) yaitu berangkat dari qaul yang kuat, I‟rab lafal yang dibutuhkan saja, perhatian terhadap Qiraat yang berbeda dan ungkapan yang simpel dan padat serta meninggalkan ungkapan-ungkapan yang terlalu panjang.24
Ada beberapa corak yang terdapat dalam sebuah penafsiran yaitu, adabi, adabi ijtima‟i, ilmi, lughowi, fiqih, falsafi, sufi, balaghi, bayani, al-hida‟i dan haraki. Hal yang melatarbelakangi adanya perbedaan corak ini karena pendidikan (keilmuan), lingkungan dan akidah (keyakinan).25
Terkait dengan tafsir Jalalain maka kitab ini lebih dikenal dengan tafsir yang berbasis kebahasaan, namun selain itu juga terdapat qira‟at dan cerita-cerita kemasyarakatan pada zaman dahulu, sebagaimana kisah-kisah israiliyat yang terdapat di dalamnya.
B. Biografi KH. Ahmad Makki
1390H) yang biasa dikenal dengan Mama Abdullah Mantiq27 adalah seorang tokoh agama dan pendiri Pesantren Babakan Tipar, sedangkan ibunya bernama Hj. Halimah binti Mama H. Mu‟thi bin H.
Umar (sekarang dikenal dengan nama Ema Ajengan). Perkawinan KH.
Abdullah Mahfudz dengan Ibu Hj. Halimah melahirkan sepuluh orang anak,28 tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan, yaitu:
1) Hj. Sholihah (menikah dengan K.H. Afifullah)
2) K.H. Aceng Izzul Fattah (menikah dengan Hj. Rahmawati) 3) Hj. Aisyah (menikah dengan K.H. Ece Haris Manshur)
4) K.H. Ahmad Makki (menikah dengan Umi Hj. Imas Syihabul Millah dan Umi Hj. Herawati)
5) Hj. Hafsoh (menikah dengan H. Syarifuddin)
6) Alm. Kyai Abdullah Ridwan (menikah dengan ustadzah Hj.
Aisyah)
7) Ustadz. Aonillah (menikah dengan ustadzah. Euit Sumarni) 8) Alm. Kholilurrahman (meninggal ketika berusia 2 tahun) 9) Alm. Akhyad (meninggal ketika berusia 10 tahun)
10) Ustadz. Muhammad Zain (menikah dengan ustadzah. Eneng Humairoh)29
Sedangkan KH. Ahmad Makki sendiri adalah anak ke empat dari sepuluh bersaudara tersebut. Beliau memiliki dua orang isteri, yang pertama Umi Hj. Imas Syihabul Millah, dari perkawinan isteri
27 Adalah nama panggilan KH. Abdullah Mahfudz oleh masyarakat karena kecakapannya mengeluarkan argumentasi-argumentasi yang tertata rapi melalui ilmu logika (mantiq)
28 Lilip Abdul Kholiq, Sejarah Pondok Pesantren As-Salafiyyah 1 serta riwayat singkat Alm. KH. Abdullah Mahfudz, (Sukabumi: PP. As-Salafiyyah 1, 2014), h. 8-11
29 Lilip Abdul Kholiq, Sejarah Pondok Pesantren As-Salafiyyah 1 serta riwayat singkat Alm. KH. Abdullah Mahfudz, h. 17
pertama beliau diberi karunia 10 orang anak, kemudian yang kedua dengan Umi Hj. Herawati yang dikaruniai 4 orang anak.30
Kegiatan menuntut ilmu KH. Ahmad Makki sendiri dimulai dari semenjak usia tujuh tahun, beliau sudah tinggal di asrama pesantren mengikuti pelajaran agama sampai beliau dewasa.31 Menurut H. Lilip Abdul Kholiq (menantu KH. Ahmad Makki) riwayat pendidikan beliau tidak formal, tidak pernah menginjak ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) namun pernah Sekolah Rakyat (SR). Beliau pernah sekolah di Madrasah Ibtidaiah (MI) Sirojul Athfal, dari situ usia sampai 12 tahun tidak mengenyam pendidikan formal tetapi pondok pesantren dan mengaji dengan orang tua ketika masih hidup.32
Pada tahun 1969 M dikala beliau berusia 19 tahun ayah yang beliau cintai berpulang kerahmatullah (wafat), maka untuk meneruskan jejak langkah ayahnya, beliau melanjutkan jenjang studinya keberbagai pesantren yang khusus di dalamnya mempelajari ilmu dalam waktu sembilan tahun.33 Pesantren yang pernah beliau datangi banyak namun sebagian hanya sebatas tabarrukan34 di antaranya daerah Cianjur, Bandung, Garut, Tasik, dan lainnya.
30 Wawancara dengan H. Lilip Abdul Kholiq menantu dari KH. Ahmad Makki, pada Rabu, 10 Mei 2017M /13 Sya‟ban 1438 H pukul 16.00 wib s/d selesai di kediaman H. Lilip Abdul Kholiq
31 Ahmad Makki, Husnu al-Sunnah fî al-Hikami wa al-Akhlâq al-Hasanah, (Sukabumi: PP.As-Salafiyyah 1)
32 Wawancara dengan H. Lilip Abdul Kholiq menantu dari KH. Ahmad Makki, pada Rabu, 10 Mei 2017M /13 Sya‟ban 1438 H pukul 16.00 wib s/d selesai di kediaman H. Lilip Abdul Kholiq
33 Ahmad Makki, Husnu as-Sunnah fî al-Hikamî wa al-Akhlâqî al-Hasanatî, (Sukabumi: PP.As-Salafiyyah 1)
34 Tabarrukan (mengambil berkah) dalam dunia pesantren adalah istilah bagi seorang santri yang tidak pernah lama belajar dipondok pesantren tertentu. Lihat, Rosidi, Konsep Maqamat Dalam Tradisi Sufistik KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqy, (Surabaya: Teosofi, Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam, 2014), vol. 4, h.34
Terkadang ada juga Ajengan35 yang mengatakan beliau pernah ngaji disini namun hanya satu bulan atau dua bulan saja.36
Adapun pesantren pertama yang beliau singgahi adalah pesantren Ciharashas Cianjur, Jawa Barat yang di sesepuhi KH.
Syuja‟i. Disana beliau mempelajari kitab-kitab kuning selama kurun waktu dua tahun, dan yang terakhir beliau memperdalam ilmu tauhidnya dari KH. Choer Afandy pimpinan pesantren Miftahul Huda Manunjaya Tasikmalaya, Jawa Barat.37 Mama Ciharashas Ajengan Syuja‟i dan Mama Ajengan Choer Afandy adalah sosok guru yang sering disebut oleh KH. Ahmad Makki di depan para santri ketika beliau mengajar. Dua guru yang sering disebut beliau ini adalah guru yang membentuk kepribadian beliau.38
Pada tahun 1977 M sekembali dari pesantren Manunjaya beliau memasuki kehidupan baru yaitu berumah tangga. Dan dari waktu itu pula cita-cita yang telah lama terpendam mulai direalisasikan.
Peninggalan ayahnya yang sangat berharga itu yang berbentuk pesantren beliau rintis kembali dan lebih dikembangkan sarana prasarananya. Dan selanjutnya pesantren Babakan Tipar itu diberi nama “Pesantren As-Salafiyah”.
Pada tahun 1989 M beliau mendirikan percetakan untuk menerbitkan kitab-kitab terjemah dan penjelasan yang disalin dari
35 Ajengan adalah sebutan masyarakat Jawa Barat bagi seorang tokoh yang dianggap memiliki kelebihan dalam hal ilmu pengetahuan agama. Ajengan memiliki makna sinonim dengan kiai yang memiliki beberapa pengertian dalam kamus..
36 Wawancara dengan H. Lilip Abdul Kholiq menantu dari KH. Ahmad Makki, pada Rabu, 10 Mei 2017M /13 Sya‟ban 1438 H pukul 16.00 wib s/d selesai di kediaman H. Lilip Abdul Kholiq
37 Ahmad Makki, Husnu as-Sunnah fî al-Hikamî wa al-Akhlâqî al-Hasanatî, (Sukabumi: PP.As-Salafiyyah 1)
38 Wawancara dengan H. Lilip Abdul Kholiq menantu dari KH. Ahmad Makki, pada Rabu, 10 Mei 2017M /13 Sya‟ban 1438 H pukul 16.00 wib s/d selesai di kediaman H. Lilip Abdul Kholiq
kitab-kitab kuning ke dalam bahasa Sunda dan Indonesia, yang tujuannya adalah untuk membantu mempermudah dalam mengkaji kitab-kitab kuning bagi mubtadi (baru belajar).39
2. Sekilas Tentang Pondok Pesantren dan Percetakan As-Salafiyah